Malas berdebat dengan Emanuel akhirnya Adilson pun tidak lagi memusingkan kehadiran Bianca, malah ketiganya duduk berdekatan Bianca, Emanuel dan Adilson.
“Papa ini minumanmu,” disodorkannya satu gelas minuman pada Emanuel. Emanuel pun menerimanya dan langsung meminumnya. “Astaga, kau benar-benar sudah menjadi seorang Papa Nuel,” ujar Adilson. Adilson bahkan terheran-heran dengan Bianca yang sangat menempel sekali dengan Emanuel, bahkan Bianca kembali menggandeng satu tangan Emanuel. Karena acara peresmian hotel baru tersebut akan segera dimulai, Adilson pun naik keatas podium untuk menyambut tamu undangan yang telah hadir disini! Sementara Bianca tetap menempel dengan Emanuel sambil tersenyum kearah podium. Acara itu berlanjut dengan menggunting pita di pintu masuk hotel, Adilson kemudian meminta agar Emanuel berada disamping kanannya, tak disangka Bianca justru ikut berada disamping kiri Adilson. Adilson pun hanya bisa berdehem sambil menahan kesal karena Bianca terus-menerus mendekatinya! Akhirnya proses gunting itu pun telah berakhir, Emanuel bersama dengan Bianca kemudian makan malam bersama dengan Adilson. “Kakek, makanan favorit kakek apa?” tanya Bianca. “Kenapa kau ingin tau?” tanya Adilson. “Aku ingin bisa memasak makanan favorit kakek, lalu menyajikannya untuk kakek,” “Tidak perlu, kau pikir aku bisa makan hasil masak sembarangan yang ada perutku bisa mulas,” Emanuel pun melirik kearah Adilson, membuat Adilson pun berusaha untuk tidak terlalu bersikap sinis pada Bianca. “Makanan favoritku spageti kuning telur!” kata Adilson. “Aku juga suka itu kek, nanti aku akan buatkan yang enak untukmu! Tentunya setelah aku belajar dengan baik,” “Terserah kau sajalah, sekarang makanlah makananmu jangan terus bicara,” “Baik kek,” Setelah makanan tandas Emanuel pun berpamitan pada Adilson. “Pa, aku pergi dulu!” “Hmm, lusa Papa akan mengunjungimu di markas,” “Dah kakek,” “Hmm,” Didalam mobil selama perjalanan pulang, Bianca terus saja mengajak Emanuel bicara tentang banyak hal namun Emanuel sama sekali tidak menanggapinya. Tidak lama kemudian handphone Bianca pun berdering, panggilan masuk dari Lucas. “Halo Lucas,” Emanuel pun mencoba mendengarkan dengan siapa Bianca bicara ditelepon. “Halo Bi, kau sedang apa?” “Aku masih dijalan bersama Papaku, kami baru pulang setelah bertemu kakek,” “Oh begitu, ya sudah nanti aku akan menelponmu lagi setelah kau sampai rumah,” “Baiklah, Bye Lucas,” Bianca tersenyum sambil menaruh kembali handphone miliknya kedalam tas, sedangkan Emanuel merasa harus lebih extra lagi menjaga Bianca karena banyak laki-laki yang coba mendekatinya, Emanuel tidak mau Bianca sampai salah memilih pasangannya. “Papa, tadi itu Lucas yang menelpon! Dia laki-laki yang baik dan tampan, kami satu kelas di kampus! Kalau aku dan Lucas berpacaran apa boleh?” “Usiamu masih terlalu muda,” “Jadi? Papa tidak mengizinkan aku berpacaran?” Emanuel mengangguk, membuat wajah Bianca langsung masam! Itu artinya jika nanti dia benar-benar jadi berkencan dengan Lucas, Bianca harus menjalani hubungan backstreet karena Emanuel tidak mengizinkannya berpacaran. “Baiklah jika begitu, Bia tidak akan berpacaran dulu tapi Papa, besok aku libur kuliah! Boleh ya ikut dengan Papa