Bianca tumbuh menjadi sosok yang sangat cantik, manis, dan bertubuh proporsional! Meskipun dia hidup tanpa mendapat kasih sayang dari Emanuel atau dari Adilson, namun Bianca tetap menjadi sosok yang periang dan bersemangat. Terkadang Bianca pun merasa heran dan cemburu jika melihat teman-temannya begitu disayangi oleh kedua orangtuanya juga kakek neneknya, sementara dirinya selalu sendirian tanpa kasih sayang dari siapapun.
Bahkan Emanuel pun sangat jarang sekali menemui Bianca, bisa dua tahun sekali atau bahkan pernah sampai lima tahun Emanuel tidak pernah menemui Bianca, meskipun semua kebutuhan Bianca terjamin olehnya. Beberapa bodyguard yang melihat Bianca melamun padahal dia harusnya memakan sarapannya, kemudian memberanikan diri untuk menegur Bianca. “Nona, kenapa sarapannya hanya ditatap?” “Memangnya jika makanan ditatap bisa mengenyangkan?” tanya yang lainnya. “Kenapa Papa dan kakek sangat tidak peduli padaku? Bahkan di acara kelulusanku pun mereka tidak hadir, apa mereka tidak pernah menyayangiku? Apa aku ini anak yang tidak diharapkan oleh Papaku?” tanya Bianca. “Itu tidak benar nona, Papa anda hanya sedang sibuk bekerja begitu pun kakek anda,” “Sesibuk apa sampai menemui anaknya sendiri memerlukan waktu bertahun-tahun?” “Sangat sibuk nona, Papa anda memegang kendali bisnis kakek anda jadi dia kesulitan membagi waktunya untuk anda!” “Dia tidak merindukan aku? Aku ingin sekali sarapan bersama Papa,” Para bodyguard pun merasa bingung bagaimana harus menjelaskannya, mereka juga sangat kasihan terhadap Bianca yang memang seperti hidup sebatang kara. Sejak usia dua tahun hingga kini berusia delapan belas tahun, jika pun Bianca ditemui oleh Emanuel akan tetapi sikap Emanuel terhadapnya sangatlah cuek dan acuh. “Nanti aku akan menghubungi Pak Nuel untuk menemuimu, sekarang makanlah dulu nona!” “Percuma, meskipun Papa pulang ke rumah ini pasti dia akan acuh terus padaku seperti lima tahun lalu terakhir kali aku bertemu Papa,” Emanuel memang terakhir kali mengunjungi Bianca lima tahun lalu, itupun hanya beberapa menit saja dan tidak menanggapi apapun pertanyaan Bianca saat itu. Karena merasa kasihan terhadap Bianca, seorang bodyguard kemudian mencoba menghubungi Emanuel. Sosok Emanuel yang memang sangat diam apalagi dia tidak pernah menyayangi Bianca karena Bianca bukanlah anak kandungnya, tidak pernah berniat untuk memperlakukan Bianca dengan baik a apalagi memberinya kasih sayang, apalagi Emanuel sangat sibuk dengan bisnisnya dan kehidupan pribadinya. Pria berusia 34 tahun itu kadang lupa jika dia memiliki putri angkat yang menginginkan sedikit saja perhatiannya! Saat ini Emanuel sedang bersama beberapa rekan bisnisnya di sebuah lapangan golf, kemudian asisten pribadinya memberikan handphone Emanuel karena sejak tadi bodyguard yang ditugaskan menjaga Bianca menelpon Emanuel. “Halo,” “Halo Pak, nona sudah beberapa hari ini sulit makan dia terus menerus menanyakan kapan anda pulang!” “Bukankah itu sudah biasa,” “Tapi kali ini wajahnya terlihat pucat,” “Panggil saja dokter kalau begitu,” “Nona tidak akan mau Pak, dia sangat kasihan dan terus menerus ingin sekali ditemui oleh Papanya,” “Aku sibuk! Katakan saja aku tidak bisa menemuinya,” “Baiklah Pak kalau begitu,” Emanuel kemudian menutup panggilan