Share

Bab 6 Menyesal mengabaikan

Setibanya didalam markas, Bianca nampak takjub karena ternyata sangat luas sekali akan tetapi Bianca masih belum sadar juga jika pabrik ini bukanlah pabrik makanan ataupun pabrik kebutuhan pokok yang dia pikirkan selama ini! Saat memasuki ruangan kedua, kedua mata Bianca barulah melonglong ketika dihadapannya terdapat banyak sekali senjata api dan juga alat-alat pembuatannya.

Glek..

“Kenapa banyak sekali pistol? Apa itu pistol sungguhan?”

Sejenak Bianca memikirkan tentang pistol-pistol tersebut, tapi yang dia pikirkan itu tidak mungkin pistol-pistol asli melainkan ini merupakan pabrik pistol mainan saja.

“Ini semua pasti hanya pistol mainan saja,” gumam Bianca.

Sementara dibelakang Bianca, Emanuel sedang berbicara dengan seorang anggotanya sambil sesekali melirik kearah Bianca.

“Baik Pak, nanti akan saya tambah satu alat lagi agar bisa memproduksi sesuai permintaan pasar,” ujar salah seorang anggota.

“Bagus,”

Selesai berbicara dengan orang tersebut, Emanuel kemudian menghampiri Bianca yang sedang mengelus-elus salah satu pistol.

“Ikut denganku!” titah Emanuel.

“Papa tunggu! Kau memproduksi pistol mainan kah?”

Tapi Emanuel malah berjalan meningggalkan Bianca, membuat Bianca buru-buru mengekor dibelakangnya. Tibalah Emanuel didalam ruangan pribadi miliknya, ruangan tersebut cukup luas untuk kenyaman Emanuel selama berada di markas, terdapat satu meja besar dan satu kursi juga sofa ditengah-tengahnya, selain itu juga terdapat satu buah lukisan dimana dibelakang lukisan tersebut terdapat tombol yang akan membuk dinding sebelah kanan ruangan tersebut. Dibalik dinding tersebut terdapat satu buah ranjang lengkap dengan rak-rak wine, lemari es, televisi dan lain-lainnya untuk memenuhi kebutuhan Emanuel selama berada di markas.

Bianca pun masih hanya berdiri saja sementara Emanuel sudah duduk santai disofa.

“Papa, kenapa kita ke ruangan ini? Disini membosankan, hanya ada sofa dan meja kerja,”

“Diamlah didalam ruangan ini dan jangan keluar dari sini!”

“Tidak mau! Aku mau berkeliling pabrik milik Papa ini, gedung dibelakang aku belum melihatnya, aku rasa gedung dibelakang juga luas sekali Papa apa dibelakang itu gedung tempat pembuatan mainan lain selain pistol?”

Karena pusing dengan bawelnya Bianca yang selalu banyak tanya, Emanuel kemudian berdiri dan mengeluarkan pistol yang selalu dia selipkan dipinggangnya. Ditembakkannya keatas pistol tersebut sebanyak satu kali.

“Dor,”

“Aaaaaaaaa, i-itu pistol sungguhan?” Bianca sampai menganga dan tidak percaya melihat Emanuel menembak.

Karena mendengar suara tembakan para anggota The King khawatir terjadi sesuatu dengan Emanuel didalam ruangannya, mereka pun segera mendekati ruangan tersebut namun belum sempat membuka pintu, Emanuel sudah membuka pintunya.

“Aku tidak apa-apa hanya uji coba,”

“Baik Pak,”

“Nanti minta orang untuk perbaiki plafon ruanganku!”

“Baik Pak, secepatnya kami akan memperbaikinya,”

Ditutupnya kembali pintu ruangan tersebut, Bianca yang sejak tadi masih berdiri sambil gemetaran menjadi ketakutan ketika Emanuel berjalan mendekat.

“Papa, kalau aku nakal Papa tidak akan menembakkan itu padaku kan?”

Melihat Bianca ketakutan sampai berkeringat dingin, Emanuel pun malah semakin mendekatinya sementara tubuh Bianca malah mencoba menghindar hingga dirinya terjatuh disofa.

