Pesona Istri Season 3"Abang, sholat dulu," lirih Zitni, yang sudah berada di bawahku. Tak kuasa aku untuk tidak menjamahnya begitu dia tersenyum padaku tadi. Seakan semua penghalang sudah lenyap dan aku bisa melakukan apa saja padanya. Hingga dengan naluri berburu yang ada pada laki-laki, aku menciumnya dan membawanya ke pembaringan.Ah, iya. Aku sampai lupa untuk mengawali dengan mendirikan sholat dua rakaat. Apa aku memang setergesa-gesa itu ingin menyatu dengan pujaan hatiku. Pertama kali yang harus ditegakkan bersama dengan pasangan adalah taat kepada Allah, makanya kebersamaan suami istri hendaknya diawali dengan sholat dua rakaat. "Harusnya kamu menyambutku dalam balutan mukena, biar aku gak khilaf," ujarku, mencari pembenaran atas tindakan yang barusan kulakukan. "Iya, kah?" Zitni balik bertanya. "Ya sudah ayo, ke kamar mandi." Tak berniat membalas perkataannya, kuajak dia untuk bersuci saja. Aku bangkit dari posisiku, dimana tubuhku menindihnya dengan sempurna. "Ngapain?
Pesona Istri Season 3Semua orang mulai sibuk menyiapkan penikahan Nata dan Queena, akhirnya ... mereka akan menikah juga. Entah bagaimana ceritanya, begitu mereka pulang dari berpergian, Nata dan Queena sudah diijinkan untuk menikah oleh Om Wisnu.Bahkan Queena sudah tinggal di rumah ini selama beberapa hari. Sejak dulu dia memang sudah terbiasa tinggal di rumah ini, jadi bukanlah hal yang luar biasa saat dia berada di sini. Dulu saat masih kecil, dia lebih suka tinggal di sini, katanya lebih banyak teman daripada di rumah kesepian dan seorang diri. Queena memang anak tunggal. Aku turut bahagia, akhirnya kembaranku itu mendapatkan apa yang dia inginkan setelah banyak berkorban untukku.Aku dan istriku, belum berniat untuk pindah rumah. Zitni tampak nyaman di rumah ini, dan Mama juga masih meminta kami tinggal. Sebulan dua bulan, tinggallah di rumah ini. Pinta Mama padaku dan menantunya. Sekalian bantuin persiapan pernikahan adikmu, begitu yang Mama katakan. Empat wanita yang ada di
Pesona Istri Season 3 Bab 140Dengan kepanikan yang masih sama, aku segera membawa Zitni masuk ke dalam gedung rumah sakit, begitu kami sampai di rumah sakit terdekat. Kami langsung di arahkan ke ruang Unit Gawat Darurat. Serangkaian pemeriksaan dilakukan, termasuk USG untuk melihat dan memastikan keadaan bayi kami. Jika dihitung dari waktu Zitni memberikan alat uji kehamilan padaku waktu itu, istriku itu sudah telat kurang lebih lima minggu. Tapi konon katanya, dokter punya perhitungan lain soal kehamilan, dan perkiraan persalinan. Mereka menghitungnya mulai dari hari pertama haid terakhir, bukan kapan pertama kali berhubungan. Ah, entahlah. Laki-laki sepertiku ini jarang-jarang yang peduli pada hal tersebut. Padahal seharusnya hal seperti ini diketahui juga oleh pada pria, apalagi jika setelah menikah langsung hamil. Bisa-bisa mereka akan salah menduga dengan waktu kehamilan ini. Aku menarik nafas lega, istri dan bayiku tak apa-apa. Mereka baik-baik saja, Zitni hanya kecapean dan
