Pesona Istri Season 3 Cahaya bulan purnama menerobos masuk ke kamar kami melalui kaca-kaca jendela. Di dalam kamar hanya ada cahaya bulan purnama tersebut, terasa sejuk, remang-remang, dan syahdu. Queena sengaja mematikan hampir seluruh lampu kamar hotel, lalu membuka tirai penutup kaca hingga full sepenuhnya terbuka. Malam ini bulan purnama bulat sempurna, terlihat sangat indah di atas langit yang cukup cerah tanpa ada mendung sedikitpun. Meskipun tak banyak terlihat, namun beberapa bintang tampak bertebaran di langit berdekatan dengan bulan yang terlihat putih, bercahaya terang benderang. Sinar yang dipantulkan bulan dari sinar matahari.Hari belum terlalu malam. Namun, sejak kami masuk ke kamar ini tak sedikitpun kaki kami melangkah untuk keluar dari kamar. Aku dan Queena benar-benar menghabiskan waktu hanya di kamar saja. Makan, tidur dan bersenang-senang. Tak ada rasa bosan, apalagi waktu yang kami lewatkan belum ada dua puluh empat jam. Di kamar ini kami jika ingin makan ting
Pesona Istri Season 3Aku mulai sibuk dengan urusan pekerjaan bersama Yuanita, rencana membuka restoran. Kami sudah mendapatkan sebuah gedung yang ternyata merupakan milik dari tunangan Yuanita sendiri. Gedung dengan tiga lantai tersebut bagian atasnya terdapat rooftop yang cukup menjadi daya tarik bagi orang-orang yang akan berkunjung. Di kota ini, belum begitu banyak restoran dengan konsep outdoor yang berada di atap bangunan seperti halnya di rooftop. Selain adanya bagian outdoor tersedia juga bagian indoornya di lantai bawah. Bangunan ini cukup besar dan juga terlihat bagus, sangat cocok dan pasti akan disukai oleh orang-orang yang sekarang begitu suka membagikan apapun di dengan sosial media.Dekat dengan sebuah kampus, dan jalanan utama, menjadi nilai lebih bagi tempat ini. Mahasiswa diharapkan akan mendatangi tempat ini saat jam-jam istirahat mereka. Sudah hampir sebulan aku sibuk mengurusi semua, aku sering keluar dan bertemu dengan Yuanita serta tunangannya. Karena gedung
Pesona Istri Season 3 "Udah mau Maghrib, Queen." Kulepas pelukannya, perlahan kuputar tubuhku menghadap padanya. Dan membuatnya sedikit menjauhiku. "Emang kenapa kalau mau Maghrib, aku hanya ingin memelukmu. Sebentar saja, Abang," rengek Queena. Dia kembali memeluk erat tubuhku yang hanya terbalut handuk. Aku tertawa, kenapa dia semanja ini padaku. Baru juga tidak bertemu selama beberapa jam sudah begini saja. Kupikir dia hendak menginginkan sesuatu yang lebih, ternyata itu hanya dalam pikiranku saja."Aku suka aroma sabun mandi yang menempel di tubuhmu. Segar dan enak diciumi." Queena berkata, sembari menggosok hidungnya ke dadaku. Kupeluk pinggangnya yang ramping hingga tubuh kami berhimpitan. "Apa sih maumu sebenarnya?" Aku bertanya dengan gemas. "Gak ada, cuma mau begini saja." Kali ini, Queena mendorong tubuhku, lalu keluar kamar meninggalkanku. "Jangan lupa pakai baju, Abang," ucapnya, sebelum tubuhnya hilang di balik pintu.***Meja panjang dengan beberapa hidangan tersedi
Pesona Istri Season 3 "Maafin Abang, Sayang. Abang gak tahu kalau bakalan begini. Kalau tahu kamu sedang hamil Abang gak akan jadi singa buas tadi." Aku berkata sambil menciumi punggung tangannya. Queena terbaring di ranjang pasien. Sudah pindah ke ruang perawatan. Dokter bilang dia harus bed rest, untung saja calon anak kami tak apa-apa. Hanya saja, sekarang harus lebih berhati-hati. Banyak hal yang membuat perut kram dan kontraksi saat hamil ketika selesai berhubungan badan. Diantaranya karena sperma mengandung zat prostaglandin yang memicu reaksi kontraksi pada rahim dan kram perut."Ya udah jangan jadi singa, jadi kucing aja," sahut Queena sambil tertawa, tangannya yang satu lagi ikut menggenggam tanganku. Ini bukan saatnya melucu, tapi dia masih bisa bercanda.Melihatnya menangis tentu saja aku panik luar biasa. Tanpa pamitan, tanpa menunggu lagi, aku langsung membawanya ke rumah sakit. Hanya dompet dan kunci mobil yang aku bawa. Ponsel, jangan ditanya benda itu kupikir tak aka