“Papa, aku janji tidak akan diam-diam lagi mengikutimu! Aku tidak mau ditembak, aku masih muda dan cantik Papa kalau aku mati bagaiamana?”

Emanuel malah tersenyum tipis lalu duduk disamping Bianca..

“Kau sudah mengantuk?” tanya Emanuel.

“Aku belum mengantuk! Papa, lalu gedung dibelakang itu pabrik apa?”

Tapi seperti biasa Emanuel tidak akan menjawab pertanyaan Bianca, salah-salah jika Emanuel memberitahu pabrik apa dibelakang sana Bianca akan semakin tremor karena pabrik dibelakang sana merupakan pabrik pembuatan narkoba.

“Besok pagi aku akan mengantarmu pulang ke rumah!” kata Emanuel.

“Iya Papa, ta-tapi bisakah kau tidak usah membawa pistol?”

Emanuel pun tidak lagi menjawab, dia lantas menuju lemari es untuk mengambil dua kaleng minuman berwarna! Padahal jika sedang bersantai begini Emanuel biasanya meminum wine favoritnya tapi karena ada Bianca terpaksa dia mengambil minuman kaleng.

Diletakkannya satu minuman kaleng tersebut, sementara yang satunya langsung dibuka oleh Emanuel! Saat Bianca hendak mengambil minuman yang ada dimeja Emanuel justru menyodorkan minuman kaleng dari tangannya yang sudah dibuka lebih dulu.

Bianca pun tersenyum mendapatkan perhatian kecil seperti ini dari Emanuel, diraihnya kaleng minuman itu sambil tersenyum.

“Terimakasih Papa,”

Semakin lama memandangi Emanuel, Bianca semakin merasakan ketertarikan yang berlebih terhadap Emanuel. Dalam hati Bianca sebenarnya sangat bergejolak, mana mungkin dia bisa menyukai Papanya sendiri, Bianca pun selalu mencoba meredam rasa ketertarikannya pada Emanuel yang diluar kewajaran tersebut.

Tapi semakin lama berada didekat Emanuel, perasaan tidak wajar yang Bianca rasakan justru semakin dalam! Melihat bibir Emanuel, Bianca merasa ingin sekali merasakannya, melihat tubuh kekar Emanuel, Bianca juga ingin sekali merasakannya dan melihat wajah tampan Emanuel membuatnya hampir gila.

Alam bawah sadar Bianca membuat satu tangannya kini mulai berani mendekati wajah Emanuel, semakin dekat jari-jari tangan Bianca dengan bibir milik Emanuel, hal itu membuat Emanuel keheranan dengan sikap Bianca saat ini.

Tatapan kedua mata Bianca juga sangat dalam dan sayu, hingga akhirnya jari jemari Bianca berhasil menyentuh bibir bagian bawah Emanuel.

Mendapat sentuhan dari Bianca, Emanuel pun sempat terdiam namun akhirnya Emanuel buru-buru menepis tangan Bianca.

“Ma-maaf Papa, tadi ada sisa minuman di bibirmu!” kata Bianca, jelas itu merupakan sebuah kebohongan.

Tanpa berbicara apapun lagi Emanuel menghindari Bianca dia berjalan kearah lukisan dan menekan tombol dibelakang lukisan itu, sontak saja ruangan rahasia tempat Emanuel beristirahat itu terbuka.

Bianca pun terkejut karena yang semula dia kira itu dinding ternyata pintu rahasia, Bianca pun menghampiri Emanuel dan mengikuti Emanuel masuk kedalam ruangan tersebut.

“Wah, ada kamar disini? Apakah ini tempat rahasia Papa?”

“Kau bisa tidur disini,”

“Papa juga akan tidur disini kan bersamaku?”

Bianca langsung memeluk erat tubuh Emanuel membuat Emanuel belum sempat menghindar darinya!