Pesona Istri Season 3 Tidurku merasa terganggu karena pergerakan yang terus menerus, apa Zitni tak bisa tidur dengan nyenyak. Kenapa, apa dia merasa tak nyaman dengan perutnya?"Ada apa?" Akhirnya aku terbangun juga. "Aku pengen," jawabnya, dengan suara lirih. Lebih ketidak enak untuk meminta. Apa jangan-jangan dia ingin melakukan hal itu, konon katanya orang hamil hormonnya tak stabil hingga membuat hasratnya juga naik. "Pengen apa?" penasaran aku bertanya. Sejak hamil, tak pernah sekalipun dia meminta sesuatu layaknya orang ngidam. Khawatir dia memang bukan pengen makanan. "Aku pengen makan bakso, berkuah hangat dan nikmat," jawabnya.Ah, otakku sudah kemana-mana saja. Kulihat jam dinding yang terpasang di dinding kamar kami. Jam setengah tiga dini hari, siapa yang jualan bakso jam segini. Aku menghela nafas panjang. "Pengen banget, ya?" Tanyaku memastikan. Berharap dia berubah pikiran. "Aku udah nahanin sejak tadi jam dua belas malam, Abanh. Tadi saat terbangun, tiba-tiba
Pesona Istri Season 3 "Abang, Abang ...." Tubuhku terasa berguncang. Dari yang mulai pelan berlanjut ke kencang. "Apa sih Zitni, mau lagi?" Aku menggeliat malas. Bukannya menjawab pertanyaanku, wanita itu malah meringsek masuk ke dalam pelukanku. Aroma tubuhnya yang wangi membuatku ingin kembali. Entah kapan dia mandi, aku tak tahu karena langsung terlelap begitu menyelesaikan hajatku dengannya.Numun berbeda denganku, sepertinya istriku malah tidak tidur. Buktinya dia sudah mandi saja. Kupikir aku baru memejamkan mata, menikmati rasa nikmat dan nyaman dalam tubuhku. Setelah melepaskan sesuatu yang kutahan hampir sebulan karena dia hamil muda, akhirnya tubuhku terasa sangat ringan. "Ada apa, Sayang?" tanyaku penasaran. Tak mungkin dia ingin lagi padahal sudah mandi. "Aku lapar," sahutnya. Nah, mulai lagi kan. Sejak semua orang tahu dia hamil, Zinti mulai sering meminta makanan tanpa kenal waktu. Kalau dulu Mama hanya meminta tapi Papa yang makan, berbeda dengan Zitni. Dia akan
Pesona Istri Season 3 POV NataBerkat ide dari Atma, sepertinya aku akan segera mengeksekusinya. Tinggal di rumah mertua dan menjadi pengangguran bukanlah sesuatu yang bisa dibanggakan. Meskipun baru beberapa hari, tapi itu membuatku tak nyaman. Setelah menelpon Atma aku segera mencari nama Yuanita di akun sosial mediaku, aku memang tak memiliki kontak teleponnya sudah sangat lama kami tidak berhubungan sejak aku lulus SMA. Hanya saja sesekali secara tak sengaja aku melihat postingannya jika kebetulan membuka media sosialku. Itupun aku tak pernah memberikan reaksi apapun padanya hanya sekedar melihat saja. [Halo Yuanita Apa kabar?] kukirim pesan setelah menemukan namanya di list pertemananku. Terlihat dia sepertinya juga sedang online. Aku berharap pesanku segera dibalas olehnya, agar apa yang aku inginkan dan rencanakan segera terealisasi. Aku harap dia juga belum membuka restoran sendiri atau sejenisnya kalau sudah, bisa kupastikan dia takkan mau bekerja sama denganku. [Halo Ka
Pesona Istri Season 3Aku hanya bisa pasrah menerima perlakuan Queena, percuma aku melawan perempuan, apalagi dia istriku. Hanya saja apa yang selama ini kupendam, jadi meronta-ronta minta disalurkan. "Sudah puas?" Aku bertanya setelah dia berhenti melakukan apa yang dia inginkan. Aku merasa, tak hanya satu tempat dia lakukan. Queena hanya tersenyum jahil menanggapi pertanyaanku. Antara emosi dan gemas bercampur menjadi satu. "Sekarang giliranku." Aku berkata sambil menyeringai, sekarang giliranku berbuat jahil padanya. "Mau apa?" Queena hendak melarikan diri. Yang tadinya ada di atasku berniat pergi. Kutarik tubuhnya hingga kembali terjatuh di tempat tidur. "Kamu udah bikin singa bangun, harus tanggung jawab," bisikku di telinganya. "Nggak bisa, belum boleh." Queena meronta sambil tertawa. Puas dia melakukan hal ini padaku, rupanya. "Boleh, semua boleh dilakukan asal bukan yang itu." "Yang itu apa, Abang. Pokoknya enggak boleh." Dia terus meronta di bawahku sambil berteriak d
