"Marco!" seru Arfeen ketika tubuh Marco meluncur ke arahnya. Ia pun buru-buru menangkap tubuh seniornya, membaringkan perlahan di anak tangga. Bagian punggung Marco berlumur darah, "ada goresan pedang di sana dan itu lebih dari satu kali. Artinya mungkin saja Marco sempat bertarung dan ia terkena sabetan katana. "Marco!""Ketua! Kau ... harus ... hati-hati ... ada pengkhianat di federasi!" ucapnya lirih nyaris tak terdengar. Nun Arfeen tetap mendengarnya. "Apa maksudmu, Marco?""Jangan ... percaya siapa pun _" setelah berucap demikian, Marco terkulai dan berhenti bernafas dengan mata yang masih membuka. "Marco!" panggil Arfeen. Pria itu tak lagi bisa menyahut, Arfeen menutup kedua mata Marco agar terpejam sambil menggerutu. Ia memang tak terlalu dekat dengan Marco, bahkan dulu ia tak terlalu mempercayai pria itu. Tapi apa yang Marco ucapkan mungkin benar. Ada banyak pengkhianat dalam federasi. Ia memang tak boleh mempercayai siapa pun. "Presdir!" ucap Jordi yang ingin agar mer
Tubuh Devano meluncur ke lantai, semua orang sempat melotot menyaksikan hal itu. Mereka pikir Arfeen akan menebas tubuh Devano menjadi dua bagian. Sayangnya yang Arfeen tebas adalah tali yang menggantung pria itu. Nyaris semua orang tak mempercayai apa yang dilihatnya. Terutama Devano. Ia pikir ketuanya itu akan membunuhnya karena itu adalah konsekuensi dari kesetiaannya. Namun rupanya ketuanya justru memotong tali yang menggantungnya. Devano bangkit dan menatap Arfeen. "Ketua!" "Jangan banyak bicara dan tunjukan padaku siapa yang berkhianat!" bisik Arfeen menyodorkan katana di tangannya. Pandangan Devano jatuh pada benda mengkilat itu. Kemudian merangkak berlatih ke wajah ketuanya. "Haruskah saya lakukan?" tanya Devano sedikit ragu. "Seorang pengkhianat tak pantas untuk hidup!" Dengan tangan gemetar Devano memungut pedang di tangan Arfeen. Devano menatap katana di tangannya, kemudian perlahan ia berjalan menuju Andros dan Akshan. Dengan gerakan kilat ia menebas Aks
Andros tersenyun miring. Ia tahu apa yang dipikirkan oleh Devano. Juniornya ini cukup pintar, jadi sudah pasti Devano bisa menebak. Tanpa pikir panjang lagi Andros menyerang Devano. Mumpung saat ini anak itu belum 100% mengetahui segalanya. Andros tak ingin ada yang banyak mengetahui rahasianya. Jadi ia harus bisa menghabisi Devano. Ia menyerang Devano dengan begitu bengis. Devano tak tinggal diam, ia tahu dirinya tak boleh tewas hari ini. Apalagi di tangan temannya sendiri. Arfeen mengamati pertarungan Devano dan Andros setelah pasukan tentara yang Geofan bawa semuanya tumbang. Ia tahu tak boleh membiarkan Devano terbunuh, jadi ia pun melirik Jordi. Andros juga seseorang yang kuat, pasti akan memiliki celah untuk bisa melukai Devano. Itu sebabnya Arfeen ingin agar Jordi membantu Devano.Jordi yang mengerti bahasa mata bosnya lekas ikut menyerang Andros. Bahkan ia menyuruh Devano untuk menepi. Sekarang adalah pertarungan antara Andros dan Jordi. Andros memang tangguh, tapi tak s
"Katakan saja, Miss!" ujar Arfeen. "Aku dengar sekarang kau menjadi kepala pengawal keluarga Mahesvara. Apakah itu benar?"Pertanyaan Miss Anna membuat Arfeen bernafas lega. "Ya.""Itu bagus sekali, itu sebuah prestasi yang membanggakan. Tapi pekerjaanmu tidak akan mengganggu skripsimu kan?""Aku bisa membagi waktu, Miss.""Aku percaya itu, sebenarnya aku ingin minta tolong!"Arfeen mengerutkan kening. "Minta tolong?"Miss Anna mengangguk. Miss Anna termasuk masih cukup muda, usianya baru 28 tahun. Dia masih lajang dan memiliki impian untuk menjadi seorang top model. Sayangnya orang tuanya menolak keras dan justru memintanya untuk menjadi seperti sekarang. "Aku akan mengikuti kontes ratu kecantikan, aku harap kau bisa meminjamkan salah satu anak buahmu untuk menjadi pengawalku. Kebetulan, aku masuk ke dalam 50 besar yang akan lanjut ke dalam kompetisi. Pesaingku sangat banyak dan juga ketat, aku khawatir akan terjadi hal-hal buruk. Itu sebabnya aku ingin meminjam salah satu saja a
