Beranda / Romansa / Pesona Tampan Papa Angkat / Bab 3 Emmanuel menemui Bianca

Share

Bab 3 Emmanuel menemui Bianca

Bianca dirawat di rumah sakit dua hari lamanya, barulah setelah itu dia diperbolehkan pulang! Sama sekali tidak ada lagi kehadiran Emanuel untuk Bianca, bahkan sampai Bianca kini merasa kebal dengan rasa kesedihan dan kesendiriannya.

Untunglah Bianca selalu dihibur oleh para bodyguard yang sejak dulu menjaganya, para bodyguardnya itu selalu memberi semangat untuk Bianca, termasuk hari ini dimana Bianca akan melanjutkan pendidikannya di salah satu kampus swasta di kota Milan.

“Semangat nona cantik!” ujar salah seorang bodyguard.

“Sudah aku bilang kan ungcle, jangan panggil aku nona,” sambil mengerucutkan bibirnya.

“Baiklah, kami akan memanggilmu dengan nama tapi ketika Pak Nuel datang kami akan memanggilmu nona, bagaimana?”

“Papa tidak akan datang, kalaupun akan datang mungkin saat usiaku menginjak lima puluh tahun,”

Ckckckxk…

Mereka pun tertawa bersama-sama, hari ini Bianca pun pergi ke kampus diantar oleh bodyguardnya dengan menggunakan mobil Maserati Quattroporte berwarna hitam, Bianca berpakaian sangat manis dan seksi apalagi dirinya memiliki bentuk tubuh yang mirip dengan gitar Spanyol, saat Bianca keluar dari mobilnya, terlihat mahasiswa-mahasiswa yang berada disekitar menatapnya tak bosan-bosan.

Jujur saja Bianca senang sekali melihat banyak orang terpana pada dirinya, meskipun ini sudah hal yang biasa baginya tapi tetap saja sebagai seorang wanita, Bianca senang mendapat banyak perhatian.

Tidak butuh waktu lama, Bianca sangat mudah akrab dengan teman-teman baru di kampusnya, apalagi diantaranya memang sudah berteman sejak mereka masih SMA! Namun seorang mahasiswa tampan yang baru pertama kali ditemuinya, mulai membuat Bianca penasaran untuk berteman dengannya.

Tak disangka mahasiswa tampan itu justru pindah tempat duduk untuk bisa berada di samping Bianca, dan meminta temannya yang semula menempati bangku tersebut untuk pindah.

“Sayang sekali jika ada gadis paling cantik di dunia melirikku, tapi aku tidak buru-buru mengajaknya berkenalan,”

“Rayuan manis, dari si penggoda manis,” kata Bianca.

“Come on, kta si penggoda itu tidak tepat untukku! Aku Lucas!” sambil mengulurkan tangan.

“Aku Bianca,”

“Senang satu kelas denganmu Bianca,”

“You too Lucas,”

Keduanya cepat sekali akrab karena memang Lucas pribadi yang sangat menyenangkan, walaupun menurut teman-teman wanita Bianca dulunya Lucas adalah seorang playboy tapi tetap saja manusia itu bisa berubah dengan seiring berjalannya waktu, karena itu Bianca tidak mengambil pusing lagipula keduanya baru berteman biasa saja bukan berpacaran.

Bianca dan teman-teman kuliahnya juga sangat sering pergi jalan-jalan dan berpesta malam setelah jam kuliah mereka selesai, hal itu membuat Bianca dan Lucas semakin dekat lagi.

Seperti malam ini, Bianca dan teman-temannya yang lain berencana untuk pergi ke salah satu bar untuk berpesta, karena itulah Bianca berpamitan pada bodyguard di rumahnya karena akan pergi bersama Lucas! Mereka juga diminta oleh Bianca untuk tidak usah mengikuti karena dirinya aman jika bersama dengan Lucas dan teman-temannya yang lain.

Bianca dan Lucas pun tiba di bar pukul sepuluh malam, teman-teman mereka yang sudah lebih dulu tiba di bar kemudian menyambut Bianca dan Lucas dengan bersorak.

“Uhhhh pasangan terfavorit di kampus kita ini!” teriak mereka.

