Disatu sisi Emanuel yang mendengar curahan hati Bianca merasa jika memang dirinya belum bisa menjadi seorang Papa yang baik untuk Bianca, tapi diposisi Emanuel pun juga tidak mudah! Dimana dia seorang pria lajang yang berusia 34 tahu namun harus berperan menjadi seorang Papa di usianya yang terbilang masih muda, ditambah lagi Emanuel tidak mengerti bagaimana cara dia harus bersikap terhadap putri angkatnya itu, jika pun harus mengobrol rasanya Emanuel pun tidak paham apa yang harus diobrolkan dengan Bianca.
Untuk mencurahkan rasa sayang layaknya seorang Papa pada putrinya pun Emanuel merasa sulit, bagaimana bisa dia menyayangi Bianca yang bukan darah dagingnya ditambah Bianca adalah cucu dari musuh keluarganya sendiri. Karena itulah Emanuel lebih banyak diam meskipun Bianca terus mengoceh mengajaknya bicara. Lama terdiam dan hanya mendengarkan curahan hati Bianca, Emanuel pun melepaskan pelukan Bianca yang sejak tadi melingkar di tubuh kekarnya, diturunkannya tubuh Bianca yang sejak tadi duduk diatas pangkuannya! Bianca pun hanya menatap Emanuel , terlihat Emanuel semakin menjaga jarak dengan Bianca dia berjalan menjauh mendekati jendela kamarnya sedangkan Bianca masih duduk diatas ranjang. “Papa, apa aku ini sungguh putri kandungmu? Kenapa Papa selalu saja seperti orang bisu setiap kali aku mengajakmu bicara?” Bianca rasanya sangat frustasi selalu diacuhkan begini, sampai-sampai memiliki pikiran mungkin dirinya bukanlah puteri kandung Emanuel. “Pergilah ke kamarmu, ini sudah malam,” “Tidak mau! Aku akan tidur dengan Papa,” Bianca lalu langsung tidur telentang diatas ranjang itu dan menarik selimutnya, tak disangka Emanuel malah berjalan menuju pintu untuk keluar dari dalam kamar, karena kesal Bianca pun hendak mengejar Emanuel karena tidak mau ditinggalkan lagi, tapi saat turun dari ranjang tangannya tidak sengaja menjatuhkan lampu tidur crystal yang terletak diatas meja samping ranjang tersebut. Lampu tidur crystal itupun pecah dilantai, sontak saja Emanuel langsung berhenti sejenak! Melihat Emanuel yang berhenti, Bianca malah sekarang takut jika sampai Emanuel memarahinya gara-gara memecahkan lampu tidur mahal itu. Bianca terdiam dan menundukkan wajahnya, benar saja langkah kaki Emanuel terlihat mendekati Bianca membuat Bianca semakin takut dimarahinya. Emanuel lalu berjalan menginjak pecahan crystal itu karena kakinya mengenakan sepatu, maka Emanuel tidak terluka sama sekali! Sebaliknya Emanuel yang melihat Bianca tidak memakai sandalnya langsung menggendong tubuh Bianca. Ketakutan Bianca jika Emanuel akan memarahinya ternyata salah besar! Justru Emanuel menggendong Bianca agar kedua kakinya itu tidak terkena pecahan crystal lampu! Saat digendong oleh Emanuel, pandangan kedua mata Bianca terus menerus menatapnya sementara Emanuel malah sama sekali tidak menatapnya dan pandangannya lurus kedepan. Dibukanya pintu kamar Bianca lalu diturunkannya tubuh Bianca setelah didalam kamarnya itu! “Apa Papa marah aku menjatuhkan lampu tidur crystal itu? Maaf Papa Bi tidak sengaja,” Tapi seperti biasanya Emanuel tak merespon apapun dan langsung pergi meninggalkan Bianca, hati Bianca pun kembali bersedih! Memiliki seorang Papa tapi merasa sangat asing sekali dengannya, tapi Bianca bisa apa segala hal sudah dicobanya agar bisa dekat dengan Emanuel sayangnya Emanuel tak pernah memberi respon baik sejak dulu. Keesokan harinya, Bianca terbangun semangat sekali padahal biasanya dia menunggu sampai suara alarm berbunyi atau menunggu asisten rumah tangga membangunkan dirinya, tapi hari ini karena Bianca tau Emanuel menginap di rumah ini semalam, Bianca bangun pagi-pagi sekali agar bisa sarapan bersama dengan Emanuel. Buru-buru Bianca mandi lalu bersiap-siap karena hari juga Bianca ada kelas