“Papa, aku mau tidur dengan Papa! Sejak kecil Papa tidak pernah mengunjungiku, sekarang Papa sudah sering mengunjungiku jadi Papa harus tebus dosa-dosa Papa padaku,”

“Dosa?”

“Hmm, Papa harus mengajak aku jalan-jalan bersama, Papa harus membacakan dongeng saat aku mau tidur dan Papa harus terus bersamaku,”

Diraihnya tangan Emanuel oleh Bianca lalu dibawanya Emanuel keatas ranjang mewah tersebut! Bianca langsung tidur terlentang sementara Emanuel masih duduk ditepi ranjang.

“Papa, ayo bacakan dongeng sampai aku tidur!”

Mafia mana yang mau membacakan sebuah dongeng seperti ini? Emanuel pun sangat tidak mau melakukannya, tapi Bianca kembali memeluk erat tubuhnya.

Disaat memeluk tubuh kekar Emanuel, tubuh Bianca semakin bereaksi aneh! Bianca merasakan getaran dalam tubuhnya, sesuatu yang sangat dia inginkan muncul dalam benak Bianca, tubuh penuh otot Emanuel membuat Bianca semakin kesulitan mengendalikan rasa tidak lazimnya.

“Papa tubuhmu kekar sekali, apa Papa sangat rajin berolahraga?” satu tangan Bianca meraba bagian perut Emanuel.

Tapi Emanuel langsung menahan tangan Bianca agar tidak lagi meraba-raba otot-otot perutnya, Bianca pun menatap lekat-lekat Emanuel. Tapi Emanuel semakin menghindar dengan langsung melepaskan pelukan Bianca lalu bangun dari ranjang tersebut.

“Papa, ada apa?”

Emanuel langsung pergi meninggalkan kamar rahasia itu, sementara Bianca hanya bisa menatap punggung belakang Emanuel.

“Kenapa aku seperti menginginkan Papa?”

Dirasakannya oleh Bianca bagian bawahnya itu terasa sangat lembab dan basah, itu merupakan efek tadi memeluk erat tubuh kekar Emanuel.

“Kenapa basah sekali? Apa aku sudah tidak waras merasakan horny terhadap Papaku sendiri?” Gumam Bianca.

“Ini tidak mungkin, aku tidak boleh menginginkan Papaku sendiri! Ini pasti ada yang salah, aku harus secepatnya berpacaran dengan Lucas supaya perasaan gila ini tidak terus menerus mendesakku!” kata Bianca.

Keesokan harinya, ternyata bukan Emanuel sendiri yang akan mengantar Bianca pulang melainkan tiga orang anggota The King yang diminta mengantar Bianca untuk pulang. Setelah selesai sarapan bersama Emanuel, Bianca pun bersiap untuk pulang.

“Papa, aku pulang dulu ya! Papa jangan telat makan,”

“Mari non,” kara salah seorang anggota The King.

“Dah Papa,”

Tapi Emanuel malah melengos begitu saja dan tidak melihat Bianca sampai masuk mobil dulu, hal itu membuat Bianca langsung mengerucutkan bibirnya karena kecewa.

Mobil itupun berisi empat orang dengan Bianca salah satunya untuk mengantar Bianca sampai di rumah dengan selamat! Sepanjang jalan hanya terdapat padang rumput dan lahan hijau yang sepi, tanpa mereka sadari ada yang sedang mengincar kepulangan Bianca. Musuh dari The King yang telah mendapatkan informasi dari salah seorang pengkhianat, sudah bersiap menjegal mobil tersebut.

Sebuah dahan pohon berukuran sedang terhalang ditengah jalan yang membuat mobil tersebut terpaksa berhenti sejenak, salah seorang anggota The king kemudian turun untuk menyingkirkan pohon tersebut.

Tapi secara tiba-tiba sebuah tembakan melesat dipunggungnya, Bianca dan kedua anggota The king pun terkejut dengan serangan tiba-tiba ini! Kedua anggota The king langsung mengeluarkan senjata masing-masing sehingga terjadilah baku tembak diantara mereka.