teleponnya dan kembali melanjutkan aktivitasnya tanpa memikirkan keadaan Bianca! “Papa tidak mau menemuiku?” tanya Bianca. “Nona,” terkejut. “Lain kali tidak perlu menelponnya, mungkin Papa memang tidak menginginkan kehadiran aku di dunia ini!” kata Bianca. Wajah Bianca yang sudah terlihat pucat, semakin terlihat pucat lagi karena rasa kecewanya karena tau Emanuel tidak mau menemuinya. “Kau pucat sekali nona,” “Aku tidak apa-apa,” Brukkkk… Tidak lama berselang tubuh Bianca pun ambruk, dia tidak sadarkan diri dan harus dilarikan ke rumah sakit. Bianca yang beberapa hari ini tidak pernah istirahat cukup dan tidak mau makan, membuat tubuhnya lemas dan harus diinfus! Setelah cukup lama tidak sadarkan diri, akhirnya Bianca pun membuka kedua matanya secara perlahan. Terlihat sosok pria tampan dengan tubuh kekar tengah duduk disofa yang terletak didalam ruang perawatan itu! Bianca yang belum sepenuhnya sadar merasa laki-laki itu sangat tampan seperti malaikat, namun setelah mengucek-ngucek kedua matanya, Bianca menyadari jika itu adalah Papanya sendiri. “Papa,” Pandangan Emanuel yang semula fokus pada handphone ditangannya, lalu kemudian mulai melihat kearah Bianca yang sedang terbaring diatas ranjang. “Papa datang menemuiku? Apa ini mimpi?” wajah Bianca sangat sumringah melihat Emanuel ada disini. Tanpa berbicara apapun lagi, Emanuel kemudian menghampiri Bianca lalu mengambil sebuah kursi untuk duduk disamping ranjang pasien itu. “Kau sudah lebih baik sekarang?” “Hmm sudah, Papa sejak kapan ada disini? Papa akan tinggal di rumah kan mulai sekarang?” “Jika kau sudah lebih baik, aku akan pergi sekarang!” kata Emanuel. Dia bergegas berdiri dari kursi hendak meninggalkan Bianca, tak terasa kedua mata Bianca mulai menitihkan bulir bening mendapatkan sikap acuh tak acuh Emanuel yang semakin menjadi, Bianca kemudian menahan tangan Emanuel agar tidak pergi. “Jangan pergi Pa, aku rindu Papa aku ingin Papa ada didekat ku, aku capek hidup sendiri Pa, kenapa Papa sangat tidak peduli pada Bia? Kenapa Pa?” sambil terisak tangis. Emanuel hanya menatap tangannya yang dipegang erat oleh Bianca, kemudian dokter pun masuk untuk memeriksa keadaan Bianca! Melihat pasiennya menangis, dokter kemudian buru-buru menghampiri Bianca. “Nona, jangan menangis! Kesehatanmu belum sepenuhnya pulih,” Kesempatan ini malah dimanfaatkan oleh Bianca agar bisa menahan Emanuel pergi. “Bagaimana aku tidak menangis dok, Papaku tidak pernah mau merawatku, dia sudah mau pergi lagi padahal aku masih sakit dokter,” Emanuel langsung menahan kesal karena Bianca malah mengadu pada dokter. “Oh anda Ayah dari nona Bianca?” “Hmm,” “Tolong Pak, anaknya jangan ditinggal dulu! Anak usia seperti ini memang sedang membutuhkan perhatian extra dari orangtuanya!” “Baik dok,” kata Emanuel. “Baik, silahkan tiduran lagi Bianca saya akan periksa dulu ya!” Karena Bianca sakit dan dokter meminta agar Emanuel untuk tidak meninggalkannya, membuat Emanuel harus berada disituasi yang sangat membosankan baginya. Situasi ini pun sangatlah canggung, baik untuk Bianca ataupun Emanuel sendiri! Maklum saja mereka berdua ini bisa dihitung dengan jari berapa kali bertemu sepanjang hidup mereka ini! Emanuel sendiri tidak menyangka Bianca tumbuh dengan cepat, dia sudah menjadi