"Katakan saja, Miss!" ujar Arfeen. "Aku dengar sekarang kau menjadi kepala pengawal keluarga Mahesvara. Apakah itu benar?"Pertanyaan Miss Anna membuat Arfeen bernafas lega. "Ya.""Itu bagus sekali, itu sebuah prestasi yang membanggakan. Tapi pekerjaanmu tidak akan mengganggu skripsimu kan?""Aku bisa membagi waktu, Miss.""Aku percaya itu, sebenarnya aku ingin minta tolong!"Arfeen mengerutkan kening. "Minta tolong?"Miss Anna mengangguk. Miss Anna termasuk masih cukup muda, usianya baru 28 tahun. Dia masih lajang dan memiliki impian untuk menjadi seorang top model. Sayangnya orang tuanya menolak keras dan justru memintanya untuk menjadi seperti sekarang. "Aku akan mengikuti kontes ratu kecantikan, aku harap kau bisa meminjamkan salah satu anak buahmu untuk menjadi pengawalku. Kebetulan, aku masuk ke dalam 50 besar yang akan lanjut ke dalam kompetisi. Pesaingku sangat banyak dan juga ketat, aku khawatir akan terjadi hal-hal buruk. Itu sebabnya aku ingin meminjam salah satu saja a
Kedua mata Arfeen melebar menatap layar ponsel Jordi yang menampilkan sebuah siaran langsung. Di mana di sana tengah menayangkan seorang pemuda yang setengah telanjang tengah dihajar oleh seorang pria berwajah sangar. Kedua tangannya dipegang oleh dua pria lainnya. "Tantra!" ujar Arfeen yang sangat terkejut. Adik sepupunya itu saat ini sedang dianiaya yang tampaknya berada di sebuah ruangan VIP klub. Apalagi yang anak itu perbuat, dan siapa yang sudah menayangkan siaran langsung penganiayaan ini? Orang itu pasti bukan orang sembarangan karena berani melakukan ini pada Tantra yang sudah dengan jelas semua orang tahu ia adalah tuan muda kedua keluarga Mahesvara. Arfeen menggerutu, tentu ia ingin menolong adik sepupunya. Bagaimana pun Tantra adalah keluarganya. Tapi ia juga tak ingin mengecewakan sang istri. "Kau pergi urusi dia!" perintah Arfeen. "Bagaimana dengan Anda, Presdir?" Arfeen menatap Jordi. "Sebelum kau menjadi pengawalku, aku sudah terbiasa menjaga diri. Sekaran
"Jangan dekat-dekat, pergi sana!"Tubuh Arfeen membatu, ia salah apa sampai harus diusir? "Wife, kau kenapa?" cemas Arfeen yang terheran. "Jangan dekat-dekat!" teriak Larena sekali lagi sambil merentangkan kelima jarinya saat Arfeen hendak kembali menghampiri. Arfeen terpaksa mundur kembali. Menatap wanita itu yang kini tengah berkumur sebelum menghela nafas lega. Arfeen sungguh tak mengerti apa yang terjadi?"Wife, memangnya aku melakukan kesalahan apa? Kenapa kau tak ijinkan aku mendekat?"Larena menoleh pemuda itu, ia juga tak tahu kenapa? Tadi ia masih baik-baik saja. Bahkan ia sangat merindukan Arfeen dan bau tubuh pemuda itu. Tapi kenapa sekarang tiba-tiba saja ia merasa mual dengan bau tubuh suaminya itu? "Aku tidak tahu, tapi bau tubuhmu membuatku mual!" Tentu saja Arfeen melotot, ia pun membaui tubuhnya sendiri. Wangi! Apa wangi parfumnya itu yang membuat Larena mual. "Apa aku perlu ganti parfum, Wife?"Larena menggeleng, ia sangat suka aroma parfum Arfeen yang membu
"Cerai, Ma?" beo Arfeen menatap sang mertua. "Iya. Mau aku perjelas lagi?" tanya Viera menyeringai. "A, tidak perlu Ma. Itu sudah sangat jelas. Tapi aku juga ingin menegaskan ke Mama bahwa aku tidak akan pernah menceraikan Larena, karena aku pasti bisa membuat Larena disegani semua orang!" janjinya. Viera tersenyum sinis, "Selama kau masih memiliki kedudukan yang tinggi dan membawa keluarga ini untuk mengangkat kepala tinggi-tinggi. Aku tak pernah bermasalah. Justru aku akan mendukungmu, tapi jika kau membuat keluarga ini malu dan kian direndahkan ... kau mau atau tidak, aku akan memaksa Larena untuk mengajukan gugatan cerai!" Arfeen tak mau banyak bicara lagi atau ia akan dianggap bicataconong kosong saja. Lebih baik ia fokus pada Mahesvara Group dan membangun jaringan yang lebih luas lagi. Ia juga berencana membangun perusahaan secara mandiri, dari tabungannya yang selama ini sempat dibekukan oleh sang kakek. Sebagian besar uang di tabungannya, adalah hasil jerih payahnya selam