ke tempat markas-markas yang selalu bodyguard ku ucapkan setiap kali aku bertanya dimana Papa,” “Boleh ya Pah,” Akan tetapi Emanuel tidak menjawab itu artinya Emanuel tidak mengizinkan Bianca untuk ikut! Akhirnya mobil pun tiba di rumah milik Bianca tapi Emanuel hanya diam saja dan tidak turun dari mobil. “Kenapa Papa tidak turun?” “Pergilah masuk!” kata Emanuel. “Papa tidak akan masuk ke rumah bersamaku?” “Hmm,” Sementara supir Emanuel sudah turun dari mobil untuk melihat kondisi ban mobil tersebut, supir itu merasa mobilnya tidak enak dipakai menduga jika ada ban yang kempes atau bocor. “Tidak mau! Aku mau Papa pulang ke rumah juga bersamaku,” “Turun aku bilang!” kata Emanuel dengan tatapan tajam. “Permisi Pak, ban mobilnya ada yang bocor apa mau ganti mobil yang lain saja?” “Hmm ambilan mobil yang lain,” Bianca pun mendadak memiliki ide, sementara supirnya mengganti mobil tadi dengan mobil baru yang terdapat di parkiran rumah tersebut, Emanuel menunggu di ruangan tamu rumah, akan tetapi Bianca justru pergi ke parkiran rumah besar itu. Sambil berjalan perlahan dan mengendap-endap, Bianca mencari mobil mana yang akan membawa Emanuel pergi malam ini! Terlihat sebuah mobil telah dinyalakan mesinnya sedangkan supir itu sedang menyeruput kopi sejenak bersama security. Bianca pun segera masuk kedalam bagasi mobil agar bisa ikut dengan Emanuel, setelah dirasa mobil siap untuk dibawa supir tadi segera masuk kedalam mobil tersebut untuk menjemput Emanuel di depan pintu rumah. Mobil pun melaju meninggalkan rumah tanpa Emanuel dan supirnya tau jika Bianca ikut bersama mereka. Perjalanan menuju markas cukup jauh sekitar tiga jam! Markas itu berada ditengah-tengah hutan yang jauh dari pemukiman warga, melewati padang rumput dan peternakan sapi dan kuda. Setelah tiba di markas, mobil berhenti dan Bianca langsung menendang-nendang bagasi mobil untuk memberi kode jika ada dirinya didalam sini! Emanuel dan supir pribadinya yang baru saja turun, terkejut melihat bagasi mobil berbunyi, mereka bahkan langsung waspada karena mengira ada penyusup yang masuk kedalam bagasi mobil itu. Emanuel segera mengambil pistol dari pinggangnya, supir pun langsung membuka bagasi itu sementara Emanuel bersiap menembak! Dan ketika pintu bagasi mobil terbuka, seorang wanita cantik dan manis itu tersenyum pada Emanuel dan supir. “Kau,” “Nona Bianca,” Mereka semua terkejut bahkan anggota group The King pun ikut terkejut karena Bianca bisa sampai disini, kelakuan Bianca jelas membuat Emanuel kehilangan kesabarannya! Dihadapan semua orang Emanuel pun langsung marah terhadap Bianca. “Apa kau sudah gila?” dengan nada tinggi sampai membuat Bianca terkejut. “Tapi aku ingin ikut dengan Papa kesini,” “Bagaimana jika tadi aku menembakmu? Atau yang lain menembak karena berpikir kau penyusup? Dimana pikiranmu?” dengan membentak. Semua orang tidak ada yang berani membantu Bianca jika Emanuel sudah murka seperti sekarang, sedangkan Bianca yang dimarahi sebegitunya langsung tidak terima. “Kenapa Papa selalu marah padaku? Apa salah seorang anak mau dekat dengan Papanya? Aku hanya ikut ke markas Papaku sendiri, tapi Papa membentak ku dengan kasar,” “Antar dia pulang,” kata Emanuel pada supir pribadinya. “Baik