pagi, dengan ceria Bianca berjalan menuju ruang makan di rumah itu! Tapi begitu sampai di ruangan makan itu, ternyata tidak ada Emanuel hanya ada kedua bodyguard Bianca saja yang sudah menunggu. “Ungcle, dimana Papaku?” “Pak Nuel sudah meninggalakan rumah beberapa saat lalu Bi!” kata salah seorang bodyguardnya. Wajah Bianca pun kembali murung, padahal Bianca ingin sekali bisa sarapan bersama dengan Papanya itu. Duduklah Bianca dikursi itu lalu menatap sereal yang sudah disiapkan oleh asisten rumah tangga. “Bi, tadi Pak Nuel berpesan nanti sore katanya akan menjemputmu ke kampus jadi kami tidak akan menunggumu sampai selesai kuliah!” ucap salah seorang bodyguardnya. Wajah Bianca yang mendengar Emanuel akan menjemputnya di kampus langsung sumringah, Bianca tidak dapat menyembunyikan rasa senangnya mendengar hal itu. “Apa Ungcle? Apa Bi tidak salah dengar? Papa akan menjemputku?” “Iya, katanya dia akan mengajakmu ke suatu tempat!” ujar bodyguardnya itu. “Asik, akhirnya aku dijemput Papa! Ungcle aku punya Papa, Papa sayang padaku!” Bianca langsung menghampiri kedua bodyguardnya dan mengajak mereka menari-nari, asisten rumah tangga yang sejak Bianca kecil ikut mengasuhnya pun turut senang akhirnya es kutub Emanuel sedikit mencair sekarang. Bianca langsung semangat menghabiskan sarapannya, lalu segera berangkat ke kampus. Teman-teman Bianca yang melihat Bianca sangat ceria hari ini, kemudian menghampiri Bianca yang baru saja duduk dibangkunya. “Senyum-senyum habis menang judi kah Bi?” “Judi? Bukan, Bianca pasti habis jadian dengan Lucas iya kan Bi?” tanya teman yang lainnya. “Salah! Tebakan kalian tidak ada yang benar, pokoknya hari ini aku bahagia sekali,” “Bagi-bagilah bahagianya Bi sama kita,” “Bagaimana cara membaginya kawan?” tanya Bianca. “Ya misalnya dengan memberikan nomor handphone Papamu yang super tampan itu Bi,” ujar temannya. “Kalian naksir dengan Papaku?” “Wanita mana yang tidak tergila-gila dengan Papamu Bi, padahal aku baru melihatnya sekali tapi wajah dan tubuh kekar Papamu itu selalu terngiang-ngiang di kepalaku,” “Iya betul itu Bi, Ibumu dulu beruntung sekali bisa menikah dengan Papamu, bahkan Lucas laki-laki yang selama ini aku anggap paling tampan disini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan ketampanan Papamu, punya saja kau cantik begini ternyata menurun dari Papamu,” “Hmm kalian benar Papa memang tampan sekali, tapi aku tidak berminat memiliki ibu tiri seperti kalian iuwww,” Ckckckckk…. “Bianca!” teriak kedua temannya itu. Mereka pun terus berbincang dan bercanda sebelum jam perkuliahan dimulai, tak lama berselang Lucas pun datang lalu meletakan sebuah minuman dimeja Bianca. “Thanks Lucas,” “Uhhh, masih pagi ini Lucas,” ledek temannya Bianca. “Kalian menyingkirlah, aku mau berbicara dengan bidadariku,” kata Lucas. Bianca pun tersenyum mendapatkan gombalan dari Lucas pagi-pagi begini, walaupun Bianca sudah kenyang dengan yang namanya rayuan laki-laki tapi entah kenapa Lucas memiliki pribadi yang baik menurut Bianca, jadi ya tentu saja Bianca merasa senang disukai oleh Lucas. “Bi, nanti pulang kuliah aku ingin mengajakmu pergi kau ada waktu?” “Kalau hari ini aku tidak bisa Lucas, aku ada keperluan lain! Bagaimana jika lain waktu?” “Oh begitu, baiklah Bi kita bisa pergi lain kali,” Saat sedang asik mengobrol dengan Lucas, dosen pun masuk untuk memberikan materi kuliah pagi ini, terpaksa Lucas dan Bianca harus berhenti berbincang-bincang, meski begitu Lucas terus saja diam-diam memperhatikan Bianca bukan fokus pada apa yang disampaikan oleh dosen. Dari gerak gerik Lucas, dapat Bianca tebak jika sebentar lagi Lucas akan menyatakan perasaan cinta terhadap dirinya, lagipula Bianca merasa sudah cukup dewasa untuk memulai perjalanan cinta dengan seorang