Bianca dirawat di rumah sakit dua hari lamanya, barulah setelah itu dia diperbolehkan pulang! Sama sekali tidak ada lagi kehadiran Emanuel untuk Bianca, bahkan sampai Bianca kini merasa kebal dengan rasa kesedihan dan kesendiriannya.
Untunglah Bianca selalu dihibur oleh para bodyguard yang sejak dulu menjaganya, para bodyguardnya itu selalu memberi semangat untuk Bianca, termasuk hari ini dimana Bianca akan melanjutkan pendidikannya di salah satu kampus swasta di kota Milan. “Semangat nona cantik!” ujar salah seorang bodyguard. “Sudah aku bilang kan ungcle, jangan panggil aku nona,” sambil mengerucutkan bibirnya. “Baiklah, kami akan memanggilmu dengan nama tapi ketika Pak Nuel datang kami akan memanggilmu nona, bagaimana?” “Papa tidak akan datang, kalaupun akan datang mungkin saat usiaku menginjak lima puluh tahun,” Ckckckxk… Mereka pun tertawa bersama-sama, hari ini Bianca pun pergi ke kampus diantar oleh bodyguardnya dengan menggunakan mobil Maserati Quattroporte berwarna hitam, Bianca berpakaian sangat manis dan seksi apalagi dirinya memiliki bentuk tubuh yang mirip dengan gitar Spanyol, saat Bianca keluar dari mobilnya, terlihat mahasiswa-mahasiswa yang berada disekitar menatapnya tak bosan-bosan. Jujur saja Bianca senang sekali melihat banyak orang terpana pada dirinya, meskipun ini sudah hal yang biasa baginya tapi tetap saja sebagai seorang wanita, Bianca senang mendapat banyak perhatian. Tidak butuh waktu lama, Bianca sangat mudah akrab dengan teman-teman baru di kampusnya, apalagi diantaranya memang sudah berteman sejak mereka masih SMA! Namun seorang mahasiswa tampan yang baru pertama kali ditemuinya, mulai membuat Bianca penasaran untuk berteman dengannya. Tak disangka mahasiswa tampan itu justru pindah tempat duduk untuk bisa berada di samping Bianca, dan meminta temannya yang semula menempati bangku tersebut untuk pindah. “Sayang sekali jika ada gadis paling cantik di dunia melirikku, tapi aku tidak buru-buru mengajaknya berkenalan,” “Rayuan manis, dari si penggoda manis,” kata Bianca. “Come on, kta si penggoda itu tidak tepat untukku! Aku Lucas!” sambil mengulurkan tangan. “Aku Bianca,” “Senang satu kelas denganmu Bianca,” “You too Lucas,” Keduanya cepat sekali akrab karena memang Lucas pribadi yang sangat menyenangkan, walaupun menurut teman-teman wanita Bianca dulunya Lucas adalah seorang playboy tapi tetap saja manusia itu bisa berubah dengan seiring berjalannya waktu, karena itu Bianca tidak mengambil pusing lagipula keduanya baru berteman biasa saja bukan berpacaran. Bianca dan teman-teman kuliahnya juga sangat sering pergi jalan-jalan dan berpesta malam setelah jam kuliah mereka selesai, hal itu membuat Bianca dan Lucas semakin dekat lagi. Seperti malam ini, Bianca dan teman-temannya yang lain berencana untuk pergi ke salah satu bar untuk berpesta, karena itulah Bianca berpamitan pada bodyguard di rumahnya karena akan pergi bersama Lucas! Mereka juga diminta oleh Bianca untuk tidak usah mengikuti karena dirinya aman jika bersama dengan Lucas dan teman-temannya yang lain. Bianca dan Lucas pun tiba di bar pukul sepuluh malam, teman-teman mereka yang sudah lebih dulu tiba di bar kemudian menyambut Bianca dan Lucas dengan bersorak. “Uhhhh pasangan terfavorit di kampus kita ini!” teriak mereka. Disatu meja pojok yang tak jauh dari segerombolan anak-anak kampus itu, Emanuel dan beberapa rekan bisnisnya tengah membicarakan masalah bisnis, salah seorang rekan bisnis Emanuel tak sengaja melihat Bianca yang sedang dirangkul oleh Lucas dan Bianca juga tengah meminum wine dipaksa oleh teman-temannya untuk mabuk bersama. “Lihatlah, wanita