Share

Bab 4 Digendong Papa ke kamar

Disatu sisi Emanuel yang mendengar curahan hati Bianca merasa jika memang dirinya belum bisa menjadi seorang Papa yang baik untuk Bianca, tapi diposisi Emanuel pun juga tidak mudah! Dimana dia seorang pria lajang yang berusia 34 tahu namun harus berperan menjadi seorang Papa di usianya yang terbilang masih muda, ditambah lagi Emanuel tidak mengerti bagaimana cara dia harus bersikap terhadap putri angkatnya itu, jika pun harus mengobrol rasanya Emanuel pun tidak paham apa yang harus diobrolkan dengan Bianca.

Untuk mencurahkan rasa sayang layaknya seorang Papa pada putrinya pun Emanuel merasa sulit, bagaimana bisa dia menyayangi Bianca yang bukan darah dagingnya ditambah Bianca adalah cucu dari musuh keluarganya sendiri. Karena itulah Emanuel lebih banyak diam meskipun Bianca terus mengoceh mengajaknya bicara.

Lama terdiam dan hanya mendengarkan curahan hati Bianca, Emanuel pun melepaskan pelukan Bianca yang sejak tadi melingkar di tubuh kekarnya, diturunkannya tubuh Bianca yang sejak tadi duduk diatas pangkuannya! Bianca pun hanya menatap Emanuel , terlihat Emanuel semakin menjaga jarak dengan Bianca dia berjalan menjauh mendekati jendela kamarnya sedangkan Bianca masih duduk diatas ranjang.

“Papa, apa aku ini sungguh putri kandungmu? Kenapa Papa selalu saja seperti orang bisu setiap kali aku mengajakmu bicara?”

Bianca rasanya sangat frustasi selalu diacuhkan begini, sampai-sampai memiliki pikiran mungkin dirinya bukanlah puteri kandung Emanuel.

“Pergilah ke kamarmu, ini sudah malam,”

“Tidak mau! Aku akan tidur dengan Papa,”

Bianca lalu langsung tidur telentang diatas ranjang itu dan menarik selimutnya, tak disangka Emanuel malah berjalan menuju pintu untuk keluar dari dalam kamar, karena kesal Bianca pun hendak mengejar Emanuel karena tidak mau ditinggalkan lagi, tapi saat turun dari ranjang tangannya tidak sengaja menjatuhkan lampu tidur crystal yang terletak diatas meja samping ranjang tersebut.

Lampu tidur crystal itupun pecah dilantai, sontak saja Emanuel langsung berhenti sejenak! Melihat Emanuel yang berhenti, Bianca malah sekarang takut jika sampai Emanuel memarahinya gara-gara memecahkan lampu tidur mahal itu. Bianca terdiam dan menundukkan wajahnya, benar saja langkah kaki Emanuel terlihat mendekati Bianca membuat Bianca semakin takut dimarahinya.

Emanuel lalu berjalan menginjak pecahan crystal itu karena kakinya mengenakan sepatu, maka Emanuel tidak terluka sama sekali! Sebaliknya Emanuel yang melihat Bianca tidak memakai sandalnya langsung menggendong tubuh Bianca.

Ketakutan Bianca jika Emanuel akan memarahinya ternyata salah besar! Justru Emanuel menggendong Bianca agar kedua kakinya itu tidak terkena pecahan crystal lampu! Saat digendong oleh Emanuel, pandangan kedua mata Bianca terus menerus menatapnya sementara Emanuel malah sama sekali tidak menatapnya dan pandangannya lurus kedepan.

Dibukanya pintu kamar Bianca lalu diturunkannya tubuh Bianca setelah didalam kamarnya itu!