Disatu meja pojok yang tak jauh dari segerombolan anak-anak kampus itu, Emanuel dan beberapa rekan bisnisnya tengah membicarakan masalah bisnis, salah seorang rekan bisnis Emanuel tak sengaja melihat Bianca yang sedang dirangkul oleh Lucas dan Bianca juga tengah meminum wine dipaksa oleh teman-temannya untuk mabuk bersama.

“Lihatlah, wanita itu sangat cantik luar biasa! Uhh tubuhnya seksi sekali,”

Sontak saja Emanuel dan rekan yang lain pun menoleh kearah Bianca yang memang berdiri bersama Lucas sementara yang lain duduk, Bianca terus menenggak wine dari gelasnya begitu juga Lucas.

Emanuel langsung sadar jika itu adalah Bianca, dia langsung berdiri meninggalkan rekan-rekan bisnisnya berjalan menuju meja tempat mahasiswa-mahasiswi itu berkumpul. Tanpa basa-basi dari arah belakang Emanuel merebut gelas milik Bianca lalu menaruhnya dimeja.

“Papa,” Bianca terheran-heran karena tidak menyangka ada Emanuel disini.

Sementara teman-teman Bianca sangat bingung karena Bianca memanggil laki-laki bertubuh kekar dan berwajah seperti pangeran itu dengan sebutan Papa, mereka kira Emanuel lebih cocok sebagai kakak daripada sebagai Papa karena wajahnya terlihat masih muda.

“Dia Papamu Bi?” tanya Lucas.

“Hmm,”

“Ikut aku!” kata Emanuel.

Ditarikannya tangan Bianca oleh Emanuel hingga Emanuel membawa Bianca keluar dari Bar, perlakuan Emanuel tidak begitu ramah karena Bianca tidak nyaman ditarik-tarik begini.

“Papa lepas! Tidak perlu tarik-tarik begini, aku bisa jalan sendiri,”

Tapi Emanuel belum juga melepaskan Bianca, setelah tiba di mobil milik Emanuel barulah dilepaskannya tangan Bianca.

“Masuk!” kata Emanuel yang sudah membuka pintu mobilnya.

“Kenapa aku harus mendengarkan Papa?”

“Aku bilang masuk!”

“Tidak mau, aku mau kembali ke dalam karena teman-temanku menungguku,”

Bianca tetap hendak pergi tapi kedua tangannya dicengkeram oleh Emanuel.

“Papa lepaskan aku!”

“Aku tidak suka dibantah,” kata Emanuel.

“Dan aku juga tidak suka diacuhkan, diabaikan, dan tidak pernah didengar! Coba Papa pikir, apa pernah Papa menjawab setiap kali aku bertanya? Apa pernah Papa peduli padaku dan mendengarkan aku? Dan sekarang jangan salahkan aku jika aku juga tidak mau mendengarkan Papa,”

Emanuel hanya menatap tajam wajah Bianca, begitu juga dengan Bianca. Dengan sangat memaksa Emanuel membuat Bianca akhirnya masuk kedalam mobilnya lalu Emanuel pun ikut masuk kedalam mobil tersebut! Terlihat Bianca memalingkan wajahnya dari Emanuel sementara Emanuel langsung tancap gas tanpa berbicara apapun lagi pada Bianca.

Sesekali Emanuel melirik kearah Bianca, gadis itu memakai pakaian terlalu seksi hingga membuat area paha dan kedua payudaranya menyembul keluar, Emanuel pun buru-buru memalingkan pandangan kedua matanya. Mobil Emanuel tiba didepan gerbang rumah yang memang menjadi tempat tinggal Bianca selama ini.

“Turun!” titah Emanuel.

Tapi Bianca berpura-pura tidak mendengar dan hanya diam saja tidak peduli Emanuel bicara apapun terhadapnya.

Untuk beberapa saat keduanya malah saling diam, Emanuel juga bingung bagaimana cara agar Bianca mau menurut terhadapnya.

“Aku sudah dewasa, dan sejak kapan Papa mau peduli padaku, aku harap Papa seperti biasanya yang tidak peduli padaku dan tidak menganggap aku ada di dunia ini, itu lebih baik!”

Setelah mengatakan itu Bianca kemudian keluar dari dalam mobil lalu berlari masuk kedalam rumah, sementara Emanuel hanya menghela nafas.

“Aku bingung cara menjadi Papa yang baik untuknya,” gumam Emanuel.