itu sangat cantik luar biasa! Uhh tubuhnya seksi sekali,” Sontak saja Emanuel dan rekan yang lain pun menoleh kearah Bianca yang memang berdiri bersama Lucas sementara yang lain duduk, Bianca terus menenggak wine dari gelasnya begitu juga Lucas. Emanuel langsung sadar jika itu adalah Bianca, dia langsung berdiri meninggalkan rekan-rekan bisnisnya berjalan menuju meja tempat mahasiswa-mahasiswi itu berkumpul. Tanpa basa-basi dari arah belakang Emanuel merebut gelas milik Bianca lalu menaruhnya dimeja. “Papa,” Bianca terheran-heran karena tidak menyangka ada Emanuel disini. Sementara teman-teman Bianca sangat bingung karena Bianca memanggil laki-laki bertubuh kekar dan berwajah seperti pangeran itu dengan sebutan Papa, mereka kira Emanuel lebih cocok sebagai kakak daripada sebagai Papa karena wajahnya terlihat masih muda. “Dia Papamu Bi?” tanya Lucas. “Hmm,” “Ikut aku!” kata Emanuel. Ditarikannya tangan Bianca oleh Emanuel hingga Emanuel membawa Bianca keluar dari Bar, perlakuan Emanuel tidak begitu ramah karena Bianca tidak nyaman ditarik-tarik begini. “Papa lepas! Tidak perlu tarik-tarik begini, aku bisa jalan sendiri,” Tapi Emanuel belum juga melepaskan Bianca, setelah tiba di mobil milik Emanuel barulah dilepaskannya tangan Bianca. “Masuk!” kata Emanuel yang sudah membuka pintu mobilnya. “Kenapa aku harus mendengarkan Papa?” “Aku bilang masuk!” “Tidak mau, aku mau kembali ke dalam karena teman-temanku menungguku,” Bianca tetap hendak pergi tapi kedua tangannya dicengkeram oleh Emanuel. “Papa lepaskan aku!” “Aku tidak suka dibantah,” kata Emanuel. “Dan aku juga tidak suka diacuhkan, diabaikan, dan tidak pernah didengar! Coba Papa pikir, apa pernah Papa menjawab setiap kali aku bertanya? Apa pernah Papa peduli padaku dan mendengarkan aku? Dan sekarang jangan salahkan aku jika aku juga tidak mau mendengarkan Papa,” Emanuel hanya menatap tajam wajah Bianca, begitu juga dengan Bianca. Dengan sangat memaksa Emanuel membuat Bianca akhirnya masuk kedalam mobilnya lalu Emanuel pun ikut masuk kedalam mobil tersebut! Terlihat Bianca memalingkan wajahnya dari Emanuel sementara Emanuel langsung tancap gas tanpa berbicara apapun lagi pada Bianca. Sesekali Emanuel melirik kearah Bianca, gadis itu memakai pakaian terlalu seksi hingga membuat area paha dan kedua payudaranya menyembul keluar, Emanuel pun buru-buru memalingkan pandangan kedua matanya. Mobil Emanuel tiba didepan gerbang rumah yang memang menjadi tempat tinggal Bianca selama ini. “Turun!” titah Emanuel. Tapi Bianca berpura-pura tidak mendengar dan hanya diam saja tidak peduli Emanuel bicara apapun terhadapnya. Untuk beberapa saat keduanya malah saling diam, Emanuel juga bingung bagaimana cara agar Bianca mau menurut terhadapnya. “Aku sudah dewasa, dan sejak kapan Papa mau peduli padaku, aku harap Papa seperti biasanya yang tidak peduli padaku dan tidak menganggap aku ada di dunia ini, itu lebih baik!” Setelah mengatakan itu Bianca kemudian keluar dari dalam mobil lalu berlari masuk kedalam rumah, sementara Emanuel hanya menghela nafas. “Aku bingung cara menjadi Papa yang baik untuknya,” gumam Emanuel. Hari ini Bianca benar-benar marah terhadap Emanuel, sebagai seorang Papa Emanuel selalu bertindak egois tanpa mempedulikan perasaan Bianca sama sekali, padahal Bianca berada disana dengan teman-temannya dan itu tidak ada masalah seharusnya, tapi entah kenapa Emanuel malah memaksanya pulang. “Aku benci Papa, dia itu benar-benar menyebalkan, Tuhan aku rasa aku dan Papa sama sekali tidak cocok sebagai pasangan Ayah dan anak kenapa kau tidak pasangkan aku dengan Papa dalam hal lain saja?” kata Bianca