laki-laki, dan Lucas bukanlah ide yang buruk. Sore harinya Bianca pun sudah selesai kuliah, ketika sampai di halaman kampusnya Bianca melirik kesegala arah untuk menemukan Papanya, sebuah mobil yang tak jauh dari posisi Bianca berdiri membunyikan klakson, Bianca pun segera menghampiri, Emanuel datang menjemput bersama dengan supir pribadinya, Bianca pun memberikan senyum terbaiknya pada Emanuel lalu duduk dibangku belakang yang berarti disamping Emanuel. “Papa, apa Papa sudah menunggu sejak tadi?” “Tidak non, kami baru sampai kok,” jawab supir pribadi Emanuel. Padahal Bianca ingin agar Papanya itu yang menjawab, sayangnya Emanuel tidak tertarik berbicara dengan Bianca pandangan Emanuel pun terus mengarah kesamping jendela mobilnya padahal Bianca mengajaknya bicara. “Papa, darimana Papa tau aku pulang jam segini?” “Dari bodyguard nona Bianca tentunya, saya diminta Pak Nuel untuk menanyakan jam kepulangan non Bianca terlebih dulu sebelum kami kesini!” jawab supir pribadi Emanuel. Bianca benar-benar kesal sekali karena lagi-lagi bukan Emanuel yang menjawab, tapi untungnya kesabaran Bianca masih banyak sehingga Bianca pun memikirkan bagaimana cara agar Emanuel itu dapat bicara dengannya. Sebuah ide terbesit dalam benak Bianca, melihat handphone Emanuel yang ditaruh disaku depan jaket berwarna hitam yang dikenakan oleh Emanuel, Bianca pun mengambil begitu saja handphone milik Emanuel sehingga pandangan Emanuel pun akhirnya berpaling dari jendela mobil ke Bianca. “Kembalikan!” kata Emanuel yang akhirnya bersuara juga. “Akhirnya Papa bicara juga denganku,” Bianca tetap memegangi handphone milik Emanuel lalu menyembunyikannya dibelakang pinggangnya. “Aku tidak suka mengulang perkataan,” kata Emanuel. “Baiklah akan aku kembalikan,” Secara perlahan Bianca mengarahkan handphone milik Emanuel ke wajah Emanuel agar handphone tersebut tidak terkunci lagi, Emanuel coba merebutnya begitu handphone miliknya itu sudah tidak terkunci lagi namun Bianca buru-buru menghalang-halangi Emanuel sambil mengetikkan nomor handphonenya lalu melakukan misscall ke nomor handphonenya sendiri dari handphone Emanuel. “Nah ini, aku kembalikan Papa sekarang aku memiliki nomor handphonemu dan kau memiliki nomor handphoneku!” Diraihnya handphone itu oleh Emanuel tanpa berkata-kata lagi, dimasukkannya kembali ke saku jaket hitam miliknya itu. “Papa jangan lupa di save, nanti kalau aku telepon Papa angkat ya! Ngomong-ngomong Papa mau mengajak aku kemana?” “Hmm, sepertinya sampai mulutku berbusa Papa tidak akan menjawabku,” Bianca pun akhirnya menyerah dan diam mengikuti Emanuel yang sejak tadi mengunci mulutnya, akhirnya mobil tersebut memasuki sebuah bangunan hotel yang terlihat masih baru dan di halaman hotel tersebut terdapat banyak karangan bunga sebagai ucapan selamat atas pembukaan hotel tersebut, hotel itu bernama hotel Adilson sepertinya itu milik kakeknya Bianca sendiri. “Hotel Adilson, Papa ini hotel baru kakek?” Mobil berhenti lalu Emanuel pub keluar dari mobil tanpa menjawab pertanyaan Bianca, begitu juga dengan Bianca yang langsung menghampiri Emanuel, saat Emanuel berjalan Bianca langsung sigap menggandeng Emanuel dan tersenyum padanya. Tatapan Emanuel terheran-heran karena ini baru pertama kalinya dia berjalan sambil menggandeng seorang wanita, Bianca dengan erat menggandeng Emanuel keduanya pun masuk kedalam aula hotel. Disana telah banyak sekali para tamu undangan tapi sepertinya acara belum dimulai, Adilson yang melihat Emanuel datang bersama dengan Bianca langsung terkejut! Adilson memang tidak pernah setuju Emanuel mengangkat anak Bianca, bahkan Adilson selalu bersikap sinis terhadap Bianca dan sama halnya dengan Emanuel, Adilson bisa lima tahun sekali bertemu dengan Bianca itupun karena kebetulan