“Bagaiamna ini? A-aku harus menelpon Papa,”

Bianca kemudian menelpon Emanuel dengan gemetaran karena melihat baku tembak didepan kedua matanya! Emanuel yang melihat handphonenya berdering panggilan dari nomor yang belum dia save tapi Emanuel ingat itu nomor Bianca.

“Gadis cerewet,” gumamnya lalu langsung memasukkan handphone kedalam saku celananya.

Bianca yang semakin panik karena hanya tersisa satu orang anggota The king yang bertahan, mengirimkan voice note pada Emanuel.

“Papa ada yang menyerang kami, aku takut Papa aaaaaaaaa,”

“Cepat keluar!” ujar salah seorang musuh.

Bianca berteriak diakhir voice notenya karena satu orang musuh langsung menariknya keluar dari mobil, coba saja Bianca bisa mengemudikan mobil sudah pasti dia akan mencoba kabur dengan mobilnya, tapi kenyataannya Bianca selama ini hidup seperti princess yang apa-apa serba dilayani sehingga dirinya tidak pernah belajar mengemudi apalagi belajar ilmu bela diri.

Mulut Bianca dibekap oleh sapu tangan yang sudah ditambah obat bius, Bianca pun tidak sadarkan diri lalu dibawa pergi oleh musuh. Beruntungnya meskipun ketiga orang anggota The king terkena tembakan, mereka masih selamat dan langsung masuk kedalam mobil untuk kembali ke markas karena mengejar musuh dalam keadaan ketiganya terluka parah itu tidak mungkin. Salah satu dari mereka pun menghubungi anggota yang ada di markas.

“Monitor, tolong beri kami bantuan, nona Bianca diculik!”

“Kalian dimana?”

“Tidak jauh dari peternakan sapi! Nona masih belum jauh,”

“Kami akan ambil alih!”

Setelah mendapat kabar dari ketiga orang anggota yang terluka, salah seorang segera menghadap Emanuel untuk memberitahunya.

“Permisi Pak,”

Emanuel yang sedang berada didalam pabrik pembuatan narkoba kemudian merespon.

“Ada apa?”

“Nona Bianca diculik dalam perjalanan, tiga orang anggota terluka parah jadi mereka tidak bisa mengejar musuh!”

Deg…

Mendengar Bianca diculik padahal tadi jelas Bianca menelpon dirinya, Emanuel langsung merogoh handphone miliknya dan mendapatkan pesan suara dari Bianca, diputarnya pesan suara itu.

“Cepat siapkan mobil!” kata Emanuel.

Antara menyesal karena tadi mengabaikan telepon dari Bianca, dan khawatir jika sampai Bianca terluka apalagi mati. Belasan mobil langsung disiapkan untuk menyusul mobil yang menculik Bianca, bahkan Emanuel turut ikut langsung untuk menyelamatkan Bianca.

Belasan mobil itu memacu kendaraan mereka dengan kecepatan tinggi, didalam perjalanan Emanuel berpikir darimana musuh tau jika Bianca pulang dari markas? Itu artinya musuh tau ketika Bianca ikut ke markas, ini jelas sebuah pengkhianatan. Emanuel mengepalkan kedua tangannya, rahang wajahnya mengeras dan terlihat wajahnya memerah karena benar-benar murka saat ini.

“Pak, pasti ada pengkhianat yang menginformasikan tentang nona pada musuh,” ujar salah seorang anggota yang satu mobil dengan Emanuel.

“Aku tau,”

“Tapi tidak mungkin itu salah satu dari anggota Pak, mereka tidak mungkin berani melakukan hal ini!”

“Aku akan merebus kepala si pengkhianat itu!” ujar Emanuel.

Bagi Emanuel tidak ada yang sulit apalagi hanya untuk mencari pengkhianat dalam lingkungannya, Emanuel lantas menghubungi orang kepercayaannya yang masih stay di markas untuk mencari tahu pengkhianat itu! Semua data dari anggota dan pekerja di markas harus diteliti satu persatu untuk melihat potensi orang yang berani berkhianat.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status