sambil merebahkan tubuhnya diatas ranjang. Setelah mengantarkan Bianca ke rumahnya, Emanuel kembali ke bar tersebut untuk melanjutkan bincang-bincang bisnis dengan rekan-rekannya! Disatu sisi teman-teman wanita Bianca malah salah fokus dengan Emanuel yang memiliki tubuh kekar seperti apa yang didambakan para wanita pada umumnya. “Sumpah aku tidak menyangka Papa Bianca tampan sekali, bahkan pangeran dari negeri dongeng pun kalah tampan olehnya!” ujar salah satu teman Bianca. “Iya kau benar, tapi yang membuat jantungku berkedut-kedut itu tubuhnya! Uhhh kekar sekali,” “Pasti besar kan bagian bawahnya?” Ckckckxk…. Tidak ada habis-habisnya para wanita itu memuji dan memuja Emanuel, sementara Lucas malah merasa Emanuel terlalu muda untuk menjadi Papanya Bianca. Entah kenapa setelah kejadian tadi Emanuel jadi berpikir untuk menemui Bianca malam ini, dia ingin mengetahui apakah Bianca masih sangat kesal padanya. “Senang bekerja sama denganmu,” “Ya, bila ada kendala jangan sungkan menghubungi orangku!” “Baik, dan aku jamin karena aku ini sudah sangat menguasai pasar Asia Pak, aku pasti bisa membawa barang-barangmu masuk dengan mulus!” Tidak lama kemudian seorang wanita datang menghampiri Emanuel, wanita tersebut merupakan hadiah kecil dari rekan bisnis Emanuel untuk memuaskan birahi Emanuel malam ini. “Bersenang-senanglah Pak dengan wanita pilihanku,” “Aku akan membawanya,” Karena ingin menemui Bianca juga, Emanuel memutuskan untuk membawa wanita tadi dan bermalam di rumah yang ditempati oleh Bianca, memang karena kesibukannya mengurus bisnis, Emanuel tidak pernah sempat memiliki seorang kekasih! Sejak dulu jika nafsunya tidak dapat dibendung, maka Emanuel akan meminta orang suruhannya untuk membeli wanita bayaran hanya untuk sekedar menjadi tempt pembuangan cairan putihnya. Malam ini Emanuel berencana menikmati hadiah kecilnya terlebih dahulu baru setelah itu menemui Bianca, kedatangan Emanuel di rumah ini disambut sangat gembira oleh para bodyguard yang selama ini menjaga Bianca, mereka tau betul Bianca pasti akan merasa sangat bahagia ketika tau Papanya akhirnya pulang ke rumah. “Pak, kami senang anda datang ke rumah ini nona juga pasti tidak akan menyangka,” “Aku akan menemuinya setelah selesai dengan ini,” kata Emanuel. Para bodyguard pun paham apa yang dimaksud oleh Emanuel, mereka tau kebutuhan biologis memang tidak bisa ditunda-tunda. Emanuel dan wanita bayaran itu masuk ke salah satu kamar, Emanuel duduk ditepi ranjang sementara wanita tadi mulai melucuti pakaiannya sendiri, kedua pasang mata Emanuel terus memperhatikan setiap kali ada kain jatuh kelantai. Wanita tadi dengan wajah hornynya sudah melepaskan pakaian dan rok yang dia kenakan, kemudian wanita tersebut pun naik keatas pangkuan Emanuel! Keduanya kemudian berciuman terlebih dahulu. Sementara itu Bianca yang baru selesai mandi keluar dari dalam kamarnya untuk mencari angin segar, seorang bodyguard pun menghampiri Bianca. “Nona, maksudku Bi Pak Nuel baru saja pulang ke rumah ini!” “Papa pulang ke rumah ini? Tadi dia memang mengantar aku pulang ke rumah tapi kan hanya sampai di gerbang,” “Bukan sampai di gerbang, Pak Nuel benar-benar pulang katanya mau menemuimu, kau senang kan?” “Tentu aku senang, sekarang Papa dimana?” “Di kamar itu, nanti tunggu satu jam atau dua jam dia akan menemuimu!” “Sekarang saja, lagipula aku ingin bicara dengan Papa,” “Eh jangan!” “Kenapa? Aku mau bicara dengan Papaku,” “Ya Tuhan Bi, jangan dulu!” Bodyguard itu berusaha menahan laju kaki Bianca agar tidak dulu menemui Emanuel didalam kamar tersebut, akan tetapi Bianca malah tetap bersikeras dan langsung