gadis dewasa yang memiliki paras sangat cantik dan tubuh yang ideal. Begitu pun dengan Bianca, dia tidak menyangka akhirnya Emanuel mau menemuinya! “Papa, sudah lima tahun lebih kita baru bertemu lagi, terakhir aku melihat Papa waktu itu Papa belum memiliki brewok di pipi, tapi sekarang malah ditumbuhi banyak brewok,” Emanuel pun langsung memegangi brewok yang cukup lebat dikedua pipinya, wajah Emanuel pun langsung memerah malu. “Papa lebih terlihat tampan dengan brewok itu, apa Papa akan menikah lagi? Aku rasa Papa akan sangat mudah memberikan Ibu baru untukku,” kata Bianca. Tapi seperti biasa, Emanuel akan bersikap layaknya orang bisu dia tidak akan menanggapi apapun yang diucapkan Bianca. Melihat sikap Emanuel yang masih acuh padanya, Bianca pun sangat sedih. “Papa, apa Mama meninggal karena melahirkan aku sampai-sampai Papa sangat membenciku?” tanyanya lagi. Mendengar pertanyaan itu, Emanuel pun hanya terdiam dia bingung harus menjawab apa! Tidak mungkin juga Emanuel berkata bahwa dirinyalah yang sudah membunuh kedua orangtua Bianca. “Sekali saja Papa bicara denganku, aku tidak tau salahku apa tapi kenapa Papa sangat tidak ingin menemuiku Pa? Kakek juga begitu? Kenapa Papa?” “Istirahatlah, aku dengar kau akan mulai kuliah beberapa hari lagi,” kata Emanuel. Setelah berkata yang sangat singkat, Emanuel kemudian bergegas meninggalkan Bianca! Melihat Emanuel pergi lagi, Bianca pun berusaha mengejarnya dengan melepaskan ingus ditangannya. “Papa, jangan pergi Pa! Papa!” Tapi seperti tidak mendengar apapun, Emanuel tetap berjalan pergi meninggalkan Bianca padahal Bianca sudah berteriak-teriak sambil menangis memanggil-manggil Emanuel! Kedua bodyguard Bianca pun sangat tidak tega melihat Bianca menangis tersedu-sedu, mereka menahan Bianca agar tidak lagi mengejar Emanuel dan berusaha menenangkan Bianca.Bianca dirawat di rumah sakit dua hari lamanya, barulah setelah itu dia diperbolehkan pulang! Sama sekali tidak ada lagi kehadiran Emanuel untuk Bianca, bahkan sampai Bianca kini merasa kebal dengan rasa kesedihan dan kesendiriannya. Untunglah Bianca selalu dihibur oleh para bodyguard yang sejak dulu menjaganya, para bodyguardnya itu selalu memberi semangat untuk Bianca, termasuk hari ini dimana Bianca akan melanjutkan pendidikannya di salah satu kampus swasta di kota Milan. “Semangat nona cantik!” ujar salah seorang bodyguard. “Sudah aku bilang kan ungcle, jangan panggil aku nona,” sambil mengerucutkan bibirnya. “Baiklah, kami akan memanggilmu dengan nama tapi ketika Pak Nuel datang kami akan memanggilmu nona, bagaimana?” “Papa tidak akan datang, kalaupun akan datang mungkin saat usiaku menginjak lima puluh tahun,” Ckckckxk… Mereka pun tertawa bersama-sama, hari ini Bianca pun pergi ke kampus diantar oleh bodyguardnya dengan menggunakan mobil Maserati Quattroporte berwar
