Pesona Istri Season 3 POV NataBerkat ide dari Atma, sepertinya aku akan segera mengeksekusinya. Tinggal di rumah mertua dan menjadi pengangguran bukanlah sesuatu yang bisa dibanggakan. Meskipun baru beberapa hari, tapi itu membuatku tak nyaman. Setelah menelpon Atma aku segera mencari nama Yuanita di akun sosial mediaku, aku memang tak memiliki kontak teleponnya sudah sangat lama kami tidak berhubungan sejak aku lulus SMA. Hanya saja sesekali secara tak sengaja aku melihat postingannya jika kebetulan membuka media sosialku. Itupun aku tak pernah memberikan reaksi apapun padanya hanya sekedar melihat saja. [Halo Yuanita Apa kabar?] kukirim pesan setelah menemukan namanya di list pertemananku. Terlihat dia sepertinya juga sedang online. Aku berharap pesanku segera dibalas olehnya, agar apa yang aku inginkan dan rencanakan segera terealisasi. Aku harap dia juga belum membuka restoran sendiri atau sejenisnya kalau sudah, bisa kupastikan dia takkan mau bekerja sama denganku. [Halo Ka
Pesona Istri Season 3Aku hanya bisa pasrah menerima perlakuan Queena, percuma aku melawan perempuan, apalagi dia istriku. Hanya saja apa yang selama ini kupendam, jadi meronta-ronta minta disalurkan. "Sudah puas?" Aku bertanya setelah dia berhenti melakukan apa yang dia inginkan. Aku merasa, tak hanya satu tempat dia lakukan. Queena hanya tersenyum jahil menanggapi pertanyaanku. Antara emosi dan gemas bercampur menjadi satu. "Sekarang giliranku." Aku berkata sambil menyeringai, sekarang giliranku berbuat jahil padanya. "Mau apa?" Queena hendak melarikan diri. Yang tadinya ada di atasku berniat pergi. Kutarik tubuhnya hingga kembali terjatuh di tempat tidur. "Kamu udah bikin singa bangun, harus tanggung jawab," bisikku di telinganya. "Nggak bisa, belum boleh." Queena meronta sambil tertawa. Puas dia melakukan hal ini padaku, rupanya. "Boleh, semua boleh dilakukan asal bukan yang itu." "Yang itu apa, Abang. Pokoknya enggak boleh." Dia terus meronta di bawahku sambil berteriak d
Pesona Istri Season 3POV QueenaYuanita, mendengar namanya saja membuatku sudah sangat emosi jiwa. Yuan, masa nama perempuan begitu, itu nama cowok. Meskipun orang-orang memanggilnya Nita, tapi aku lebi suka memanggilnya Yuan. Aku benci padanya sejak saat masih kecil. Waktu itu, aku sedang menginap di rumah Mama Nia. Lalu, tak biasanya ada anak perempuan seumuran Abang Nata yang main ke rumah itu. Dan dengan percaya dirinya membawa sebuah kue untuk dinikmati bersama katanya. Anak remaja itu, dia sedang membuat resep dan itu adalah eksperimen keduanya. Eksperimen pertama, dia berhasil dan yang kedua pun juga berhasil lalu menginginkan orang lain untuk mencobanya. Remaja itu memang terlihat sangat pandai memasak, bahkan mamanya Abang Nata pun memuji kue buatannya, dan abang Nata, sepertinya juga suka dengan kue buatan gadis remaja bernama Yuanita itu.Hal yang membuatku tak suka padanya adalah, dia seperti mencari perhatian pada Abang Nata. Aku tak suka siapapun mencuri perhatiannya
Pesona Istri Season 3"Abang ayo sarapan," ajakku pada Abang Nata yang masih saja bercermin di depan kaca. Dari aku keluar kamar hingga balik lagi ke kamar untuk memanggilnya, dia masih saja bercermin. Apa sejak tadi dia masih saja melakukan itu, atau sudah melakukan hal yang lain dan kembali lagi bercermin. Memangnya jika tanda itu terus dipandangi di depan cermin akan segera menghilang. Lama-lama kulihat kasihan juga dia."Bagaimana dengan ini?" tanyanya, dengan jari menunjuk ke arah lehernya sendiri."Estetik," jawabku sambil tertawa.Terlihat suamiku malah tambah frustasi mendengar jawabanku. Tangan kanannya mengacak rambutnya dengan kesal. Namun rambut yang pendek itu tentu saja tak akan menjadi berantakan hanya karena diacak seperti itu. "Ayo sarapan dulu, sudah ditunggu sama Papa dan Mama." Lagi, aku mengajaknya. Dengan enggan Abang Natal mengikutiku menuju ke ruang makan. Pembantu rumah tangga yang kebetulan berpapasan dengan kami saat menuju ruang makan, juga terlihat mena