Emanuel sedang berada di rumah yang ditempati oleh Bianca. “Nuel, kau datang dengan anak ini?” “Hai kakek, apa kabar? Wah kakek terlihat masih sangat gagah dan tampan ya,” kata Bianca. Sengaja Bianca selalu memuji kakeknya itu siapa tau dengan sering memujinya Adilson bisa bersikap lebih baik lagi pada dirinya, Adilson malah menatap sinis Bianca. “Kau tidak diharapkan datang kesini, sebaiknya kau pulang saja!” “Jangan begitulah kakek, aku kan cucumu,” “Cucuku? Heuh,” Ditariknya Bianca untuk menjauh dari Adilson oleh Emanuel. “Ambilan minum!” kata Emanuel. “Papa mau aku ambilkan minum?” “Hmm,” Bianca kemudian pergi ke sebuah meja panjang yang terdapat banyak sekali makanan dan minuman yang tersedia, sementara Emanuel kembali menghampiri Adilson. “Nuel, Papa tidak mengerti dengan jalan pikiranmu! Apa kau gila? Kenapa membawa gadis itu kemari Hah?” “Pa, dia putriku suka atau tidak suka tolong bersikaplah lebih baik padanya!” kata Emanuel. “Bisa-bisa Papamu ini mati terkena serangan jantung bila kau terus menerus menganggap seolah-olah dia itu anakmu!” kata Adilson.Malas berdebat dengan Emanuel akhirnya Adilson pun tidak lagi memusingkan kehadiran Bianca, malah ketiganya duduk berdekatan Bianca, Emanuel dan Adilson. “Papa ini minumanmu,” disodorkannya satu gelas minuman pada Emanuel. Emanuel pun menerimanya dan langsung meminumnya. “Astaga, kau benar-benar sudah menjadi seorang Papa Nuel,” ujar Adilson. Adilson bahkan terheran-heran dengan Bianca yang sangat menempel sekali dengan Emanuel, bahkan Bianca kembali menggandeng satu tangan Emanuel. Karena acara peresmian hotel baru tersebut akan segera dimulai, Adilson pun naik keatas podium untuk menyambut tamu undangan yang telah hadir disini! Sementara Bianca tetap menempel dengan Emanuel sambil tersenyum kearah podium. Acara itu berlanjut dengan menggunting pita di pintu masuk hotel, Adilson kemudian meminta agar Emanuel berada disamping kanannya, tak disangka Bianca justru ikut berada disamping kiri Adilson. Adilson pun hanya bisa berdehem sambil menahan kesal karena Bianca terus-me
Setibanya didalam markas, Bianca nampak takjub karena ternyata sangat luas sekali akan tetapi Bianca masih belum sadar juga jika pabrik ini bukanlah pabrik makanan ataupun pabrik kebutuhan pokok yang dia pikirkan selama ini! Saat memasuki ruangan kedua, kedua mata Bianca barulah melonglong ketika dihadapannya terdapat banyak sekali senjata api dan juga alat-alat pembuatannya. Glek.. “Kenapa banyak sekali pistol? Apa itu pistol sungguhan?” Sejenak Bianca memikirkan tentang pistol-pistol tersebut, tapi yang dia pikirkan itu tidak mungkin pistol-pistol asli melainkan ini merupakan pabrik pistol mainan saja. “Ini semua pasti hanya pistol mainan saja,” gumam Bianca. Sementara dibelakang Bianca, Emanuel sedang berbicara dengan seorang anggotanya sambil sesekali melirik kearah Bianca. “Baik Pak, nanti akan saya tambah satu alat lagi agar bisa memproduksi sesuai permintaan pasar,” ujar salah seorang anggota. “Bagus,” Selesai berbicara dengan orang tersebut, Emanuel kemudian men
Anggota The King yang sudah berhasil menemukan titik lokasi dari sinyal handphone milik Bianca, memimpin perjalanan untuk menuju lokasi!Sesampainya di sebuah markas yang merupakan markas mafia lain, group mafia bernama red wolf dengan ketua mereka adalah Alfaro, usianya jauh lebih tua dibandingkan dengan Emanuel, memang sering berkonflik dengan The King, terakhir saudara kembar Alfaro mati ditangan Emanuel karena perebutan wilayah kekuasaan.Hal inilah yang menbuat Alfaro ingin menuntut balas dengan nyawa harus dibayar dengan nyawa! Beruntungnya karena Alfaro bisa membuat seseorang dari lingkungan Emanuel berkhianat terhadap Emanuel, sudah lama mereka mengincar Bianca tapi baru inilah kesempatan baik ditempat yang sepi mereka bisa menculik Bianca dengan mudah.“Pak, kami berhasil dengan mudah membawa pesanan anda!”“Ikat dia kursi!”Bianca kemudian diikat di sebuah kursi, saat salah seorang menyingkap rambut panjang Bianca yang tadi menutupi wajahnya, Alfaro tercengang karena ternya