membuka pintu kamar tersebut. Emanuel dan wanita tadi yang sedang asik berciuman sampai tidak sadar jika ada yang membuka pintu kamar, sementara kedua mata Bianca terbelalak melihat aksi Papanya bersama seorang wanita. “Papa,” Suara Bianca membuat Emanuel dan wanita tadi berhenti berciuman dan kompak menoleh kearah Bianca, wajah Bianca terlihat melongo sementara Emanuel langsung meminta wanita tadi untuk kembali memakai pakaiannya. Bianca pun segera menghampiri Emanuel dan melakukan hal yang wanita tadi lakukan dengan naik keatas pangkuan Emanuel. “Papa maaf tadi aku marah-marah terlalu kasar padamu!” Bianca memeluk Emanuel sambil tetap berada diatas pangkuan Emanuel, sementara wanita bayaran itu masih belum memakai pakaiannya karena yakin malam ini dia akan melayani laki-laki setampan dan seperkasa Emanuel. “Siapa wanita ini Pak? Kenapa dia lancang sekali mengganggu kita?” tanya wanita itu. “Kau yang siapa, kenapa bersama Papaku didalam kamar?” tanya Bianca sambil tetap memeluk Emanuel. “Pergilah!” kata Emanuel. “Kau dengar itu, pergi dari sini jangan ganggu aku dan Pak Nuel karena kami sedang tidak bisa diganggu!” ujar wanita bayaran itu. “Maksudku kau yang pergi!” ujar Emanuel sambil menunjuk kearah wanita bayaran itu. “A-aku?” Bianca malah tersenyum melihat wanita itu diusir oleh Papanya. “Tapi Pak, aku ditugaskan melayanimu hingga puas,” “Apa telingamu bermasalah sampai tidak mendengar perintahku? Perlu satu peluru menembusnya agar kau dapat mendengar dengan baik?” kata Emanuel. Wanita itu pun ketar-ketir lalu buru-buru memakai pakaiannya karena takut pada ancaman Emanuel, wanita tersebut kemudian segera keluar dari dalam kamar. Hanya tinggal Bianca dan Emanuel saja yang berada didalam kamar tersebut, Bianca juga sangat betah berada diatas pangkuan Papanya. “Kau juga keluarlah dari kamar ini!” “Bukankah Papa ingin menemuiku kata bodyguard diluar sana?” Emanuel dan Bianca pun saling menatap, dari jarak sedekat ini Bianca merasa wajah Papanya itu justru terlihat semakin tampan mempesona sampai-sampai Bianca terus menatap lekat-lekat Emanuel. “Jangan pernah lancang langsung masuk begitu saja,” “Kalau aku lancang, apa Papa juga akan menembakkan peluru juga ke telingaku karena tidak mendengar apa yang Papa perintahkan? Seperti Papa mengancam wanita tadi,” Bianca malah menaik turunkan alisnya menggoda Emanuel. “Hmm,” kata Emanuel. “Ih Papa masa mau menembak putrimu yang cantik ini, tapi sekarang aku senang sekali Papa pulang,” Bianca semakin mempererat pelukannya, rasanya begitu nyaman sekali memeluk tubuh Papanya sementara Emanuel hanya diam saja dan tidak membalas pelukan Bianca. “Papa aku janji akan mendengarkanmu, jika kau suruh aku tidak berpesta dengan teman-temanku aku akan dengarkan itu tapi Papa jangan pergi-pergi lagi ya Pa,” “Bia rindu Papa, Bia ingin makan bersama Papa, berbincang banyak hal dan pergi berlibur dengan Papa,”Disatu sisi Emanuel yang mendengar curahan hati Bianca merasa jika memang dirinya belum bisa menjadi seorang Papa yang baik untuk Bianca, tapi diposisi Emanuel pun juga tidak mudah! Dimana dia seorang pria lajang yang berusia 34 tahu namun harus berperan menjadi seorang Papa di usianya yang terbilang masih muda, ditambah lagi Emanuel tidak mengerti bagaimana cara dia harus bersikap terhadap putri angkatnya itu, jika pun harus mengobrol rasanya Emanuel pun tidak paham apa yang harus diobrolkan dengan Bianca. Untuk mencurahkan rasa sayang layaknya seorang Papa pada putrinya pun Emanuel merasa sulit, bagaimana bisa dia menyayangi Bianca yang bukan darah dagingnya ditambah Bianca adalah cucu dari musuh keluarganya sendiri. Karena itulah Emanuel lebih banyak diam meskipun Bianca terus mengoceh mengajaknya bicara. Lama terdiam dan hanya mendengarkan curahan hati Bianca, Emanuel pun melepaskan pelukan Bianca yang sejak tadi melingkar di tubuh kekarnya, diturunkannya tubuh Bianca yang seja