Pesona Istri Season 3POV QueenaYuanita, mendengar namanya saja membuatku sudah sangat emosi jiwa. Yuan, masa nama perempuan begitu, itu nama cowok. Meskipun orang-orang memanggilnya Nita, tapi aku lebi suka memanggilnya Yuan. Aku benci padanya sejak saat masih kecil. Waktu itu, aku sedang menginap di rumah Mama Nia. Lalu, tak biasanya ada anak perempuan seumuran Abang Nata yang main ke rumah itu. Dan dengan percaya dirinya membawa sebuah kue untuk dinikmati bersama katanya. Anak remaja itu, dia sedang membuat resep dan itu adalah eksperimen keduanya. Eksperimen pertama, dia berhasil dan yang kedua pun juga berhasil lalu menginginkan orang lain untuk mencobanya. Remaja itu memang terlihat sangat pandai memasak, bahkan mamanya Abang Nata pun memuji kue buatannya, dan abang Nata, sepertinya juga suka dengan kue buatan gadis remaja bernama Yuanita itu.Hal yang membuatku tak suka padanya adalah, dia seperti mencari perhatian pada Abang Nata. Aku tak suka siapapun mencuri perhatiannya
Pesona Istri Season 3 POV Hanan "Selamat ulang tahun Sayang ucapku sambil memberikan sebuket bunga mawar untuknya." Meskipun di rumah ini ada taman bunga mawar, tapi tetap saja memberi bunga padanya selalu membuatnya bahagia. Namun, dia akan berkata tak suka pada bunga yang sudah dipetik. "Terima kasih, Mas," jawabnya tanpa terlihat sedikit pun senyum di wajahnya. Sudah beberapa hari ini Husniah tampak bersedih hati. Aku tahu penyebabnya tak bahagia beberapa hari ini. Sudah hampir dua bulan tak ada dari anak-anaknya yang datang mengunjungi kami baik Hulya yang belum memiliki anak maupun Atma dan Nata yang sudah sibuk dengan keluarga kecilnya ditambah dengan keberadaan anaknya."Kamu rindu pada anak-anak?" tanyaku.Pertanyaanku hanya dijawab Husniah dengan anggukan, seakan dia enggan berbicara. Aku tahu jika dia mengungkapkan isi hatinya, dia akan menangis begitu saja. Entah kenapa di usianya yang tak lagi muda, Husniah semakin melankolis. Kurasa ini terjadi setelah anak-anak perg
Pesona Istri Season 3 "Sayang, Abang minta maaf," ucapku, sembari mencoba mendekat padanya lagi. Dia marah tapi tak mau didekati, bagaimana bisa aku menenangkannya. Lebih baik dia memukuliku daripada menjauh dengan tampang seperti itu. "Kenapa minta maaf," ketus Queena. "Udah bikin kamu kesal," balasku. "Sini, kita bicarakan dengan tenang. Kamu mau apa?" Wajah itu masih cemberut, tapi tak lagi menjauhiku hingga jarak kami semakin dekat. "Maaf ya." Lagi aku mengatakan permintaan maaf, entah untuk kesalahan yang mana. Yang penting aku minta maaf saja, mungkin dengan seperti ini dia kan lebih baik. Tanpa dikomando, air mata Queena meluncur melewati pipinya yang terlihat berisi, lalu kemudian berlanjut dengan isakan kecil terdengar di telingaku. "Abang minta maaf," ucapku, lagi, entah untuk yang berapa kali. Aku merengkuh tubuh Queena dalam pelukan. Istriku itu tak menolak dan melawan, dia terisak dalam dekapanku. Biarlah, dia puas menangis setelah puas memukuliku. Biar dia mel