Kenyataan bahwa dirinya hanyalah putri angkat Emanuel membuat Bianca benar-benar sedih, itu artinya dia tidak memiliki siapapun di dunia ini. Bianca bahkan berpikir jika sebenarnya orangtua kandungnya masih hidup tapi tidak menginginkan kehadiran Bianca sehingga membuang Bianca begitu saja.Saat tiba di rumah, Bianca segera masuk kedalam kamarnya untuk mandi karena tubuhnya kotor dan berkeringat. Setelah selesai mandi, Bianca terus bolak-balik ke lantai satu untuk menunggu kedatangan Emanuel tapi Emanuel belum juga tiba di rumah ini.Hati Bianca semakin dilanda gelisah karena ingin segera mengetahui siapa kedua orangtua kandungnya, hari semakin larut dan Bianca yang sudah kelelahan menunggu Emanuel sampai tertidur disofa ruangan tamu.Barulah sekitar pukul dua pagi, Emanuel tiba di rumah tersebut! Karena Bianca ketiduran di sofa ruang tamu, kedua bodyguard pribadi Bianca pun tidak bisa beristirahat di kamar mereka karena harus menjaga Bianca yang ketiduran“Pak, akhirnya anda datang j
Secara sadar Bianca semakin mendekatkan wajahnya dengan wajah Emanuel, lengannya pun semakin erat melingkar di tubuh kekar Emanuel, saat ini tatapan Bianca sudah seperti tatapan wanita binal yang membutuhkan seks impiannya, selama ini Bianca hanya pernah menonton adegan seks dari video di handphone miliknya tanpa pernah merasakan secara langsung bagaimana rasanya! Tapi yang Bianca tau dari video tontonannya itu, wanita akan mendesah dan mengerang nikmat saat diberikan seks yang memuaskan oleh laki-laki lawan mainnya, hal itu selalu membuat Bianca membayangkan betapa nikmatnya jika bisa merasakan miliknya dimasuki oleh kejantanan laki-laki, tapi entah kenapa setiap bayangan nakal itu muncul di kepalanya, tubuh Emanuel lah yang selalu Bianca bayangkan.Apalagi sekarang Bianca mengetahui dirinya tidak sedarah dengan Emanuel, rasa keinginan itu semakin kuat dia rasakan. Bibir berwarna merah muda milik Bianca semakin mendekati bibir Emanuel, deru nafas keduanya sudah saling bersahutan satu
Ditengah gempuran gejolak batin yang dialaminya, Bianca mencoba untuk tetap rilex karena tidak enak pada Lucas apabila sampai memperlihatkan wajah galaunya sekarang! Sementara itu kedua bodyguard yang sudah melihat Emanuel berada didalam cafe ini juga, sebenarnya ingin menghampiri untuk menyapa akan tetapi mereka berdua tidak enak jika mengganggu obrolan diantara Emanuel dengan wanita yang tengah bersamanya, kedua bodyguard itu pun hanya menunggu waktu yang pas saja untuk menyapa Emanuel. Setelah beberapa saat, Emanuel mengakhiri obrolannya dengan Angeline. “Apa kita bisa akhiri pertemuan hari ini sekarang?” tanya Emanuel. “Hmm, bagaimana ya? Sebenarnya aku sangat ingin sekali pertemuan hari ini tidak berakhir dulu, tapi jujur saja aku bukan tipekal wanita egois,” “Kalau begitu aku pamit!” “Tunggu Nuel, a-aku kan kesini naik taxi dan aku harap kau mau mengantar aku pulang,” kata Angeline, padahal Angeline membawa mobil ke cafe ini tapi itu urusan gampang, nanti Angeline tinggal m