Malas berdebat dengan Emanuel akhirnya Adilson pun tidak lagi memusingkan kehadiran Bianca, malah ketiganya duduk berdekatan Bianca, Emanuel dan Adilson. “Papa ini minumanmu,” disodorkannya satu gelas minuman pada Emanuel. Emanuel pun menerimanya dan langsung meminumnya. “Astaga, kau benar-benar sudah menjadi seorang Papa Nuel,” ujar Adilson. Adilson bahkan terheran-heran dengan Bianca yang sangat menempel sekali dengan Emanuel, bahkan Bianca kembali menggandeng satu tangan Emanuel. Karena acara peresmian hotel baru tersebut akan segera dimulai, Adilson pun naik keatas podium untuk menyambut tamu undangan yang telah hadir disini! Sementara Bianca tetap menempel dengan Emanuel sambil tersenyum kearah podium. Acara itu berlanjut dengan menggunting pita di pintu masuk hotel, Adilson kemudian meminta agar Emanuel berada disamping kanannya, tak disangka Bianca justru ikut berada disamping kiri Adilson. Adilson pun hanya bisa berdehem sambil menahan kesal karena Bianca terus-me
Setibanya didalam markas, Bianca nampak takjub karena ternyata sangat luas sekali akan tetapi Bianca masih belum sadar juga jika pabrik ini bukanlah pabrik makanan ataupun pabrik kebutuhan pokok yang dia pikirkan selama ini! Saat memasuki ruangan kedua, kedua mata Bianca barulah melonglong ketika dihadapannya terdapat banyak sekali senjata api dan juga alat-alat pembuatannya. Glek.. “Kenapa banyak sekali pistol? Apa itu pistol sungguhan?” Sejenak Bianca memikirkan tentang pistol-pistol tersebut, tapi yang dia pikirkan itu tidak mungkin pistol-pistol asli melainkan ini merupakan pabrik pistol mainan saja. “Ini semua pasti hanya pistol mainan saja,” gumam Bianca. Sementara dibelakang Bianca, Emanuel sedang berbicara dengan seorang anggotanya sambil sesekali melirik kearah Bianca. “Baik Pak, nanti akan saya tambah satu alat lagi agar bisa memproduksi sesuai permintaan pasar,” ujar salah seorang anggota. “Bagus,” Selesai berbicara dengan orang tersebut, Emanuel kemudian men
Anggota The King yang sudah berhasil menemukan titik lokasi dari sinyal handphone milik Bianca, memimpin perjalanan untuk menuju lokasi!Sesampainya di sebuah markas yang merupakan markas mafia lain, group mafia bernama red wolf dengan ketua mereka adalah Alfaro, usianya jauh lebih tua dibandingkan dengan Emanuel, memang sering berkonflik dengan The King, terakhir saudara kembar Alfaro mati ditangan Emanuel karena perebutan wilayah kekuasaan.Hal inilah yang menbuat Alfaro ingin menuntut balas dengan nyawa harus dibayar dengan nyawa! Beruntungnya karena Alfaro bisa membuat seseorang dari lingkungan Emanuel berkhianat terhadap Emanuel, sudah lama mereka mengincar Bianca tapi baru inilah kesempatan baik ditempat yang sepi mereka bisa menculik Bianca dengan mudah.“Pak, kami berhasil dengan mudah membawa pesanan anda!”“Ikat dia kursi!”Bianca kemudian diikat di sebuah kursi, saat salah seorang menyingkap rambut panjang Bianca yang tadi menutupi wajahnya, Alfaro tercengang karena ternya