Pesona Istri Season 3"Abang...." "Iya, Sayang." Abang Nata memotong ucapanku. Dia tak membiarkanku meneruskan apa yang ingin kukatakan. Sayang, dia bilang Sayang barusan. Perasaan selama ini dia tak pernah sedikitpun memanggilku dengan panggilan sayang. Selalu saja namaku yang disebutnya. Halah, pasti mau mengambil hatiku, kan. Agar aku tak makin cerewet lagi. "Bilang apa barusan?" tanyaku, berniat agar dia mau mengulang kata-katanya. "Sayang.""Hah?!""Sayang ... Sayang ...Sayang."Yuanita sampai geleng-geleng kepala dengan kelakuan kami. Ya sudahlah aku mengalah saja, akan kudengarkan dulu lagi pembicaraan mereka. Tapi kalau sekali lagi dibilang suruh jual muka, aku akan protes lagi. "Konsep restoran apa yang kamu inginkan?" Tanya Abang Nata. Pria itu mulai diskusinya kembali setelah aku anteng kembali dengan ponselku. Mata dan tanganku memang fokus pada benda pipih berukuran lima inchi dalam genggamanku. Tapi kupingku tetap fokus pada pembicaraan mereka. "Aku ingin konsep r
Pesona Istri Season 3POV Nata Aku mulai fokus dengan pekerjaan yang ingin kulakukan. Mencari tempat yang strategis, mencari tahu segala sesuatu yang sedang hits di media sosial sebagai bahan pertimbangan. Termasuk memikirkan bagaimana menarik pelanggan, lalu kami juga harus merekrut karyawan pelayanan dan lain-lain. Meskipun ini baru akan dimulai, tapi aku tak ingin melakukannya dengan setengah hati. Berharap semua usaha yang akan kami lakukan ini, langsung bisa membuahkan hasil. Mungkin memang belum langsung menjadi restoran besar, tapi tak mau juga hanya sekedarnya saja dan asal-asalan. Om Wisnu sudah mempercayaiku, dan seperti katanya, dia mendukung finansial tanpa banyak bertanya. "Boleh bekerja keras, tapi jangan lupakan keluarga," pesan mertuaku itu saat kukatakan semuanya. Tentu saja, aku tak akan melupakan keluarga karena terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan. Queena sendiri, juga tak ingin lagi bekerja. "Pa, kalau aku gak bekerja nggak apa-apa, kan?" Tanyanya pada sang
Pesona Istri Season 3"Terima kasih sudah menikahiku dan menjadikanku wanita seutuhnya," lirih Queena, jarinya menelusup di antara rambut-rambut kepalaku. Membelai dan menciptakan rasa nyaman yang bertambah dalam diriku. Aku sedang terkulai lemas setelah menuntaskan hasrat padanya beberapa saat yang lalu. Tak menunggu waktu beranjak malam seperti permintaannya. Mau bagaimana, sudah ada dia dan aku, di tempat yang nyaman dan tenang. Tentu saja tak akan bisa menunggu lagi hingga waktu berganti, meskipun itu tinggal beberapa jam saja. Apa yang kudengar barusan, kenapa terdengar manis sekali di telingaku. Jarang sekali Queena berkata manis seperti ini. Dia selalu mengungkapkan perasaan dengan cara merajuk, atau hal-hal yang tidak biasa lainnya. Kuangkat kepalaku yang tenggelam di ceruk lehernya menikmati aroma manis dari parfum yang bercampur dengan aroma tubuhnya, sisa percintaan kami. Aku menatap wajah cantik yang berada di bawahku itu. "Terima kasih, sudah menjadi istriku," balasku
Pesona Istri Season 3 Cahaya bulan purnama menerobos masuk ke kamar kami melalui kaca-kaca jendela. Di dalam kamar hanya ada cahaya bulan purnama tersebut, terasa sejuk, remang-remang, dan syahdu. Queena sengaja mematikan hampir seluruh lampu kamar hotel, lalu membuka tirai penutup kaca hingga full sepenuhnya terbuka. Malam ini bulan purnama bulat sempurna, terlihat sangat indah di atas langit yang cukup cerah tanpa ada mendung sedikitpun. Meskipun tak banyak terlihat, namun beberapa bintang tampak bertebaran di langit berdekatan dengan bulan yang terlihat putih, bercahaya terang benderang. Sinar yang dipantulkan bulan dari sinar matahari.Hari belum terlalu malam. Namun, sejak kami masuk ke kamar ini tak sedikitpun kaki kami melangkah untuk keluar dari kamar. Aku dan Queena benar-benar menghabiskan waktu hanya di kamar saja. Makan, tidur dan bersenang-senang. Tak ada rasa bosan, apalagi waktu yang kami lewatkan belum ada dua puluh empat jam. Di kamar ini kami jika ingin makan ting