Mengetahui Bianca pergi tanpa sarapan dulu bersamanya, Emanuel hanya menghela nafas panjangnya. Sementara Bianca masih terus memikirkan cara agar dirinya bisa terlepas dari rasa ingin selalu dekat dengan Emanuel.“Apa selain aku mencoba berpacaran dengan Lucas, aku juga harus mencari orangtua kandungku? Dengan begitu aku tidak perlu lagi tinggal dengan Papa, dan perasaan ini pasti perlahan akan hilang jika aku tidak pernah lagi bertemu dengan Papa?” dalam hati Bianca.Kedua bodyguard Bianca yang melihat nona mereka pagi-pagi begini sudah melamun, merasa sangat khawatir.“Bi, kenapa melamun? Ceritalah pada kami!” ujar salah satu bodyguardnya.“Ungcle, apa kalian bisa membantuku?”“Membantu apa?” keduanya bertanya secara bersama-sama.“Bantu aku untuk mencari orangtua kandungku, kalian kan merawat dan menjaga aku sejak kecil, kalian pasti sedikit banyak mengetahui kan saat Papa mengadopsi aku?”Kedua bodyguard Bianca langsung ketar-ketir mendengar permintaan Bianca, karena pada kenyataa
Emanuel hanya menggelengkan kepalanya, membuat Adilson sebagai seorang Ayah yang ingin agar putra satu-satunya menikah dan hidup bahagia merasa frustasi bagaimana lagi caranya membujuk Emanuel agar bisa serius dengan satu wanita.“Lalu kenapa kau sangat membatasi diri dari Angeline? Apa dia bukan tipemu? Dia kurang seksi?”“Tidak Papah, Angeline cukup cantik dia juga wanita yang baik,”“Lantas apa lagi yang kau permasalahkan?” tanya Adilson.“Beri aku waktu sebentar lagi,” kata Emanuel.“Ya sudah, Papa akan memberimu waktu Nuel tapi ingat Papa sudah tua dan ingin sekali melihatmu menikah,”Setelah obrolan itu, Adilson pergi meninggalkan rumah untuk berjudi dengan lawan mainnya dari negara lain, sementara Emanuel masih betah berdiam diri sambil melihat layar televisi besar dihadapannya! Padahal handphone Emanuel sejak tadi bergetar karena adanya panggilan masuk dari salah satu bodyguard yang menjaga Bianca selama ini, dia ingin memberitahu Emanuel bahwa malam ini Bianca diizinkan pergi
Karena merasa tidak mendapatkan jawaban ditambah hatinya merasa semakin gundah, Bianca pun berdiri dari sofa untuk pergi."Kau mau kemana? Mau pergi begitu saja? Kau bahkan belum mendapatkan jawaban dari apa yang ingin kau tau!" ujar Adilson."Aku kesini bukan untuk berdebat dengan Papah, aku kesini mencari suamiku!" kata Bianca."Baru sekarang kau menganggapnya suami?""Aku pergi dulu Pah!""Berjanjilah padaku untuk memaafkannya jika aku memberitahu dimana keberadaan Emmanuel!" kata Adilson dengan kedua mata berkaca-kaca.Bianca yang melihat sorot kedua mata Adilson berkaca-kaca, akhirnya duduk kembali."Kau juga ingin tau bukan dengan apa yang terjadi pada keluargamu dan mengapa Nuel membunuh mereka?""Ya, tapi anda tidak pernah memberikan penjelasan apapun terhadapku! Yang aku tau hanya suamiku lah yang membunuh mereka dulu dan aku diadopsinya, dan sekarang menjadi isterinya!" kata Bianca.Adilson pun akhirnya angkat bicara, dan menceritakan awal mula mengapa dirinya dan keluarga B
Matinya Alfaro dan juga ketua group Ramosa menjadikan group the King semakin merajai bisnis hitam di negara ini, dan tidak terkalahkan lagi! Suasana didalam markas besar tersebut penuh dengan kepulan asap dampak dari granat yang meledak. Dengan tertatih-tatih Adilson membangunkan Emmanuel, ini adalah kali pertama para anggota group the king melihat sosok angkuh dari seorang Adilson Carlos menangis karena melihat Emmanuel yang terluka parah.Mereka saling bahu membahu membantu yang mati ataupun yang terluka untuk keluar dari markas tersebut! Setelah itu Emmanuel dan anggota yang terluka dibawa ke tempat khusus yang memiliki tenaga medis serta perlengkapan medis yang lengkap untuk menangani mereka.Agar tidak terendus oleh polisi karena jumlah korban yang tertembak sangat banyak, langkah untuk melarikan mereka yang mati atau terluka ke tempat khusus untuk, adalah pilihan yang tepat! Sebuah gedung laboratorium yang memang dialih fungsikan dan sudah bekerja sama dengan group the king unt