Kedua mata Arfeen melebar menatap layar ponsel Jordi yang menampilkan sebuah siaran langsung. Di mana di sana tengah menayangkan seorang pemuda yang setengah telanjang tengah dihajar oleh seorang pria berwajah sangar. Kedua tangannya dipegang oleh dua pria lainnya. "Tantra!" ujar Arfeen yang sangat terkejut. Adik sepupunya itu saat ini sedang dianiaya yang tampaknya berada di sebuah ruangan VIP klub. Apalagi yang anak itu perbuat, dan siapa yang sudah menayangkan siaran langsung penganiayaan ini? Orang itu pasti bukan orang sembarangan karena berani melakukan ini pada Tantra yang sudah dengan jelas semua orang tahu ia adalah tuan muda kedua keluarga Mahesvara. Arfeen menggerutu, tentu ia ingin menolong adik sepupunya. Bagaimana pun Tantra adalah keluarganya. Tapi ia juga tak ingin mengecewakan sang istri. "Kau pergi urusi dia!" perintah Arfeen. "Bagaimana dengan Anda, Presdir?" Arfeen menatap Jordi. "Sebelum kau menjadi pengawalku, aku sudah terbiasa menjaga diri. Sekaran
"Jangan dekat-dekat, pergi sana!"Tubuh Arfeen membatu, ia salah apa sampai harus diusir? "Wife, kau kenapa?" cemas Arfeen yang terheran. "Jangan dekat-dekat!" teriak Larena sekali lagi sambil merentangkan kelima jarinya saat Arfeen hendak kembali menghampiri. Arfeen terpaksa mundur kembali. Menatap wanita itu yang kini tengah berkumur sebelum menghela nafas lega. Arfeen sungguh tak mengerti apa yang terjadi?"Wife, memangnya aku melakukan kesalahan apa? Kenapa kau tak ijinkan aku mendekat?"Larena menoleh pemuda itu, ia juga tak tahu kenapa? Tadi ia masih baik-baik saja. Bahkan ia sangat merindukan Arfeen dan bau tubuh pemuda itu. Tapi kenapa sekarang tiba-tiba saja ia merasa mual dengan bau tubuh suaminya itu? "Aku tidak tahu, tapi bau tubuhmu membuatku mual!" Tentu saja Arfeen melotot, ia pun membaui tubuhnya sendiri. Wangi! Apa wangi parfumnya itu yang membuat Larena mual. "Apa aku perlu ganti parfum, Wife?"Larena menggeleng, ia sangat suka aroma parfum Arfeen yang membu
"Cerai, Ma?" beo Arfeen menatap sang mertua. "Iya. Mau aku perjelas lagi?" tanya Viera menyeringai. "A, tidak perlu Ma. Itu sudah sangat jelas. Tapi aku juga ingin menegaskan ke Mama bahwa aku tidak akan pernah menceraikan Larena, karena aku pasti bisa membuat Larena disegani semua orang!" janjinya. Viera tersenyum sinis, "Selama kau masih memiliki kedudukan yang tinggi dan membawa keluarga ini untuk mengangkat kepala tinggi-tinggi. Aku tak pernah bermasalah. Justru aku akan mendukungmu, tapi jika kau membuat keluarga ini malu dan kian direndahkan ... kau mau atau tidak, aku akan memaksa Larena untuk mengajukan gugatan cerai!" Arfeen tak mau banyak bicara lagi atau ia akan dianggap bicataconong kosong saja. Lebih baik ia fokus pada Mahesvara Group dan membangun jaringan yang lebih luas lagi. Ia juga berencana membangun perusahaan secara mandiri, dari tabungannya yang selama ini sempat dibekukan oleh sang kakek. Sebagian besar uang di tabungannya, adalah hasil jerih payahnya selam
Vano masih menatap menantunya dengan penuh selidik. Ia tahu sebagai orang kepercayaan tuan muda Mahesvara, Arfeen memiliki akses penuh ke banyak bidang. Harusnya tanpa memebrsihkan nama baiknya pun, menantunya itu bisa membantu dirinya kembali ke dunia bisnis. "Arfeen, apakah sekarang kedudukanmu sudah setara dengan Liam Kane?" tanya Vano penuh harap. Arfeen bisa membaca hal itu. "Nyaris!" jawabnya singkat. "Bukankah seharusnya kau bisa membantu Papa!"Papa!Arfeen tertegun. Apakah ia tak salah dengar? Mertuanya menyebut dirinya adalah papanya! Ada rasa bahagia yang mengergap hatinya. Tapi ia tak ingin besar kepala dulu. "Maksud Papa?""Jujur saja, aku sudah membangun bisnis baru. Hanya saja itu masih belum aku daftarkan secara resmis, karena jika kulakukan itu pasti akan mendapatkan penolakan!""Maksudnya Papa ingin agar aku membantu meloloskan perusahaan Papa?""Apalagi!"Arfeen menghela nafas dalam. "Aku tidak janji bisa melakukan itu selama nama Papa belum kembali bersih! M