Pak, ayo non,” “Aku benci Papa,” Bianca malah berlari meninggalkan markas, sontak para anggota The King langsung ingin mengejar Bianca namun Emanuel menaikkan sayu tangannya sebagai perintah untuk mereka tetap diam. Emanuel pun berlari untuk mengejar Bianca karena hari sudah malam dan ini adalah hutan belantara yang masih banyak binatang buasnya! Akhirnya Emanuel berhasil meraih lengan Bianca hingga membuat gadis itu berhenti berlari. Hiks… Hiks… “Aku tidak pernah liburan dengan Papa, sejak kecil setiap libur sekolah teman-temanku selalu bercerita mereka pergi berlibur dengan Papa dan mama mereka, sementara aku? Aku tidak pernah merasakan itu, kenapa Papa jahat padaku? Kenapa?” “Ayo kembali ke markas,” kali ini Emanuel berbicara dengan nada rendah. “Tidak mau,” “Lantas kau mau pergi kemana? Disini masih banyak binatang buas,” “Mungkin dimakan binatang buas lebih baik daripada hidup seperti ini,” kata Bianca. Auuu…. Tidak lama berselang terdengar suara serigala yang mengaung, Bianca pun ketakutan setengah mati dan langsung memeluk Emanuel dengan erat. “Papa Bia takut,” Sebenarnya ada rasa ingin tertawa melihat Bianca ketakutan begini, tapi Emanuel menahannya sekuat tenaga. “Aku mau pulang ke markas bersama Papa,” kata Bianca. Dilepaskannya kedua tangan Bianca yang memeluk tubuhnya oleh Emanuel, lalu digandengnya dengan erat tangan Bianca! Keduanya berjalan bersama menuju markas, para anggota The King yang akhirnya melihat Bianca dan Emanuel telah kembali, merasa ikut lega. Karena Bianca memang keras kepala dan Emanuel tidak mungkin membentaknya lagi agar dia mau pulang ke rumah, dengan terpaksa Emanuel pun membawa Bianca masuk kedalam markas.Setibanya didalam markas, Bianca nampak takjub karena ternyata sangat luas sekali akan tetapi Bianca masih belum sadar juga jika pabrik ini bukanlah pabrik makanan ataupun pabrik kebutuhan pokok yang dia pikirkan selama ini! Saat memasuki ruangan kedua, kedua mata Bianca barulah melonglong ketika dihadapannya terdapat banyak sekali senjata api dan juga alat-alat pembuatannya. Glek.. “Kenapa banyak sekali pistol? Apa itu pistol sungguhan?” Sejenak Bianca memikirkan tentang pistol-pistol tersebut, tapi yang dia pikirkan itu tidak mungkin pistol-pistol asli melainkan ini merupakan pabrik pistol mainan saja. “Ini semua pasti hanya pistol mainan saja,” gumam Bianca. Sementara dibelakang Bianca, Emanuel sedang berbicara dengan seorang anggotanya sambil sesekali melirik kearah Bianca. “Baik Pak, nanti akan saya tambah satu alat lagi agar bisa memproduksi sesuai permintaan pasar,” ujar salah seorang anggota. “Bagus,” Selesai berbicara dengan orang tersebut, Emanuel kemudian men
Anggota The King yang sudah berhasil menemukan titik lokasi dari sinyal handphone milik Bianca, memimpin perjalanan untuk menuju lokasi!Sesampainya di sebuah markas yang merupakan markas mafia lain, group mafia bernama red wolf dengan ketua mereka adalah Alfaro, usianya jauh lebih tua dibandingkan dengan Emanuel, memang sering berkonflik dengan The King, terakhir saudara kembar Alfaro mati ditangan Emanuel karena perebutan wilayah kekuasaan.Hal inilah yang menbuat Alfaro ingin menuntut balas dengan nyawa harus dibayar dengan nyawa! Beruntungnya karena Alfaro bisa membuat seseorang dari lingkungan Emanuel berkhianat terhadap Emanuel, sudah lama mereka mengincar Bianca tapi baru inilah kesempatan baik ditempat yang sepi mereka bisa menculik Bianca dengan mudah.“Pak, kami berhasil dengan mudah membawa pesanan anda!”“Ikat dia kursi!”Bianca kemudian diikat di sebuah kursi, saat salah seorang menyingkap rambut panjang Bianca yang tadi menutupi wajahnya, Alfaro tercengang karena ternya