Waktu menunjukkan pukul dua belas malam waktu setempat, Emmanuel beserta para anggota the king yang tadinya stay di markas mereka bergegas pergi untuk menyusul rombongan Adilson yang pergi untuk menyerang markas group Ramosa.Entah kenapa Emmanuel merasakan firasat buruk sejak tadi, padahal rombongan anggota the king yang dibawa oleh Adilson adalah rombongan anggota yang sangat terlatih dan profesional untuk menyerang maupun bertahan, tapi Emmanuel seperti merasakan ada sesuatu yang mengganjal.Setelah melakukan perjalanan berjam-jam lamanya, Emmanuel dan sebagainya anggota the king yang ikut bersamanya mulai turun dari mobil dengan perlengkapan senjata masing-masing.Padahal jarak mereka ke markas besar group Ramosa tidak terlalu dekat, namun suara-suara tembakan dari markas besar itu sudah santer terdengar ditelinga Emmanuel dan anggota the king yang baru saja tiba! Emmanuel memberikan instruksi dan strategi sebelum bergerak lebih dekat ke markas tersebut.Setelah menerima instruksi
Diraihnya pinggul ramping Bianca oleh Emmanuel sehingga membuat Bianca duduk diatas pangkuan Emmanuel! Satu tangan Bianca yang semula sedang memegang kain berisi es batu, karena terkejut tiba-tiba Emmanuel menarik pinggulnya, kompres itu pun sampai terjatuh dari tangannya.Emmanuel kemudian semakin mempererat kedua tangannya mendekap pinggul Bianca, tubuh Bianca pun semakin tidak memiliki jarak dengan tubuh Emmanuel, kedua mata mereka saling menatap dan nafas keduanya mulai sama-sama naik turun."Aku mencintaimu Bi,"Satu tangan Emmanuel membelai leher jenjang Bianca kemudian Emmanuel pun segera melumat bibir ranum Bianca, terdengar desahan tipis dari bibir Bianca disela-sela bunyi kecapan beradunya bibir mereka.Tidak ada lagi penolakan yang dilakukan oleh Bianca terhadap Emmanuel, justru kedua tangan Bianca terlihat melingkar dibelakang leher Emmanuel. Keduanya terus berciuman disaksikan oleh Maxima yang seolah mengerti jika kedua orangtuanya sedang tidak dapat diganggu, Maxima terl
Bianca pun tidak kuasa menahan air matanya yang semakin deras membanjiri kedua pipinya, sedangkan Emmanuel masih terus berbicara didepan."Aku tidak berharap kalian akan memaafkan aku, tapi aku berharap kalian bisa tenang dan damai di surganya Tuhan, amin!" kata Emmanuel sambil memandangi foto-foto orangtua Bianca dilayar besar itu.Tidak mau terlalu lama bersedih, Emmanuel pun mengakhiri pembicaraan tentang mendiang kedua mertuanya, dan kini Emmanuel ingin memperkenalkan bayi perempuannya sekaligus memberikan nama untuk bayi perempuannya dan juga hotel ini."Please beri sambutan yang meriah untuk putriku yang cantik, dan juga isteriku yang selalu cantik, Bianca!" kata Emmanuel.Prok, prok, prok.."Naiklah ke podium, setidaknya demi putrimu yang harus segera diberikan nama!" kata Adilson pada Bianca.Bianca yang tadinya enggan untuk naik keatas podium bersanding dengan Emmanuel, namun mengingat ini semua demi bayinya! Akhirnya Bianca pun mengambil alih menggendong baby-nya yang semula
Emmanuel yang sudah tidak tahan lagi ingin segera membenamkan kejantanannya yang telah lama menganggur itu kedalam lubang kenikmatan Bianca, segera melepaskan kedua jarinya dari dalam sana setelah Bianca sampai pada puncak kenikmatannya.Kemudian dengan tergesa-gesa Emmanuel melepaskan pakaian dan celananya sendiri, akhirnya Bianca kembali melihat dan berhadapan secara langsung dengan kejantanan super panjang dan jumbo yang dulu telah merenggut kesuciannya dan membuatnya ketagihan dengan sex.Meskipun Bianca terlihat langsung membuang muka, namun Emmanuel sangat yakin dan paham jika sebenarnya Bianca pun sama seperti dirinya yang sudah sangat ingin melakukan penyatuan ini."Pandangi kejantananku Bi!" perintah Emmanuel."Aku tidak ingin melihatnya," ucap Bianca."Kalau begitu aku akan membuatmu memandanginya," kata Emmanuel.Langsung saja Emmanuel kembali menindih tubuh seksi Bianca dan satu tangannya memasukkan kejantanannya itu kedalam bagian inti Bianca yang telah kembali menyempit!
