Beranda / Horor / Pesugihan Genderuwo / 02. Tawaran Pesugihan

Share

02. Tawaran Pesugihan

Malam harinya, Bagas tidak bisa tidur. Dia berbaring di samping Ratih yang sudah tertidur. Dia terus mengingat perkataan Damar pagi tadi. Solusi pesugihan yang Damar tawarkan memang menggoda sekaligus menakutkan.

Bagas tahu, jika dia mengambil jalan pesugihan, itu artinya dia harus siap menanggung segala konsekuensinya. Dia ketakutan. Namun detik berikutnya, keinginan memberikan kehidupan layak untuk Ratih membuatnya yakin akan pesugihan itu. 

Bagas bangun, lalu berjalan ke arah jendela. Dia mengamati langit malam. "Malam ini, malam bulan purnama," katanya, pelan.

Bagas tersenyum tipis. Dia telah mengambil keputusan. 

Setelah berganti pakaian, Bagas membuka pintu kamar dengan sangat hati-hati. Dengan cepat, dia sudah berada di luar rumah. 

Bagas berjalan menembus malam menuju hutan di sisi utara desa, mengikuti petunjuk yang diberikan Damar. 

Jalanan yang gelap tidak menyurutkan tekadnya. Ketika Bagas sampai di tengah hutan, dia menemukan sebuah pohon besar dengan akar menjuntai.

Bagas mengingat sesuatu. "Kata Mbah Damar, pohon besar inilah penanda lokasi persembunyian Dukun sakti itu."

Bagas berdiri di depan tersebut. Dia mengumpulkan keberanian, lalu berteriak, “ Ki Raden Praja, di mana kamu? Saya datang untuk meminta bantuan."

Tidak ada jawaban, hanya keheningan malam yang mencekam. 

Bagas berteriak lagi, "Hei, Ki Praja! Keluarlah! Saya butuh bantuan kamu."

Saat itu juga, suara langkah yang berat terdengar dari balik pepohonan. Bagas menahan napas saat sosok seorang pria tua berjubah hitam muncul dari kegelapan. Dia adalah Ki Raden Praja usianya sekitar 75 tahun, dukun sakti yang dicari-cari Bagas. 

Rambut Ki Raden Praja putih panjang. Mata hitamnya melotot ke arah Bagas. Dia tampak dingin dan penuh wibawa.

“Kamu mencari aku, Le?” suara Ki Praja dalam dan serak.

Bagas mengangguk, menelan ludah untuk menenangkan diri. 

“Ya, Ki Praja. Saya datang karena … saya ingin kehidupan yang lebih baik.”

Ki Praja memandangi Bagas tanpa berkedip. Ki Praja mencoba menemukan kesungguhan di dasar mata Bagas. 

“Siapa nama kamu, Le?" tanya Ki Praja. 

"Bagas Santoso." Bagas menjawab tanpa ragu. 

"Bagas Santoso, kekayaan datang dengan harga. Harga yang sangat mahal. Apa kamu siap dengan segala konsekuensinya?”

Bagas mengangguk pelan. Dia menatap Ki Praja. “Saya siap, Ki. Saya … saya nggak punya pilihan lain.”

Ki Praja tersenyum tipis, senyum yang tidak memberikan ketenangan. 

Ki Praja berbalik sambil menyimpan kedua tangan di punggungnya. “Baiklah. Karena saya udah melihat kesungguhan kamu, ikuti saya!"

Bagas mengikuti Ki Praja dengan hati yang penuh keyakinan bercampur kecemasan. Di balik keputusan yang dia ambil ini, Bagas tahu bahwa kehidupan yang didambakan mungkin akan datang dengan harga yang tak terduga. Namun demi Ratih dan demi masa depan yang lebih baik, dia rela menanggung risiko apa pun.

Hutan di sekitar desa itu seakan menyimpan banyak misteri. Semakin Bagas melangkah lebih dalam, semakin kuat rasa cemas yang menyelimuti hatinya. 

Sebelumnya, Bagas telah mendengar banyak cerita tentang Ki Raden Praja yang konon memiliki kekuatan luar biasa.

Banyak orang datang kepadanya dengan harapan. Namun, tidak sedikit yang pulang dengan wajah pucat dan mata penuh ketakutan.

Semua yang datang ke tempatnya, sekarang menjadi orang kaya raya dan memiliki kuasa. 

Ki Praja tidak ingin Bagas berubah pikiran. “Bagas, kamu udah siap?” tanyanya. 

Suara berat Ki Praja menghentakkan Bagas dari lamunan. Bagas merasa tubuhnya bergetar. 

"Iya, Ki. Saya udah siap," jawab Bagas, berusaha menahan rasa takutnya.

Ki Praja tersenyum samar. “Jadi, apa yang kamu inginkan?" 

“Saya butuh bantuan, Ki. Utang saya terus menumpuk. Ladang saya tandus. Saya nggak mau RatihーIstri saya, hidup dalam kemiskinan dan pergi meninggalkan saya."

Bagas menatap ke tanah, merasa malu mengakui ketidakberdayaannya.

"Saya nggak tau harus bagaimana lagi! Saya mendengar, Eyang bisa memberikan jalan keluar," ujar Bagas, selanjutnya.

Ki Praja mengangguk perlahan. “Pesugihan."

Bagas tercengang. "Aーapa?! Pesugihan?!"

Bagas merasa jantungnya berdegup kencang. Ya! Dia tidak salah dengar. Ki Praja mengatakan bahwa solusinya adalah Pesugihan.

Ki Praja menghela napas, lalu berjalan mendekati Bagas. “Pesugihan adalah jalan yang saya tawarkan. Tapi, ada syarat yang harus kamu penuhi."

Bagas menjadi semakin bersemangat. "Syarat apa, Ki Praja? Apapun syaratnya, saya siap." 

Bagas sangat menggebu-gebu. Dia seolah lupa dengan ketakutannya tadi. 

"Bagas, di dunia ini nggak ada yang gratis. Kamu akan berurusan dengan makhluk yang sangat kuat, Genderuwo.”

Mendengar nama sosok itu, Bagas merinding tidak karuan.

Bagas mengetahui, Genderuwo adalah sosok terkuat yang pernah di dengarnya. Bahkan ada yang meninggal karena tidak memenuhi tumbal yang di janjikan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status