Kenyataan bahwa dirinya hanyalah putri angkat Emanuel membuat Bianca benar-benar sedih, itu artinya dia tidak memiliki siapapun di dunia ini. Bianca bahkan berpikir jika sebenarnya orangtua kandungnya masih hidup tapi tidak menginginkan kehadiran Bianca sehingga membuang Bianca begitu saja.Saat tiba di rumah, Bianca segera masuk kedalam kamarnya untuk mandi karena tubuhnya kotor dan berkeringat. Setelah selesai mandi, Bianca terus bolak-balik ke lantai satu untuk menunggu kedatangan Emanuel tapi Emanuel belum juga tiba di rumah ini.Hati Bianca semakin dilanda gelisah karena ingin segera mengetahui siapa kedua orangtua kandungnya, hari semakin larut dan Bianca yang sudah kelelahan menunggu Emanuel sampai tertidur disofa ruangan tamu.Barulah sekitar pukul dua pagi, Emanuel tiba di rumah tersebut! Karena Bianca ketiduran di sofa ruang tamu, kedua bodyguard pribadi Bianca pun tidak bisa beristirahat di kamar mereka karena harus menjaga Bianca yang ketiduran“Pak, akhirnya anda datang j
Secara sadar Bianca semakin mendekatkan wajahnya dengan wajah Emanuel, lengannya pun semakin erat melingkar di tubuh kekar Emanuel, saat ini tatapan Bianca sudah seperti tatapan wanita binal yang membutuhkan seks impiannya, selama ini Bianca hanya pernah menonton adegan seks dari video di handphone miliknya tanpa pernah merasakan secara langsung bagaimana rasanya! Tapi yang Bianca tau dari video tontonannya itu, wanita akan mendesah dan mengerang nikmat saat diberikan seks yang memuaskan oleh laki-laki lawan mainnya, hal itu selalu membuat Bianca membayangkan betapa nikmatnya jika bisa merasakan miliknya dimasuki oleh kejantanan laki-laki, tapi entah kenapa setiap bayangan nakal itu muncul di kepalanya, tubuh Emanuel lah yang selalu Bianca bayangkan.Apalagi sekarang Bianca mengetahui dirinya tidak sedarah dengan Emanuel, rasa keinginan itu semakin kuat dia rasakan. Bibir berwarna merah muda milik Bianca semakin mendekati bibir Emanuel, deru nafas keduanya sudah saling bersahutan satu
Ditengah gempuran gejolak batin yang dialaminya, Bianca mencoba untuk tetap rilex karena tidak enak pada Lucas apabila sampai memperlihatkan wajah galaunya sekarang! Sementara itu kedua bodyguard yang sudah melihat Emanuel berada didalam cafe ini juga, sebenarnya ingin menghampiri untuk menyapa akan tetapi mereka berdua tidak enak jika mengganggu obrolan diantara Emanuel dengan wanita yang tengah bersamanya, kedua bodyguard itu pun hanya menunggu waktu yang pas saja untuk menyapa Emanuel. Setelah beberapa saat, Emanuel mengakhiri obrolannya dengan Angeline. “Apa kita bisa akhiri pertemuan hari ini sekarang?” tanya Emanuel. “Hmm, bagaimana ya? Sebenarnya aku sangat ingin sekali pertemuan hari ini tidak berakhir dulu, tapi jujur saja aku bukan tipekal wanita egois,” “Kalau begitu aku pamit!” “Tunggu Nuel, a-aku kan kesini naik taxi dan aku harap kau mau mengantar aku pulang,” kata Angeline, padahal Angeline membawa mobil ke cafe ini tapi itu urusan gampang, nanti Angeline tinggal m