Disatu sisi Emanuel yang mendengar curahan hati Bianca merasa jika memang dirinya belum bisa menjadi seorang Papa yang baik untuk Bianca, tapi diposisi Emanuel pun juga tidak mudah! Dimana dia seorang pria lajang yang berusia 34 tahu namun harus berperan menjadi seorang Papa di usianya yang terbilang masih muda, ditambah lagi Emanuel tidak mengerti bagaimana cara dia harus bersikap terhadap putri angkatnya itu, jika pun harus mengobrol rasanya Emanuel pun tidak paham apa yang harus diobrolkan dengan Bianca. Untuk mencurahkan rasa sayang layaknya seorang Papa pada putrinya pun Emanuel merasa sulit, bagaimana bisa dia menyayangi Bianca yang bukan darah dagingnya ditambah Bianca adalah cucu dari musuh keluarganya sendiri. Karena itulah Emanuel lebih banyak diam meskipun Bianca terus mengoceh mengajaknya bicara. Lama terdiam dan hanya mendengarkan curahan hati Bianca, Emanuel pun melepaskan pelukan Bianca yang sejak tadi melingkar di tubuh kekarnya, diturunkannya tubuh Bianca yang seja
Malas berdebat dengan Emanuel akhirnya Adilson pun tidak lagi memusingkan kehadiran Bianca, malah ketiganya duduk berdekatan Bianca, Emanuel dan Adilson. “Papa ini minumanmu,” disodorkannya satu gelas minuman pada Emanuel. Emanuel pun menerimanya dan langsung meminumnya. “Astaga, kau benar-benar sudah menjadi seorang Papa Nuel,” ujar Adilson. Adilson bahkan terheran-heran dengan Bianca yang sangat menempel sekali dengan Emanuel, bahkan Bianca kembali menggandeng satu tangan Emanuel. Karena acara peresmian hotel baru tersebut akan segera dimulai, Adilson pun naik keatas podium untuk menyambut tamu undangan yang telah hadir disini! Sementara Bianca tetap menempel dengan Emanuel sambil tersenyum kearah podium. Acara itu berlanjut dengan menggunting pita di pintu masuk hotel, Adilson kemudian meminta agar Emanuel berada disamping kanannya, tak disangka Bianca justru ikut berada disamping kiri Adilson. Adilson pun hanya bisa berdehem sambil menahan kesal karena Bianca terus-me
Setibanya didalam markas, Bianca nampak takjub karena ternyata sangat luas sekali akan tetapi Bianca masih belum sadar juga jika pabrik ini bukanlah pabrik makanan ataupun pabrik kebutuhan pokok yang dia pikirkan selama ini! Saat memasuki ruangan kedua, kedua mata Bianca barulah melonglong ketika dihadapannya terdapat banyak sekali senjata api dan juga alat-alat pembuatannya. Glek.. “Kenapa banyak sekali pistol? Apa itu pistol sungguhan?” Sejenak Bianca memikirkan tentang pistol-pistol tersebut, tapi yang dia pikirkan itu tidak mungkin pistol-pistol asli melainkan ini merupakan pabrik pistol mainan saja. “Ini semua pasti hanya pistol mainan saja,” gumam Bianca. Sementara dibelakang Bianca, Emanuel sedang berbicara dengan seorang anggotanya sambil sesekali melirik kearah Bianca. “Baik Pak, nanti akan saya tambah satu alat lagi agar bisa memproduksi sesuai permintaan pasar,” ujar salah seorang anggota. “Bagus,” Selesai berbicara dengan orang tersebut, Emanuel kemudian men
Anggota The King yang sudah berhasil menemukan titik lokasi dari sinyal handphone milik Bianca, memimpin perjalanan untuk menuju lokasi!Sesampainya di sebuah markas yang merupakan markas mafia lain, group mafia bernama red wolf dengan ketua mereka adalah Alfaro, usianya jauh lebih tua dibandingkan dengan Emanuel, memang sering berkonflik dengan The King, terakhir saudara kembar Alfaro mati ditangan Emanuel karena perebutan wilayah kekuasaan.Hal inilah yang menbuat Alfaro ingin menuntut balas dengan nyawa harus dibayar dengan nyawa! Beruntungnya karena Alfaro bisa membuat seseorang dari lingkungan Emanuel berkhianat terhadap Emanuel, sudah lama mereka mengincar Bianca tapi baru inilah kesempatan baik ditempat yang sepi mereka bisa menculik Bianca dengan mudah.“Pak, kami berhasil dengan mudah membawa pesanan anda!”“Ikat dia kursi!”Bianca kemudian diikat di sebuah kursi, saat salah seorang menyingkap rambut panjang Bianca yang tadi menutupi wajahnya, Alfaro tercengang karena ternya