Emmanuel lantas menyunggingkan senyum dibibirnya lalu mengambil lingerie seksi itu dari dalam lemari, disodorkannya lingerie berwarna merah itu pada Bianca, kemudian dengan wajah ditekuk Bianca segera mengambil lingerie tersebut dari tangan Emmanuel.Jari jemari Emmanuel membelai lembut wajah Bianca."Aku sangat tidak sabar melihat tubuh seksi mu memakainya,"Ditepisnya jari jemari Emmanuel itu oleh Bianca, lalu Bianca pun segera masuk kedalam kamar mandi! Setelah menutup pintu kamar mandinya, Bianca melemparkan lingerie itu ke lantai dan emosinya benar-benar memuncak.Jika dulu Emmanuel yang telah membuat dirinya mengenal sex, dan membuatnya ketagihan tapi kini Bianca sebisa mungkin meredam sisi birahi dalam dirinya karena tidak ingin melakukannya lagi dengan Emmanuel.Sudah satu jam Bianca berada didalam kamar mandi dan hal itu sangat membuat Emmanuel tidak bisa bersabar lagi, diketuknya pintu kamar mandi tersebut oleh Emmanuel."Bi, kenapa lama sekali?"Bianca yang sejak tadi sudah
Satu bulan berlalu dan tidak ada perubahan yang signifikan dari sikap Bianca terhadap Emmanuel, masih seperti biasanya Bianca selalu memagari dirinya dengan tembok yang sangat tinggi dari Emmanuel, sikap dingin, acuh dan sama sekali tidak peduli dengan kehadiran Emmanuel menjadi persoalan yang semakin serius bagi pernikahan keduanya.Bianca memang sangat diratukan oleh Emmanuel, dia dibelikan mobil mewah baru, uang yang tidak terbatas, perhiasan dan memiliki banyak asisten rumah tangga di rumah tersebut, semuanya dilayani oleh asisten rumah tangga bahkan untuk sekedar mengambil air putih sendiri saja tidak diperbolehkan oleh Emmanuel, tapi sepertinya Bianca sama sekali tidak tertarik dengan semua kemewahan yang diberikan oleh Emmanuel untuknya, mobil mewah, uang dan perhiasan tidak pernah dipakainya oleh Bianca, jika boleh Bianca memilih untuk menukar semua kemewahan itu dengan kedua orangtuanya tapi itu adalah hal yang sangat mustahil.Hal itu membuat Bianca tidak bisa memaafkan Emma
Emmanuel hanya menghela nafas panjang mendengar jawaban dari Bianca, dulu Bianca lah yang selalu menantikan dirinya, selalu mengajaknya berbicara walaupun dulu dirinya sangat cuek pada Bianca, dulu juga Bianca lah yang tergila-gila pada dirinya dan menggunakan segala cara untuk dapat perhatian darinya! Tapi sekarang justru kebalikannya, mungkin beginilah hidup kadang dikejar dan kini waktunya untuk Emmanuel mengejar."Setidaknya kau gantilah memakai pakaian tidur dan cuci muka dulu!" kata Emmanuel.Tanpa berbicara lagi, Bianca kemudian bangun dari ranjang."Sudah disiapkan sepasang handuk dan pakaian tidur kita didalam kamar mandi!" kata Emmanuel.Kebetulan sekali Bianca memang tidak membawa baju ganti dari rumah, Bianca pun segera masuk kedalam kamar mandi, untuk beberapa lama Bianca berendam didalam bathtub sambil melamun memikirkan karena kini dia benar-benar sudah resmi menjadi isteri dari Emmanuel."Aku harap kedua orangtuaku di surga tidak mengutukku karena menikahi laki-laki ya