Vano masih menatap menantunya dengan penuh selidik. Ia tahu sebagai orang kepercayaan tuan muda Mahesvara, Arfeen memiliki akses penuh ke banyak bidang. Harusnya tanpa memebrsihkan nama baiknya pun, menantunya itu bisa membantu dirinya kembali ke dunia bisnis. "Arfeen, apakah sekarang kedudukanmu sudah setara dengan Liam Kane?" tanya Vano penuh harap. Arfeen bisa membaca hal itu. "Nyaris!" jawabnya singkat. "Bukankah seharusnya kau bisa membantu Papa!"Papa!Arfeen tertegun. Apakah ia tak salah dengar? Mertuanya menyebut dirinya adalah papanya! Ada rasa bahagia yang mengergap hatinya. Tapi ia tak ingin besar kepala dulu. "Maksud Papa?""Jujur saja, aku sudah membangun bisnis baru. Hanya saja itu masih belum aku daftarkan secara resmis, karena jika kulakukan itu pasti akan mendapatkan penolakan!""Maksudnya Papa ingin agar aku membantu meloloskan perusahaan Papa?""Apalagi!"Arfeen menghela nafas dalam. "Aku tidak janji bisa melakukan itu selama nama Papa belum kembali bersih! M
"Apa rencanamu?" tanya Marvin sekali lagi. "Aku ingin tahu track record Hardi Suwiryo, karena sepertinya kita bisa menyentuh Marabunta darinya!" Arfeen membalas tatapan omnya. "Sepertinya Om mengetahui banyak hal tentang pria ini?" Marvin menyipitkan mata, "Apa kau mencurigai ommu ini?" Ada senyum tipis menghiasi bibir Arfeen, "Apakah Om merasa seperti itu?" Marvin menghela nafas kasar. "Mungkin Om memang tak terlalu suka padamu, tapi Om bukan pengkhianat. Om juga mencintai keluarga Mahesvara dan tidak akan membiarkan siapa pun mencoba menghancurkannya!" "Ok, anggap saja aku percaya. Kalian tahu, Kakek memilihku sebagai pemimpin klan, bukan semata-mata untuk menjadi pewaris semua kekayaan klan Mahesvara atau menguasainya. Tapi untuk menjadi pelindung klan kita. Kita membutuhkan seseorang yang kuat untuk mempertahankan posisi kita sebagai klan nomor satu, sekaligus ... seseorang yang pantas untuk dikorbankan!" Ada rasa getir dalam nada suara Arfeen. "Tapi Kakek juga tahu, aku
Awalnya Arfeen berniat membuka isi memori card itu di rumah. Namun mengingat di rumah itu justru ada Vano ia memutuskan untuk membuka di kantor. Arfeen berharap prasangkanya itu salah! Dari apa yang ia amati selama ini, sang papa mertua tak mungkin terlibat kecelakaan papanya kan?Tapi dari isi video itu ... entah mengapa Arfeen merasa ini akan buruk! Tubuh Arfeen terlonjak saat ada yang mengetuk pintu, pintu itu terbuka dan Diana muncul di sana. "Maaf, Presdir. Ada perwakilan dari Jaya Abadi Corp yang memaksa untuk bertemu!"Mata Arfeen mendelik. "Kau tidak bisa menghalau? Lalu apa kerjamu?" Diana sedikit menunduk. "Maaf, Presdir. Saya sudah mengatakan jika dia harus membuat janji lebih dulu. Tapi ... dia mengatas namakan istri Anda. Saya harus bagaimana?"Arfeen nyaris lupa jika saat ini Lyra masih berada di luar negeri, jadi terpaksa harus ia sendiri yang menghandle kerja sama dengan Jaya Abadi Corp. Ia menghela nafas lalu menarik laci untuk mengambil masker wajah. Mengenakan b
Di ruangan itu, musik menggema memenuhi. Para pria duduk menatap panggung yang berisi para wanita dengan pakaian yang sangat minim. Tengah melakukan tubuh mengikuti irama lagi. Ada dari beberapa yang sudah tak mengenakan sehelai benang pun. Memamerkan tubuh mereka untuk memberikan kepuasaan pada para pelanggan. Ada lembaran uang yang terselip antara bra dan panty super mini itu, itu adalah tips dari pelanggan yang mereka dapatkan. Mereka adalah para penari striptis di klub itu. Ketika lagi selesai maka mereka pun mulai meninggalkan panggung, ada beberapa tamu yang menghampiri wanita yang mereka suka untuk melampiaskan hasrat yang sejak tadi menggelinjang. Dara, adalah salah satu penari striptis yang baru saja selesai melakukan tugasnya di atas panggung. Ia berharap hari ini tidak ada pelanggan yang memintanya untuk menuntaskan hasrat. Namun ada seorang pria yang menghampirinya, pria itu berjambang lebar dengan kaca mata. Pakaiannya cukup rapi. Akhirnya mereka memasuki sebuah kamar