Hari ini Bianca benar-benar marah terhadap Emanuel, sebagai seorang Papa Emanuel selalu bertindak egois tanpa mempedulikan perasaan Bianca sama sekali, padahal Bianca berada disana dengan teman-temannya dan itu tidak ada masalah seharusnya, tapi entah kenapa Emanuel malah memaksanya pulang.

“Aku benci Papa, dia itu benar-benar menyebalkan, Tuhan aku rasa aku dan Papa sama sekali tidak cocok sebagai pasangan Ayah dan anak kenapa kau tidak pasangkan aku dengan Papa dalam hal lain saja?” kata Bianca sambil merebahkan tubuhnya diatas ranjang.

Setelah mengantarkan Bianca ke rumahnya, Emanuel kembali ke bar tersebut untuk melanjutkan bincang-bincang bisnis dengan rekan-rekannya! Disatu sisi teman-teman wanita Bianca malah salah fokus dengan Emanuel yang memiliki tubuh kekar seperti apa yang didambakan para wanita pada umumnya.

“Sumpah aku tidak menyangka Papa Bianca tampan sekali, bahkan pangeran dari negeri dongeng pun kalah tampan olehnya!” ujar salah satu teman Bianca.

“Iya kau benar, tapi yang membuat jantungku berkedut-kedut itu tubuhnya! Uhhh kekar sekali,”

“Pasti besar kan bagian bawahnya?”

Ckckckxk….

Tidak ada habis-habisnya para wanita itu memuji dan memuja Emanuel, sementara Lucas malah merasa Emanuel terlalu muda untuk menjadi Papanya Bianca. Entah kenapa setelah kejadian tadi Emanuel jadi berpikir untuk menemui Bianca malam ini, dia ingin mengetahui apakah Bianca masih sangat kesal padanya.

“Senang bekerja sama denganmu,”

“Ya, bila ada kendala jangan sungkan menghubungi orangku!”

“Baik, dan aku jamin karena aku ini sudah sangat menguasai pasar Asia Pak, aku pasti bisa membawa barang-barangmu masuk dengan mulus!”

Tidak lama kemudian seorang wanita datang menghampiri Emanuel, wanita tersebut merupakan hadiah kecil dari rekan bisnis Emanuel untuk memuaskan birahi Emanuel malam ini.

“Bersenang-senanglah Pak dengan wanita pilihanku,”

“Aku akan membawanya,”

Karena ingin menemui Bianca juga, Emanuel memutuskan untuk membawa wanita tadi dan bermalam di rumah yang ditempati oleh Bianca, memang karena kesibukannya mengurus bisnis, Emanuel tidak pernah sempat memiliki seorang kekasih! Sejak dulu jika nafsunya tidak dapat dibendung, maka Emanuel akan meminta orang suruhannya untuk membeli wanita bayaran hanya untuk sekedar menjadi tempt pembuangan cairan putihnya.

Malam ini Emanuel berencana menikmati hadiah kecilnya terlebih dahulu baru setelah itu menemui Bianca, kedatangan Emanuel di rumah ini disambut sangat gembira oleh para bodyguard yang selama ini menjaga Bianca, mereka tau betul Bianca pasti akan merasa sangat bahagia ketika tau Papanya akhirnya pulang ke rumah.

“Pak, kami senang anda datang ke rumah ini nona juga pasti tidak akan menyangka,”

“Aku akan menemuinya setelah selesai dengan ini,” kata Emanuel.

Para bodyguard pun paham apa yang dimaksud oleh Emanuel, mereka tau kebutuhan biologis memang tidak bisa ditunda-tunda. Emanuel dan wanita bayaran itu masuk ke salah satu kamar, Emanuel duduk ditepi ranjang sementara wanita tadi mulai melucuti pakaiannya sendiri, kedua pasang mata Emanuel terus memperhatikan setiap kali ada kain jatuh kelantai.

Wanita tadi dengan wajah hornynya sudah melepaskan pakaian dan rok yang dia kenakan, kemudian wanita tersebut pun naik keatas pangkuan Emanuel! Keduanya kemudian berciuman terlebih dahulu.

Sementara itu Bianca yang baru selesai mandi keluar dari dalam kamarnya untuk mencari angin segar, seorang bodyguard pun menghampiri Bianca.

“Nona, maksudku Bi Pak Nuel baru saja pulang ke rumah ini!”

