Beranda / Romansa / Pesona Tampan Papa Angkat / Bab 2 16 tahun kemudian

Share

Bab 2 16 tahun kemudian

Bianca tumbuh menjadi sosok yang sangat cantik, manis, dan bertubuh proporsional! Meskipun dia hidup tanpa mendapat kasih sayang dari Emanuel atau dari Adilson, namun Bianca tetap menjadi sosok yang periang dan bersemangat. Terkadang Bianca pun merasa heran dan cemburu jika melihat teman-temannya begitu disayangi oleh kedua orangtuanya juga kakek neneknya, sementara dirinya selalu sendirian tanpa kasih sayang dari siapapun.

Bahkan Emanuel pun sangat jarang sekali menemui Bianca, bisa dua tahun sekali atau bahkan pernah sampai lima tahun Emanuel tidak pernah menemui Bianca, meskipun semua kebutuhan Bianca terjamin olehnya.

Beberapa bodyguard yang melihat Bianca melamun padahal dia harusnya memakan sarapannya, kemudian memberanikan diri untuk menegur Bianca.

“Nona, kenapa sarapannya hanya ditatap?”

“Memangnya jika makanan ditatap bisa mengenyangkan?” tanya yang lainnya.

“Kenapa Papa dan kakek sangat tidak peduli padaku? Bahkan di acara kelulusanku pun mereka tidak hadir, apa mereka tidak pernah menyayangiku? Apa aku ini anak yang tidak diharapkan oleh Papaku?” tanya Bianca.

“Itu tidak benar nona, Papa anda hanya sedang sibuk bekerja begitu pun kakek anda,”

“Sesibuk apa sampai menemui anaknya sendiri memerlukan waktu bertahun-tahun?”

“Sangat sibuk nona, Papa anda memegang kendali bisnis kakek anda jadi dia kesulitan membagi waktunya untuk anda!”

“Dia tidak merindukan aku? Aku ingin sekali sarapan bersama Papa,”

Para bodyguard pun merasa bingung bagaimana harus menjelaskannya, mereka juga sangat kasihan terhadap Bianca yang memang seperti hidup sebatang kara. Sejak usia dua tahun hingga kini berusia delapan belas tahun, jika pun Bianca ditemui oleh Emanuel akan tetapi sikap Emanuel terhadapnya sangatlah cuek dan acuh.

“Nanti aku akan menghubungi Pak Nuel untuk menemuimu, sekarang makanlah dulu nona!”

“Percuma, meskipun Papa pulang ke rumah ini pasti dia akan acuh terus padaku seperti lima tahun lalu terakhir kali aku bertemu Papa,”

Emanuel memang terakhir kali mengunjungi Bianca lima tahun lalu, itupun hanya beberapa menit saja dan tidak menanggapi apapun pertanyaan Bianca saat itu.

Karena merasa kasihan terhadap Bianca, seorang bodyguard kemudian mencoba menghubungi Emanuel.

Sosok Emanuel yang memang sangat diam apalagi dia tidak pernah menyayangi Bianca karena Bianca bukanlah anak kandungnya, tidak pernah berniat untuk memperlakukan Bianca dengan baik a apalagi memberinya kasih sayang, apalagi Emanuel sangat sibuk dengan bisnisnya dan kehidupan pribadinya.

Pria berusia 34 tahun itu kadang lupa jika dia memiliki putri angkat yang menginginkan sedikit saja perhatiannya! Saat ini Emanuel sedang bersama beberapa rekan bisnisnya di sebuah lapangan golf, kemudian asisten pribadinya memberikan handphone Emanuel karena sejak tadi bodyguard yang ditugaskan menjaga Bianca menelpon Emanuel.

“Halo,”

“Halo Pak, nona sudah beberapa hari ini sulit makan dia terus menerus menanyakan kapan anda pulang!”

“Bukankah itu sudah biasa,”

“Tapi kali ini wajahnya terlihat pucat,”

“Panggil saja dokter kalau begitu,”

“Nona tidak akan mau Pak, dia sangat kasihan dan terus menerus ingin sekali ditemui oleh Papanya,”

“Aku sibuk! Katakan saja aku tidak bisa menemuinya,”

“Baiklah Pak kalau begitu,”

Emanuel kemudian menutup panggilan teleponnya dan kembali melanjutkan aktivitasnya tanpa memikirkan keadaan Bianca!

“Papa tidak mau menemuiku?” tanya Bianca.

“Nona,” terkejut.

“Lain kali tidak perlu menelponnya, mungkin Papa memang tidak menginginkan kehadiran aku di dunia ini!” kata Bianca.

Wajah Bianca yang sudah terlihat pucat, semakin terlihat pucat lagi karena rasa kecewanya karena tau Emanuel tidak mau menemuinya.

“Kau pucat sekali nona,”

“Aku tidak apa-apa,”

Brukkkk…

Tidak lama berselang tubuh Bianca pun ambruk, dia tidak sadarkan diri dan harus dilarikan ke rumah sakit.

Bianca yang beberapa hari ini tidak pernah istirahat cukup dan tidak mau makan, membuat tubuhnya lemas dan harus diinfus! Setelah cukup lama tidak sadarkan diri, akhirnya Bianca pun membuka kedua matanya secara perlahan.