Pesona Istri Season 3"Nata, Queena pergi meninggalkan Rafka sejak tadi pagi," ucap Tante Syifa dari ujung telepon, ketika aku mengangkat panggilan dari mertuaku tersebut.Mendengar penuturan Tante Syifa, tentu saja membuatku sedikit terkejut. Tadi pagi memang Queena masih marah saat kutinggal pergi kerja. Kali ini bukan masalah postur tubuhnya yang gemuk namun kami bertengkar lagi karena Queena kembali mencurigaiku memiliki kedekatan dengan Yuanita pada hal dia jelas-jelas tahu kalau wanita itu sudah memiliki tunangan. Meskipun sampai sekarang mereka belum berniat untuk menikah. Entah kenapa beberapa hari ini, tidur kami selalu diwarnai dengan pertengkaran. "Quina pergi ke mana, Ma. Dia tak pamit dan meninggalkan Rafka begitu saja. Lalu gimana sekarang keadaan anak itu apakah dia rewel karena tak ada mamanya?" Bertubi-tubi aku bertanya pada mertuaku. Jika di lihat sekarang sudah mulai sore, artinya istriku itu sudah pergi dari rumah cukup lama. Tapi kenapa Tante Syifa baru mengat
Pesona Istri Season 3 "Nggak gitu juga kali konsepnya Kak Yuan," ucap Queena dengan nada sebal.Sepertinya dia tak suka dengan perkataan yang dilontarkan oleh Yuanita barusan, siapa yang suka dengan perkataan seperti itu. Aku pun tak suka, Queena adalah istriku tak ada yang boleh memilikinya selain diriku. "Aku cuma bercanda mengimbangi perkataan Liam barusan," sahut Yuanita, membela diri.Dua wanita ini nampaknya sulit akur sekarang, Queena yang cemburu pada Yuanita karena dulu kami pernah dekat, dan Yuanita yang cemburu pada Queena karena Liam begitu perhatian pada istriku. Kami berbasa-basi beberapa saat, kurang lebih hanya empat puluh lima menit. Karena kami harus segera pergi ke restoran. William pergi sendiri mengendarai mobilnya, sedangkan aku dan Yuanita akan berkendara di mobil yang sama seperti yang kami katakan tadi. "Aku pergi dulu ya, Sayang," pamitku pada Queena. "Kok Kak Yuanita ikut dengan Abang?" tanya Queena, seperti tak suka. "Liam akan langsung ke kantornya,
Pesona Istri Season 3Aku sudah mulai aktif kembali bekerja di restoran bersama dengan Yuanita. Sampai sekarang aku tak pernah tahu lagi, bagaimana hubungan dia dengan William. Kulihat mereka baik-baik saja namun hingga detik ini sepertinya tak ada kemajuan dalam hubungan mereka entah kapan mereka akan memutuskan untuk menikah. Biarlah itu bukan urusanku, mereka adalah dua orang dewasa yang sudah tahu mana yang baik dan mana yang benar. "Bagaimana keadaan Queena?" Tanya William saat aku hendak pulang. "Alhamdulillah sehat dan baik," jawabku. Sejak kejadian Yuanita melihatnya memeluk Queena dan dia marah-marah tidak jelas itu, William lebih banyak menahan diri. Dia tak lagi ingin dekat dengan Queena. Ditambah lagi aku dan istriku pergi ke luar kota, pindah ke rumah Mama dan Papa dalam beberapa bulan. Kupikir, membuat kedekatan Queena dan William tak lagi seperti dulu. "Mau ke sana, kita tengok Mama dan bayinya." Yuanita datang menghampiri kami dengan sebuah usulan. "Kamu mau?" Wil
Pesona Istri Season 3 Aku terbangun saat terdengar suara azan dari ponselku. Malam tadi kami masih tidur dengan nyenyak, Queena juga tidak membangunkanku. Bayi kami pun tidak di bawa ke sini. Perawat bilang, bayi yang baru lahir tidak langsung lapar dan ingin menyusu dari mamanya saat kutanya apa bayi kami tak kelaparan. Aku segera bangun, membersihkan diri dan sholat subuh, setelah itu membangunkan Queena. "Sayang, mau mandi gak?" Tanyaku sambil mengecup keningnya. "Sudah jam berapa?" Queena bertanya. "Jam lima lewat." Queena terlihat susah payah saat ingin bangun dari posisinya. Tentu saja, pasti dia masih kesakitan di bagian intimnya. "Ayo abang bopong," kataku sembari mengambil posisi hendak mengangkat tubuhnya. Queena menatap padaku. "Iya deh," sahutnya sambil memamerkan barisan giginya. Kenapa tak minta tolong saja dari tadi. Dengan hati-hati, kuangkat tubuhnya dan kubawa ke kamar mandi. "Mau dimandiin?" tanyaku. "Apaan sih Abang, aku bisa mandi sendiri." Dia menolak