“Apa Papa marah aku menjatuhkan lampu tidur crystal itu? Maaf Papa Bi tidak sengaja,”

Tapi seperti biasanya Emanuel tak merespon apapun dan langsung pergi meninggalkan Bianca, hati Bianca pun kembali bersedih! Memiliki seorang Papa tapi merasa sangat asing sekali dengannya, tapi Bianca bisa apa segala hal sudah dicobanya agar bisa dekat dengan Emanuel sayangnya Emanuel tak pernah memberi respon baik sejak dulu.

Keesokan harinya, Bianca terbangun semangat sekali padahal biasanya dia menunggu sampai suara alarm berbunyi atau menunggu asisten rumah tangga membangunkan dirinya, tapi hari ini karena Bianca tau Emanuel menginap di rumah ini semalam, Bianca bangun pagi-pagi sekali agar bisa sarapan bersama dengan Emanuel.

Buru-buru Bianca mandi lalu bersiap-siap karena hari juga Bianca ada kelas pagi, dengan ceria Bianca berjalan menuju ruang makan di rumah itu! Tapi begitu sampai di ruangan makan itu, ternyata tidak ada Emanuel hanya ada kedua bodyguard Bianca saja yang sudah menunggu.

“Ungcle, dimana Papaku?”

“Pak Nuel sudah meninggalakan rumah beberapa saat lalu Bi!” kata salah seorang bodyguardnya.

Wajah Bianca pun kembali murung, padahal Bianca ingin sekali bisa sarapan bersama dengan Papanya itu. Duduklah Bianca dikursi itu lalu menatap sereal yang sudah disiapkan oleh asisten rumah tangga.

“Bi, tadi Pak Nuel berpesan nanti sore katanya akan menjemputmu ke kampus jadi kami tidak akan menunggumu sampai selesai kuliah!” ucap salah seorang bodyguardnya.

Wajah Bianca yang mendengar Emanuel akan menjemputnya di kampus langsung sumringah, Bianca tidak dapat menyembunyikan rasa senangnya mendengar hal itu.

“Apa Ungcle? Apa Bi tidak salah dengar? Papa akan menjemputku?”

“Iya, katanya dia akan mengajakmu ke suatu tempat!” ujar bodyguardnya itu.

“Asik, akhirnya aku dijemput Papa! Ungcle aku punya Papa, Papa sayang padaku!”

Bianca langsung menghampiri kedua bodyguardnya dan mengajak mereka menari-nari, asisten rumah tangga yang sejak Bianca kecil ikut mengasuhnya pun turut senang akhirnya es kutub Emanuel sedikit mencair sekarang. Bianca langsung semangat menghabiskan sarapannya, lalu segera berangkat ke kampus.

Teman-teman Bianca yang melihat Bianca sangat ceria hari ini, kemudian menghampiri Bianca yang baru saja duduk dibangkunya.

“Senyum-senyum habis menang judi kah Bi?”

“Judi? Bukan, Bianca pasti habis jadian dengan Lucas iya kan Bi?” tanya teman yang lainnya.

“Salah! Tebakan kalian tidak ada yang benar, pokoknya hari ini aku bahagia sekali,”

“Bagi-bagilah bahagianya Bi sama kita,”

“Bagaimana cara membaginya kawan?” tanya Bianca.

“Ya misalnya dengan memberikan nomor handphone Papamu yang super tampan itu Bi,” ujar temannya.

“Kalian naksir dengan Papaku?”

“Wanita mana yang tidak tergila-gila dengan Papamu Bi, padahal aku baru melihatnya sekali tapi wajah dan tubuh kekar Papamu itu selalu terngiang-ngiang di kepalaku,”

“Iya betul itu Bi, Ibumu dulu beruntung sekali bisa menikah dengan Papamu, bahkan Lucas laki-laki yang selama ini aku anggap paling tampan disini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan ketampanan Papamu, punya saja kau cantik begini ternyata menurun dari Papamu,”

“Hmm kalian benar Papa memang tampan sekali, tapi aku tidak berminat memiliki ibu tiri seperti kalian iuwww,”

Ckckckckk….