Pesona Istri Season 3Seminggu sudah berlalu sejak kami pulang dari rumah sakit. Sejak saat itu juga, Queena lebih banyak menghabiskan waktu di kamar. Untuk sementara memang lebih baik dia banyak beristirahat daripada nanti terjadi apa-apa lagi. Selain itu, dia juga tak banyak kesibukan, tak mau menambah kekhawatiran kedua orang tuanya wanita yang sedang mengandung buah hatiku itu lebih banyak menurut saja.Selama ini, yang dilakukannya hanyalah di dalam kamar, keluar untuk makan dan berbincang dengan mamanya, atau berjemur di balkon kamarnya di pagi hari. Dan aku akan selalu menemani jika sedang Queena sedang melakukan hal itu.Dalam seminggu ini, sudah aku tiga kali meninggalkannya untuk bertemu dengan Yuanita. Saat ini, kami mulai merencanakan untuk mengadakan grand opening bagi restoran kami. Selama itu juga, Queena tak banyak protes, hanya saja setelah aku pulang dia akan terus menempel padaku seperti anak kecil yang takut kehilangan orang tuanya.Mama dan Papa juga ya ikut senan
Pesona Istri Season 3 bab 155POV Atma"Mamaaa ...." Teriakan Hulya kembali bergema pagi ini. Aku sudah mulai terbiasa dengan hal ini. Tidak setiap hari tapi sering. Apa lagi kalau bukan urusan makanan yang dimakan oleh Zitni. Bahkan setelah aku membeli apa saja dan menyimpannya di kulkas, entah kenapa matanya lebih suka memilih makanan yang kadang dimiliki oleh Hulya. "Maaf ya, Dek." Aku minta maaf sambil memamerkan senyum seperti biasanya.Bibir manis adikku cemberut seperti biasanya. "Mana Kak Zitni?" Tanyanya. "Biasa, pergi ke rumah ibunya seperti biasanya di hari Kamis," jawabku. Tiap hari Kamis, Zitni akan ke rumah ibunya karena di sana ada pengajian, khusus ibu-ibu kompleks. Dan Hulya, akan merajuk jika tak ada kakak iparnya. Jika ada Zitni, dia akan manis pada kakak iparnya itu dan mengatakan tidak apa-apa, namanya juga orang hamil. Aku bersyukur, setidaknya adikku merajuk dan marah padaku atau Mama perkara makanan ini. Sepertinya dia tak ingin menyakiti hati Zitni. "Ya
Pesona Istri Season 3Suasana kelas terasa tenang dan penuh ketertiban. Semua siswa terlihat duduk di meja dengan sikap yang sopan. Ruangan terlihat berwarna cerah dengan dinding berwarna putih dan dekorasi poster presiden serta wakilnya terpasang di dinding berdamping. Saat aku memasuki ruangan ini tadi, semua siswa langsung duduk dengan tenang dan siap menyimak pelajaran yang hendak aku sampaikan. "Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh." Kuucapkan salam untuk menyapa murid-muridku yang semuanya berjenis kelamin laki-laki."Wa'alaikumsalam warahmatullah wabarokatuh, Ustadz," balas mereka serempak. "Ustadz absen dulu ya." "Abdullah?" "Hadir, Ustadz!" "Bani?" "Hadir!" "Ahmad?""Hadir, Ustaz."Satu per satu nama siswa aku absen. Setelah semua memberikan suaranya menjawab panggilanku, segera kumulai sesi belajar mengajar. Tanya jawab, memberikan penjelasan, juga memeriksa hasil jawaban mereka atas ulangan dadakan yang aku berikan. Sebagian protes, tapi tanpa bisa menolak m