Kenyataan bahwa dirinya hanyalah putri angkat Emanuel membuat Bianca benar-benar sedih, itu artinya dia tidak memiliki siapapun di dunia ini. Bianca bahkan berpikir jika sebenarnya orangtua kandungnya masih hidup tapi tidak menginginkan kehadiran Bianca sehingga membuang Bianca begitu saja.Saat tiba di rumah, Bianca segera masuk kedalam kamarnya untuk mandi karena tubuhnya kotor dan berkeringat. Setelah selesai mandi, Bianca terus bolak-balik ke lantai satu untuk menunggu kedatangan Emanuel tapi Emanuel belum juga tiba di rumah ini.Hati Bianca semakin dilanda gelisah karena ingin segera mengetahui siapa kedua orangtua kandungnya, hari semakin larut dan Bianca yang sudah kelelahan menunggu Emanuel sampai tertidur disofa ruangan tamu.Barulah sekitar pukul dua pagi, Emanuel tiba di rumah tersebut! Karena Bianca ketiduran di sofa ruang tamu, kedua bodyguard pribadi Bianca pun tidak bisa beristirahat di kamar mereka karena harus menjaga Bianca yang ketiduran“Pak, akhirnya anda datang j
Secara sadar Bianca semakin mendekatkan wajahnya dengan wajah Emanuel, lengannya pun semakin erat melingkar di tubuh kekar Emanuel, saat ini tatapan Bianca sudah seperti tatapan wanita binal yang membutuhkan seks impiannya, selama ini Bianca hanya pernah menonton adegan seks dari video di handphone miliknya tanpa pernah merasakan secara langsung bagaimana rasanya! Tapi yang Bianca tau dari video tontonannya itu, wanita akan mendesah dan mengerang nikmat saat diberikan seks yang memuaskan oleh laki-laki lawan mainnya, hal itu selalu membuat Bianca membayangkan betapa nikmatnya jika bisa merasakan miliknya dimasuki oleh kejantanan laki-laki, tapi entah kenapa setiap bayangan nakal itu muncul di kepalanya, tubuh Emanuel lah yang selalu Bianca bayangkan.Apalagi sekarang Bianca mengetahui dirinya tidak sedarah dengan Emanuel, rasa keinginan itu semakin kuat dia rasakan. Bibir berwarna merah muda milik Bianca semakin mendekati bibir Emanuel, deru nafas keduanya sudah saling bersahutan satu
Ditengah gempuran gejolak batin yang dialaminya, Bianca mencoba untuk tetap rilex karena tidak enak pada Lucas apabila sampai memperlihatkan wajah galaunya sekarang! Sementara itu kedua bodyguard yang sudah melihat Emanuel berada didalam cafe ini juga, sebenarnya ingin menghampiri untuk menyapa akan tetapi mereka berdua tidak enak jika mengganggu obrolan diantara Emanuel dengan wanita yang tengah bersamanya, kedua bodyguard itu pun hanya menunggu waktu yang pas saja untuk menyapa Emanuel. Setelah beberapa saat, Emanuel mengakhiri obrolannya dengan Angeline. “Apa kita bisa akhiri pertemuan hari ini sekarang?” tanya Emanuel. “Hmm, bagaimana ya? Sebenarnya aku sangat ingin sekali pertemuan hari ini tidak berakhir dulu, tapi jujur saja aku bukan tipekal wanita egois,” “Kalau begitu aku pamit!” “Tunggu Nuel, a-aku kan kesini naik taxi dan aku harap kau mau mengantar aku pulang,” kata Angeline, padahal Angeline membawa mobil ke cafe ini tapi itu urusan gampang, nanti Angeline tinggal m
Mengetahui Bianca pergi tanpa sarapan dulu bersamanya, Emanuel hanya menghela nafas panjangnya. Sementara Bianca masih terus memikirkan cara agar dirinya bisa terlepas dari rasa ingin selalu dekat dengan Emanuel.“Apa selain aku mencoba berpacaran dengan Lucas, aku juga harus mencari orangtua kandungku? Dengan begitu aku tidak perlu lagi tinggal dengan Papa, dan perasaan ini pasti perlahan akan hilang jika aku tidak pernah lagi bertemu dengan Papa?” dalam hati Bianca.Kedua bodyguard Bianca yang melihat nona mereka pagi-pagi begini sudah melamun, merasa sangat khawatir.“Bi, kenapa melamun? Ceritalah pada kami!” ujar salah satu bodyguardnya.“Ungcle, apa kalian bisa membantuku?”“Membantu apa?” keduanya bertanya secara bersama-sama.“Bantu aku untuk mencari orangtua kandungku, kalian kan merawat dan menjaga aku sejak kecil, kalian pasti sedikit banyak mengetahui kan saat Papa mengadopsi aku?”Kedua bodyguard Bianca langsung ketar-ketir mendengar permintaan Bianca, karena pada kenyataa