“Papa pulang ke rumah ini? Tadi dia memang mengantar aku pulang ke rumah tapi kan hanya sampai di gerbang,”

“Bukan sampai di gerbang, Pak Nuel benar-benar pulang katanya mau menemuimu, kau senang kan?”

“Tentu aku senang, sekarang Papa dimana?”

“Di kamar itu, nanti tunggu satu jam atau dua jam dia akan menemuimu!”

“Sekarang saja, lagipula aku ingin bicara dengan Papa,”

“Eh jangan!”

“Kenapa? Aku mau bicara dengan Papaku,”

“Ya Tuhan Bi, jangan dulu!”

Bodyguard itu berusaha menahan laju kaki Bianca agar tidak dulu menemui Emanuel didalam kamar tersebut, akan tetapi Bianca malah tetap bersikeras dan langsung membuka pintu kamar tersebut. Emanuel dan wanita tadi yang sedang asik berciuman sampai tidak sadar jika ada yang membuka pintu kamar, sementara kedua mata Bianca terbelalak melihat aksi Papanya bersama seorang wanita.

“Papa,”

Suara Bianca membuat Emanuel dan wanita tadi berhenti berciuman dan kompak menoleh kearah Bianca, wajah Bianca terlihat melongo sementara Emanuel langsung meminta wanita tadi untuk kembali memakai pakaiannya. Bianca pun segera menghampiri Emanuel dan melakukan hal yang wanita tadi lakukan dengan naik keatas pangkuan Emanuel.

“Papa maaf tadi aku marah-marah terlalu kasar padamu!”

Bianca memeluk Emanuel sambil tetap berada diatas pangkuan Emanuel, sementara wanita bayaran itu masih belum memakai pakaiannya karena yakin malam ini dia akan melayani laki-laki setampan dan seperkasa Emanuel.

“Siapa wanita ini Pak? Kenapa dia lancang sekali mengganggu kita?” tanya wanita itu.

“Kau yang siapa, kenapa bersama Papaku didalam kamar?” tanya Bianca sambil tetap memeluk Emanuel.

“Pergilah!” kata Emanuel.

“Kau dengar itu, pergi dari sini jangan ganggu aku dan Pak Nuel karena kami sedang tidak bisa diganggu!” ujar wanita bayaran itu.

“Maksudku kau yang pergi!” ujar Emanuel sambil menunjuk kearah wanita bayaran itu.

“A-aku?”

Bianca malah tersenyum melihat wanita itu diusir oleh Papanya.

“Tapi Pak, aku ditugaskan melayanimu hingga puas,”

“Apa telingamu bermasalah sampai tidak mendengar perintahku? Perlu satu peluru menembusnya agar kau dapat mendengar dengan baik?” kata Emanuel.

Wanita itu pun ketar-ketir lalu buru-buru memakai pakaiannya karena takut pada ancaman Emanuel, wanita tersebut kemudian segera keluar dari dalam kamar.

Hanya tinggal Bianca dan Emanuel saja yang berada didalam kamar tersebut, Bianca juga sangat betah berada diatas pangkuan Papanya.

“Kau juga keluarlah dari kamar ini!”

“Bukankah Papa ingin menemuiku kata bodyguard diluar sana?”

Emanuel dan Bianca pun saling menatap, dari jarak sedekat ini Bianca merasa wajah Papanya itu justru terlihat semakin tampan mempesona sampai-sampai Bianca terus menatap lekat-lekat Emanuel.

“Jangan pernah lancang langsung masuk begitu saja,”

“Kalau aku lancang, apa Papa juga akan menembakkan peluru juga ke telingaku karena tidak mendengar apa yang Papa perintahkan? Seperti Papa mengancam wanita tadi,” Bianca malah menaik turunkan alisnya menggoda Emanuel.

“Hmm,” kata Emanuel.

“Ih Papa masa mau menembak putrimu yang cantik ini, tapi sekarang aku senang sekali Papa pulang,”

Bianca semakin mempererat pelukannya, rasanya begitu nyaman sekali memeluk tubuh Papanya sementara Emanuel hanya diam saja dan tidak membalas pelukan Bianca.

“Papa aku janji akan mendengarkanmu, jika kau suruh aku tidak berpesta dengan teman-temanku aku akan dengarkan itu tapi Papa jangan pergi-pergi lagi ya Pa,”

“Bia rindu Papa, Bia ingin makan bersama Papa, berbincang banyak hal dan pergi berlibur dengan Papa,”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status