Beranda / Horor / Pesugihan Genderuwo / 03. Syarat Perjanjian

Share

03. Syarat Perjanjian

“Genderuwo? Apa yang harus saya lakukan untuk mendapatkan kekayaan darinya?” 

Kata Genderuwo membuat Bagas merinding. Dia pernah mendengar cerita mengerikan tentang makhluk itu. Namun, desakan utang dan himpitan hidup kemiskinan membuatnya penasaran. 

Ki Praja menatap Bagas dengan serius. “Genderuwo bisa memberikan kamu kekayaan tanpa batas. Tapi sebagai harganya, dia menuntut seorang perempuan menemaninya setiap malam."

"Perempuan?" Bagas tidak mengerti. "Saya akan mencari perempuan itu secepatnya, Pak."

Ki Praja menggeleng. "Nggak, Bagas. Karena yang dia mau adalah perempuan yang tinggal di rumah kamu.”

Bagas terkejut. Dia marah. “Nggak bisa! Saya nggak bisa mengorbankan Ratih untuk pesugihan ini.”

Bagas menentang keras syarat yang diberikan Ki Praja. Dia hendak membatalkan niatnya. 

“Kamu harus tau, Bagas! Kalo kamu mau memperbaiki hidupmu, maka kamu harus siap menghadapi konsekuensinya. Tanpa pengorbanan, nggak ada yang bisa bantu kamu,” ujar Ki Praja, suaranya semakin menekan.

Mata Bagas melebar. "Ada cara lain nggak, Ki? Saya nggak mau korbankan Istri. Karena dia udah cukup menderita hidup miskin sama saya."

Ki Praja menggelengkan kepala. "Pikirkan baik-baik, Bagas! Kamu harus buat keputusan secepatnya!"

Bagas merasa tertekan. Dia termenung sejenak. Dia membayangkan sosok Ratih sedang tersenyum padanya. 

Beberapa menit kemudian, Bagas menarik napas dalam-dalam. Dia sudah mengambil keputusan. 

Bagas menelan ludah, mencoba memberanikan diri. "Saya … terima tawaran itu, Ki.”

Bagas mencoba menutupi kegelisahan hatinya saat melihat Ki Praja tersenyum tipis.

Ki Praja bertanya sekali lagi, “Bagas, kamu udah yakin, kan?"

Hati Bagas bergetar. Dia mencoba meyakinkan dirinya, bahwa keputusan ini adalah satu-satunya pilihan yang tersisa.

“Ki Praja, nggak usah khawatir! Saya udah mempertimbangkan semuanya."

Ki Praja mengangguk. "Kamu tenang aja, Bagas!"

Ki Praja menunjuk sebuah bangku kayu di samping gubuk. Mereka duduk berhadapan. Ki Praja mulai memberikan iming-iming kekayaan kepada Bagas. 

Ki Praja menatap Bagas. "Pesugihan Genderuwo ini sangat manjur. Genderuwo adalah penjaga dunia lain. Dia punya akses ke dalam dunia kegelapan yang kita nggak pahami. Kekayaan yang dia berikan berasal dari sana."

Bagas merasakan bulu kuduknya meremang mendengar penjelasan Baskoro. Jika dulu dia menganggap Pesugihan Genderuwo ini sebagai dongeng, sekarang cerita dongeng itu akan menjadi nyata.

Bagas berpikir, 'Sampai kapanpun juga, Ratih jangan sampai tau Pesugihan Genderuwo ini.'

Ki Praja mengeluarkan dupa, bunga, kain hitam dan keris dari tas hitamnya.  

“Berdirilah di tengah lingkaran. Jangan keluar sampai aku memintamu keluar!" perintah Ki Praja dengan suara yang tegas.

Bagas mengikuti instruksi yang di berikan Ki Praja. Ki Praja mulai membaca mantra, “Aku memanggilmu, wahai Genderuwo!"

Ki Praja mengangkat kedua tangannya melanjutkan mantra. "Datanglah kepada kami! Hadirkan kekuatanmu, dan terimalah persembahan dari orang yang ingin mengabdi padamu!” ucap Ki Praja, suaranya bergetar namun penuh keyakinan.

Genderuwo itu muncul di balik pohon besar, menatap tajam ke arah Bagas. Tubuhnya gemetar, napasnya berat, dia tahu pantang baginya untuk meninggalkan lingkaran.

“Jangan takut, Bagas!” suara Ki Praja yang keras kembali menggema. “Kamu udah mengundangnya. Jangan tunjukkan rasa takut.”

Genderuwo itu bergerak mendekat, suaranya bergetar seperti gemuruh. "Apa yang kamu inginkan dari dunia kegelapan ini, manusia?" tanyanya dengan nada seram yang menusuk hingga ke tulang.

“Saya ingin … kekayaan,” jawab Bagas dengan suara bergetar.

Genderuwo itu mengerang pelan, “Syaratnya udah kamu tau. Perempuan itu akan menjadi milikku di malam-malam mendatang. Kamu tak bisa mundur setelah ini.”

Bagas menundukkan kepala, sejenak merasa bersalah. Namun, desakan hidup mengalahkan segala keraguannya. “Saya sudah siap,” katanya dengan suara lemah tapi tegas.

Ki Praja melanjutkan ritual, mengulurkan kain hitam dan keris ke arah Genderuwo. Seketika kain itu berubah menjadi abu di tangannya. Lalu, Genderuwo merentangkan tangannya, dan koin-koin emas mulai jatuh dari atas, bergemerincing di dalam lingkaran.

“Ambil ini sebagai awal kekayaanmu!" Perintah Genderuwo. “Mulai sekarang, kekayaan akan terus mengalir. Tapi, ingat janjimu untuk persembahan nggak bisa kamu hindari!”

Bagas mengangguk, hatinya campur aduk antara ketakutan dan kelegaan.

Setelah Genderuwo menghilang, Ki Praja melepaskan lingkaran dan menepuk bahu Bagas, “Selamat, Bagas! hidupmu akan berubah. Jangan sampai kamu melanggar kesepakatan!”

Bagas mengambil koin-koin emas itu, tangannya bergetar, matanya berbinar-binar melihat banyak emas di genggamannya.

"Astaga! Apa ini benar emas, Ki?" ucap Bagas yang masih tidak menyangka.

Ki Praja tersenyum tipis sambil melirik Bagas, "Tentu saja, kamu bisa pakai itu untuk kehidupanmu," ujar Ki Praja, lanjutnya ,"tapi, ingat janjimu."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status