“Bianca!” teriak kedua temannya itu.

Mereka pun terus berbincang dan bercanda sebelum jam perkuliahan dimulai, tak lama berselang Lucas pun datang lalu meletakan sebuah minuman dimeja Bianca.

“Thanks Lucas,”

“Uhhh, masih pagi ini Lucas,” ledek temannya Bianca.

“Kalian menyingkirlah, aku mau berbicara dengan bidadariku,” kata Lucas.

Bianca pun tersenyum mendapatkan gombalan dari Lucas pagi-pagi begini, walaupun Bianca sudah kenyang dengan yang namanya rayuan laki-laki tapi entah kenapa Lucas memiliki pribadi yang baik menurut Bianca, jadi ya tentu saja Bianca merasa senang disukai oleh Lucas.

“Bi, nanti pulang kuliah aku ingin mengajakmu pergi kau ada waktu?”

“Kalau hari ini aku tidak bisa Lucas, aku ada keperluan lain! Bagaimana jika lain waktu?”

“Oh begitu, baiklah Bi kita bisa pergi lain kali,”

Saat sedang asik mengobrol dengan Lucas, dosen pun masuk untuk memberikan materi kuliah pagi ini, terpaksa Lucas dan Bianca harus berhenti berbincang-bincang, meski begitu Lucas terus saja diam-diam memperhatikan Bianca bukan fokus pada apa yang disampaikan oleh dosen.

Dari gerak gerik Lucas, dapat Bianca tebak jika sebentar lagi Lucas akan menyatakan perasaan cinta terhadap dirinya, lagipula Bianca merasa sudah cukup dewasa untuk memulai perjalanan cinta dengan seorang laki-laki, dan Lucas bukanlah ide yang buruk.

Sore harinya Bianca pun sudah selesai kuliah, ketika sampai di halaman kampusnya Bianca melirik kesegala arah untuk menemukan Papanya, sebuah mobil yang tak jauh dari posisi Bianca berdiri membunyikan klakson, Bianca pun segera menghampiri, Emanuel datang menjemput bersama dengan supir pribadinya, Bianca pun memberikan senyum terbaiknya pada Emanuel lalu duduk dibangku belakang yang berarti disamping Emanuel.

“Papa, apa Papa sudah menunggu sejak tadi?”

“Tidak non, kami baru sampai kok,” jawab supir pribadi Emanuel.

Padahal Bianca ingin agar Papanya itu yang menjawab, sayangnya Emanuel tidak tertarik berbicara dengan Bianca pandangan Emanuel pun terus mengarah kesamping jendela mobilnya padahal Bianca mengajaknya bicara.

“Papa, darimana Papa tau aku pulang jam segini?”

“Dari bodyguard nona Bianca tentunya, saya diminta Pak Nuel untuk menanyakan jam kepulangan non Bianca terlebih dulu sebelum kami kesini!” jawab supir pribadi Emanuel.

Bianca benar-benar kesal sekali karena lagi-lagi bukan Emanuel yang menjawab, tapi untungnya kesabaran Bianca masih banyak sehingga Bianca pun memikirkan bagaimana cara agar Emanuel itu dapat bicara dengannya.

Sebuah ide terbesit dalam benak Bianca, melihat handphone Emanuel yang ditaruh disaku depan jaket berwarna hitam yang dikenakan oleh Emanuel, Bianca pun mengambil begitu saja handphone milik Emanuel sehingga pandangan Emanuel pun akhirnya berpaling dari jendela mobil ke Bianca.

“Kembalikan!” kata Emanuel yang akhirnya bersuara juga.

“Akhirnya Papa bicara juga denganku,”

Bianca tetap memegangi handphone milik Emanuel lalu menyembunyikannya dibelakang pinggangnya.

“Aku tidak suka mengulang perkataan,” kata Emanuel.