Terlihat sosok pria tampan dengan tubuh kekar tengah duduk disofa yang terletak didalam ruang perawatan itu! Bianca yang belum sepenuhnya sadar merasa laki-laki itu sangat tampan seperti malaikat, namun setelah mengucek-ngucek kedua matanya, Bianca menyadari jika itu adalah Papanya sendiri.

“Papa,”

Pandangan Emanuel yang semula fokus pada handphone ditangannya, lalu kemudian mulai melihat kearah Bianca yang sedang terbaring diatas ranjang.

“Papa datang menemuiku? Apa ini mimpi?” wajah Bianca sangat sumringah melihat Emanuel ada disini.

Tanpa berbicara apapun lagi, Emanuel kemudian menghampiri Bianca lalu mengambil sebuah kursi untuk duduk disamping ranjang pasien itu.

“Kau sudah lebih baik sekarang?”

“Hmm sudah, Papa sejak kapan ada disini? Papa akan tinggal di rumah kan mulai sekarang?”

“Jika kau sudah lebih baik, aku akan pergi sekarang!” kata Emanuel.

Dia bergegas berdiri dari kursi hendak meninggalkan Bianca, tak terasa kedua mata Bianca mulai menitihkan bulir bening mendapatkan sikap acuh tak acuh Emanuel yang semakin menjadi, Bianca kemudian menahan tangan Emanuel agar tidak pergi.

“Jangan pergi Pa, aku rindu Papa aku ingin Papa ada didekat ku, aku capek hidup sendiri Pa, kenapa Papa sangat tidak peduli pada Bia? Kenapa Pa?” sambil terisak tangis.

Emanuel hanya menatap tangannya yang dipegang erat oleh Bianca, kemudian dokter pun masuk untuk memeriksa keadaan Bianca! Melihat pasiennya menangis, dokter kemudian buru-buru menghampiri Bianca.

“Nona, jangan menangis! Kesehatanmu belum sepenuhnya pulih,”

Kesempatan ini malah dimanfaatkan oleh Bianca agar bisa menahan Emanuel pergi.

“Bagaimana aku tidak menangis dok, Papaku tidak pernah mau merawatku, dia sudah mau pergi lagi padahal aku masih sakit dokter,”

Emanuel langsung menahan kesal karena Bianca malah mengadu pada dokter.

“Oh anda Ayah dari nona Bianca?”

“Hmm,”

“Tolong Pak, anaknya jangan ditinggal dulu! Anak usia seperti ini memang sedang membutuhkan perhatian extra dari orangtuanya!”

“Baik dok,” kata Emanuel.

“Baik, silahkan tiduran lagi Bianca saya akan periksa dulu ya!”

Karena Bianca sakit dan dokter meminta agar Emanuel untuk tidak meninggalkannya, membuat Emanuel harus berada disituasi yang sangat membosankan baginya.

Situasi ini pun sangatlah canggung, baik untuk Bianca ataupun Emanuel sendiri! Maklum saja mereka berdua ini bisa dihitung dengan jari berapa kali bertemu sepanjang hidup mereka ini! Emanuel sendiri tidak menyangka Bianca tumbuh dengan cepat, dia sudah menjadi gadis dewasa yang memiliki paras sangat cantik dan tubuh yang ideal.

Begitu pun dengan Bianca, dia tidak menyangka akhirnya Emanuel mau menemuinya!

“Papa, sudah lima tahun lebih kita baru bertemu lagi, terakhir aku melihat Papa waktu itu Papa belum memiliki brewok di pipi, tapi sekarang malah ditumbuhi banyak brewok,”

Emanuel pun langsung memegangi brewok yang cukup lebat dikedua pipinya, wajah Emanuel pun langsung memerah malu.

“Papa lebih terlihat tampan dengan brewok itu, apa Papa akan menikah lagi? Aku rasa Papa akan sangat mudah memberikan Ibu baru untukku,” kata Bianca.

Tapi seperti biasa, Emanuel akan bersikap layaknya orang bisu dia tidak akan menanggapi apapun yang diucapkan Bianca. Melihat sikap Emanuel yang masih acuh padanya, Bianca pun sangat sedih.

“Papa, apa Mama meninggal karena melahirkan aku sampai-sampai Papa sangat membenciku?” tanyanya lagi.

Mendengar pertanyaan itu, Emanuel pun hanya terdiam dia bingung harus menjawab apa! Tidak mungkin juga Emanuel berkata bahwa dirinyalah yang sudah membunuh kedua orangtua Bianca.

“Sekali saja Papa bicara denganku, aku tidak tau salahku apa tapi kenapa Papa sangat tidak ingin menemuiku Pa? Kakek juga begitu? Kenapa Papa?”

“Istirahatlah, aku dengar kau akan mulai kuliah beberapa hari lagi,” kata Emanuel.

Setelah berkata yang sangat singkat, Emanuel kemudian bergegas meninggalkan Bianca! Melihat Emanuel pergi lagi, Bianca pun berusaha mengejarnya dengan melepaskan ingus ditangannya.

“Papa, jangan pergi Pa! Papa!”

Tapi seperti tidak mendengar apapun, Emanuel tetap berjalan pergi meninggalkan Bianca padahal Bianca sudah berteriak-teriak sambil menangis memanggil-manggil Emanuel! Kedua bodyguard Bianca pun sangat tidak tega melihat Bianca menangis tersedu-sedu, mereka menahan Bianca agar tidak lagi mengejar Emanuel dan berusaha menenangkan Bianca.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status