Pesona Istri Season 3 POV Nata Wajah lelah namun tampak bahagia itu tersenyum bahagia saat menatapku. Aku baru saja mengazani bayi kami yang ada di ruang bayi. Sedangkan Queena masih berada di ruang bersalin tadi saat aku tinggalkan untuk melihat bayi kami. Queena melahirkan tanpa persiapan, kami sedang asyik jalan-jalan di mall tapi tiba-tiba dia pecah ketuban. Lalu saat di bawa ke rumah sakit ternyata sudah pembukaan 4 dan semua berjalan dengan cepat. "Bukannya anak pertama katanya perlu lama kontraksi untuk pembukaan." Itu yang aku tanyakan pada dokter saat dikatakan Queena sudah siap melahirkan. "Aku udah mulas dari kemarin, Abang. Tapi aku tahan, makanya tadi sengaja aku ajak Abang jalan-jalan biar rasa sakitnya teralihkan." Ah, Queena, ada-ada saja. Kuat juga dia menahan rasa sakit itu. Tapi mungkin aku dan kedua mertuaku akan jauh lebih khawatir jika tahi sejak kemarin dia mulas tapi bayi baru lahir hari ini. Kembali kukecup kening Queena yang sudah berada di atas kursi
Pesona Istri Season 3POV Hulya Pengantin baru, rumah baru. Begitu pulang dari hotel, aku hanya menginap di rumah Papa dan Mama dua malam. Lalu hanya semalam berada di rumah mertuaku, kemudian suamiku langsung membawaku pergi ke rumah yang dia inginkan untuk menjadi tempat tinggal kami. Sejauh ini, keluarga mertuaku semuanya baik dan sayang padaku. Termasuk adik iparku yang merupakan adik Mas Aslam. Mereka hanya dua bersaudara. Pantas saja kalau suamiku itu begitu memanjakan adik perempuannya. Aku hanya bisa menurut saat Mas Aslam mengajakku tinggal berdua saja, dia memilih rumah minimalis modern untuk menjadi tempat tinggal kami. "Aku hanya ingin menghabiskan waktu berdua saja denganmu, di rumah yang tak terlalu luas sehingga aku bisa selalu melihat keberadaanmu setiap saat. Selain itu, agar kamu tak kesepian jika sendiri karena rumah tak terlalu besar." Itu yang dikatakan Mas Asalm saat pertama kali kami menginjakkan kaki di rumah ini. Terhitung sudah satu minggu kami tinggal
Pesona Istri Season 3 Suasana pagi terasa mulai ramai oleh orang-orang yang hendak pergi bekerja. Dengan senyum lebar, aku menanti kedatangan moda transportasi umum yang sangat ingin aku coba, kereta listrik. Aku dan Mas Aslam akan naik kendaraan umum itu berbarengan dengan orang-orang yang berangkat ke kantor. "Senangnya akhirnya kita bisa naik kereta ini bareng," ucapku seraya menatap ke arah lintasan kereta. Menunggu alat transportasi tersebut datang. "Kenapa harus di jam segini sih, lihat ramai sekali. Kita ini baru menikah, harusnya bersantai di hotel menikmati kebersamaan bukannya malah ikutan berdesakan dengan para karyawan," omel Mas Aslam.Sebenarnya dia tak setuju aku melakukan ini saat ini, khawatir masih lelah setelah kemarin kami sibuk di acara pernikahan. "Ini letak serunya, ikutan berdesakan dengan penumpang lainnya. Kalau sepi mana seru, biar tahu bagaimana hidup sulit," jawabku sekenanya. Mas Aslam hanya geleng-geleng kepala mendengar perkataanku. "Memangnya gak