“Baiklah akan aku kembalikan,”

Secara perlahan Bianca mengarahkan handphone milik Emanuel ke wajah Emanuel agar handphone tersebut tidak terkunci lagi, Emanuel coba merebutnya begitu handphone miliknya itu sudah tidak terkunci lagi namun Bianca buru-buru menghalang-halangi Emanuel sambil mengetikkan nomor handphonenya lalu melakukan misscall ke nomor handphonenya sendiri dari handphone Emanuel.

“Nah ini, aku kembalikan Papa sekarang aku memiliki nomor handphonemu dan kau memiliki nomor handphoneku!”

Diraihnya handphone itu oleh Emanuel tanpa berkata-kata lagi, dimasukkannya kembali ke saku jaket hitam miliknya itu.

“Papa jangan lupa di save, nanti kalau aku telepon Papa angkat ya! Ngomong-ngomong Papa mau mengajak aku kemana?”

“Hmm, sepertinya sampai mulutku berbusa Papa tidak akan menjawabku,”

Bianca pun akhirnya menyerah dan diam mengikuti Emanuel yang sejak tadi mengunci mulutnya, akhirnya mobil tersebut memasuki sebuah bangunan hotel yang terlihat masih baru dan di halaman hotel tersebut terdapat banyak karangan bunga sebagai ucapan selamat atas pembukaan hotel tersebut, hotel itu bernama hotel Adilson sepertinya itu milik kakeknya Bianca sendiri.

“Hotel Adilson, Papa ini hotel baru kakek?”

Mobil berhenti lalu Emanuel pub keluar dari mobil tanpa menjawab pertanyaan Bianca, begitu juga dengan Bianca yang langsung menghampiri Emanuel, saat Emanuel berjalan Bianca langsung sigap menggandeng Emanuel dan tersenyum padanya.

Tatapan Emanuel terheran-heran karena ini baru pertama kalinya dia berjalan sambil menggandeng seorang wanita, Bianca dengan erat menggandeng Emanuel keduanya pun masuk kedalam aula hotel.

Disana telah banyak sekali para tamu undangan tapi sepertinya acara belum dimulai, Adilson yang melihat Emanuel datang bersama dengan Bianca langsung terkejut! Adilson memang tidak pernah setuju Emanuel mengangkat anak Bianca, bahkan Adilson selalu bersikap sinis terhadap Bianca dan sama halnya dengan Emanuel, Adilson bisa lima tahun sekali bertemu dengan Bianca itupun karena kebetulan Emanuel sedang berada di rumah yang ditempati oleh Bianca.

“Nuel, kau datang dengan anak ini?”

“Hai kakek, apa kabar? Wah kakek terlihat masih sangat gagah dan tampan ya,” kata Bianca.

Sengaja Bianca selalu memuji kakeknya itu siapa tau dengan sering memujinya Adilson bisa bersikap lebih baik lagi pada dirinya, Adilson malah menatap sinis Bianca.

“Kau tidak diharapkan datang kesini, sebaiknya kau pulang saja!”

“Jangan begitulah kakek, aku kan cucumu,”

“Cucuku? Heuh,”

Ditariknya Bianca untuk menjauh dari Adilson oleh Emanuel.

“Ambilan minum!” kata Emanuel.

“Papa mau aku ambilkan minum?”

“Hmm,”

Bianca kemudian pergi ke sebuah meja panjang yang terdapat banyak sekali makanan dan minuman yang tersedia, sementara Emanuel kembali menghampiri Adilson.

“Nuel, Papa tidak mengerti dengan jalan pikiranmu! Apa kau gila? Kenapa membawa gadis itu kemari Hah?”

“Pa, dia putriku suka atau tidak suka tolong bersikaplah lebih baik padanya!” kata Emanuel.

“Bisa-bisa Papamu ini mati terkena serangan jantung bila kau terus menerus menganggap seolah-olah dia itu anakmu!” kata Adilson.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status