Mengetahui Bianca pergi tanpa sarapan dulu bersamanya, Emanuel hanya menghela nafas panjangnya. Sementara Bianca masih terus memikirkan cara agar dirinya bisa terlepas dari rasa ingin selalu dekat dengan Emanuel.“Apa selain aku mencoba berpacaran dengan Lucas, aku juga harus mencari orangtua kandungku? Dengan begitu aku tidak perlu lagi tinggal dengan Papa, dan perasaan ini pasti perlahan akan hilang jika aku tidak pernah lagi bertemu dengan Papa?” dalam hati Bianca.Kedua bodyguard Bianca yang melihat nona mereka pagi-pagi begini sudah melamun, merasa sangat khawatir.“Bi, kenapa melamun? Ceritalah pada kami!” ujar salah satu bodyguardnya.“Ungcle, apa kalian bisa membantuku?”“Membantu apa?” keduanya bertanya secara bersama-sama.“Bantu aku untuk mencari orangtua kandungku, kalian kan merawat dan menjaga aku sejak kecil, kalian pasti sedikit banyak mengetahui kan saat Papa mengadopsi aku?”Kedua bodyguard Bianca langsung ketar-ketir mendengar permintaan Bianca, karena pada kenyataa
Emanuel hanya menggelengkan kepalanya, membuat Adilson sebagai seorang Ayah yang ingin agar putra satu-satunya menikah dan hidup bahagia merasa frustasi bagaimana lagi caranya membujuk Emanuel agar bisa serius dengan satu wanita.“Lalu kenapa kau sangat membatasi diri dari Angeline? Apa dia bukan tipemu? Dia kurang seksi?”“Tidak Papah, Angeline cukup cantik dia juga wanita yang baik,”“Lantas apa lagi yang kau permasalahkan?” tanya Adilson.“Beri aku waktu sebentar lagi,” kata Emanuel.“Ya sudah, Papa akan memberimu waktu Nuel tapi ingat Papa sudah tua dan ingin sekali melihatmu menikah,”Setelah obrolan itu, Adilson pergi meninggalkan rumah untuk berjudi dengan lawan mainnya dari negara lain, sementara Emanuel masih betah berdiam diri sambil melihat layar televisi besar dihadapannya! Padahal handphone Emanuel sejak tadi bergetar karena adanya panggilan masuk dari salah satu bodyguard yang menjaga Bianca selama ini, dia ingin memberitahu Emanuel bahwa malam ini Bianca diizinkan pergi
Tubuh seksi Bianca yang kini dalam penguasaan tubuh kekar Emanuel dibawahnya, membuat kedua tangan Emanuel ingin meraba lekuk tubuh seksi milik Bianca, sangat sulit rasanya untuk menahan diri dari Bianca yang sedang dalam tahap ingin mencoba segala, bahkan lebih sulit dari melawan ratusan musuh sekalipun pikir Emanuel.“Emm, Papa ssstthhh,”Bianca semakin liar melumati bibir Emanuel, membuat Emanuel pun ikut melakukan hal yang sama! Keduanya sama-sama memejamkan kedua mata, tangan Bianca melingkar di leher Emanuel semenatara kedua tangan Emanuel sedang asik meraba lekuk tubuh Bianca dari pinggang sampai kebagian pahanya.Bahkan saat ini boleh dibilang Emanuel tenggelam dalam kenikmatan yang disuguhkan oleh Bianca sampai-sampai Emanuel semakin menginginkan lebih, dia menjulurkan lidahnya untuk memasuki rongga mulut Bianca membuat Bianca sedikit kesulitan bernafas akan tetapi Bianca merasakan tubuhnya semakin horny kala lidah Emanuel bergerilya membuat geli-geli nikmat didalam rongga mu