Kenyataan bahwa dirinya hanyalah putri angkat Emanuel membuat Bianca benar-benar sedih, itu artinya dia tidak memiliki siapapun di dunia ini. Bianca bahkan berpikir jika sebenarnya orangtua kandungnya masih hidup tapi tidak menginginkan kehadiran Bianca sehingga membuang Bianca begitu saja.Saat tiba di rumah, Bianca segera masuk kedalam kamarnya untuk mandi karena tubuhnya kotor dan berkeringat. Setelah selesai mandi, Bianca terus bolak-balik ke lantai satu untuk menunggu kedatangan Emanuel tapi Emanuel belum juga tiba di rumah ini.Hati Bianca semakin dilanda gelisah karena ingin segera mengetahui siapa kedua orangtua kandungnya, hari semakin larut dan Bianca yang sudah kelelahan menunggu Emanuel sampai tertidur disofa ruangan tamu.Barulah sekitar pukul dua pagi, Emanuel tiba di rumah tersebut! Karena Bianca ketiduran di sofa ruang tamu, kedua bodyguard pribadi Bianca pun tidak bisa beristirahat di kamar mereka karena harus menjaga Bianca yang ketiduran“Pak, akhirnya anda datang j
Secara sadar Bianca semakin mendekatkan wajahnya dengan wajah Emanuel, lengannya pun semakin erat melingkar di tubuh kekar Emanuel, saat ini tatapan Bianca sudah seperti tatapan wanita binal yang membutuhkan seks impiannya, selama ini Bianca hanya pernah menonton adegan seks dari video di handphone miliknya tanpa pernah merasakan secara langsung bagaimana rasanya! Tapi yang Bianca tau dari video tontonannya itu, wanita akan mendesah dan mengerang nikmat saat diberikan seks yang memuaskan oleh laki-laki lawan mainnya, hal itu selalu membuat Bianca membayangkan betapa nikmatnya jika bisa merasakan miliknya dimasuki oleh kejantanan laki-laki, tapi entah kenapa setiap bayangan nakal itu muncul di kepalanya, tubuh Emanuel lah yang selalu Bianca bayangkan.Apalagi sekarang Bianca mengetahui dirinya tidak sedarah dengan Emanuel, rasa keinginan itu semakin kuat dia rasakan. Bibir berwarna merah muda milik Bianca semakin mendekati bibir Emanuel, deru nafas keduanya sudah saling bersahutan satu
Ditengah gempuran gejolak batin yang dialaminya, Bianca mencoba untuk tetap rilex karena tidak enak pada Lucas apabila sampai memperlihatkan wajah galaunya sekarang! Sementara itu kedua bodyguard yang sudah melihat Emanuel berada didalam cafe ini juga, sebenarnya ingin menghampiri untuk menyapa akan tetapi mereka berdua tidak enak jika mengganggu obrolan diantara Emanuel dengan wanita yang tengah bersamanya, kedua bodyguard itu pun hanya menunggu waktu yang pas saja untuk menyapa Emanuel. Setelah beberapa saat, Emanuel mengakhiri obrolannya dengan Angeline. “Apa kita bisa akhiri pertemuan hari ini sekarang?” tanya Emanuel. “Hmm, bagaimana ya? Sebenarnya aku sangat ingin sekali pertemuan hari ini tidak berakhir dulu, tapi jujur saja aku bukan tipekal wanita egois,” “Kalau begitu aku pamit!” “Tunggu Nuel, a-aku kan kesini naik taxi dan aku harap kau mau mengantar aku pulang,” kata Angeline, padahal Angeline membawa mobil ke cafe ini tapi itu urusan gampang, nanti Angeline tinggal m