Pesona Istri Season 3Melihatnya berlarian masuk ke dalam, aku bergegas mengikutinya. "Hoek!" "Dek, kamu kenapa?" Terdengar suara ibu bertanya. Dengan langkah cepat aku menyusul, bakso dan es kelapa muda yang aku bawa tadi, sudah aku simpan di meja tamu. "Bu," panggilku pada ibu yang tengah membantu Zitni memuntahkan isi perutnya. Tengkuknya dipijat sambil sesekali mengusap punggung istriku. "Biar sama Atma, Bu." Aku meminta alih memijat Zitni. Dengan tanpa kata, ibu segera menjauh. "Dek, kamu kenapa?" tanyaku sambil menggantikan tugas ibu memijat tengkuk Zitni. Namun jangankan menjawab, Zitni masih setia memuntahkan isi perutnya, walaupun sekarang hanya cairan saja keluar. "Minum air hangat, Dek," ujar ibu yang kembali mendekat sambil membawa segelas air putih. Zitni masih terengah mengatur napasnya, setelah membasuh mulut, Zitni menoleh padaku. Matanya basah dengan jejak memerah di sana. Kasihan sekali istriku. "Minum, Dek," ulang ibu atas perintahnya tadi. Dengan patuh,
Pesona Istri Season 3 POV Hanan "Selamat ulang tahun Sayang ucapku sambil memberikan sebuket bunga mawar untuknya." Meskipun di rumah ini ada taman bunga mawar, tapi tetap saja memberi bunga padanya selalu membuatnya bahagia. Namun, dia akan berkata tak suka pada bunga yang sudah dipetik. "Terima kasih, Mas," jawabnya tanpa terlihat sedikit pun senyum di wajahnya. Sudah beberapa hari ini Husniah tampak bersedih hati. Aku tahu penyebabnya tak bahagia beberapa hari ini. Sudah hampir dua bulan tak ada dari anak-anaknya yang datang mengunjungi kami baik Hulya yang belum memiliki anak maupun Atma dan Nata yang sudah sibuk dengan keluarga kecilnya ditambah dengan keberadaan anaknya."Kamu rindu pada anak-anak?" tanyaku.Pertanyaanku hanya dijawab Husniah dengan anggukan, seakan dia enggan berbicara. Aku tahu jika dia mengungkapkan isi hatinya, dia akan menangis begitu saja. Entah kenapa di usianya yang tak lagi muda, Husniah semakin melankolis. Kurasa ini terjadi setelah anak-anak perg
Pesona Istri Season 3 "Sayang, Abang minta maaf," ucapku, sembari mencoba mendekat padanya lagi. Dia marah tapi tak mau didekati, bagaimana bisa aku menenangkannya. Lebih baik dia memukuliku daripada menjauh dengan tampang seperti itu. "Kenapa minta maaf," ketus Queena. "Udah bikin kamu kesal," balasku. "Sini, kita bicarakan dengan tenang. Kamu mau apa?" Wajah itu masih cemberut, tapi tak lagi menjauhiku hingga jarak kami semakin dekat. "Maaf ya." Lagi aku mengatakan permintaan maaf, entah untuk kesalahan yang mana. Yang penting aku minta maaf saja, mungkin dengan seperti ini dia kan lebih baik. Tanpa dikomando, air mata Queena meluncur melewati pipinya yang terlihat berisi, lalu kemudian berlanjut dengan isakan kecil terdengar di telingaku. "Abang minta maaf," ucapku, lagi, entah untuk yang berapa kali. Aku merengkuh tubuh Queena dalam pelukan. Istriku itu tak menolak dan melawan, dia terisak dalam dekapanku. Biarlah, dia puas menangis setelah puas memukuliku. Biar dia mel
Pesona Istri Season 3"Nata, Queena pergi meninggalkan Rafka sejak tadi pagi," ucap Tante Syifa dari ujung telepon, ketika aku mengangkat panggilan dari mertuaku tersebut.Mendengar penuturan Tante Syifa, tentu saja membuatku sedikit terkejut. Tadi pagi memang Queena masih marah saat kutinggal pergi kerja. Kali ini bukan masalah postur tubuhnya yang gemuk namun kami bertengkar lagi karena Queena kembali mencurigaiku memiliki kedekatan dengan Yuanita pada hal dia jelas-jelas tahu kalau wanita itu sudah memiliki tunangan. Meskipun sampai sekarang mereka belum berniat untuk menikah. Entah kenapa beberapa hari ini, tidur kami selalu diwarnai dengan pertengkaran. "Quina pergi ke mana, Ma. Dia tak pamit dan meninggalkan Rafka begitu saja. Lalu gimana sekarang keadaan anak itu apakah dia rewel karena tak ada mamanya?" Bertubi-tubi aku bertanya pada mertuaku. Jika di lihat sekarang sudah mulai sore, artinya istriku itu sudah pergi dari rumah cukup lama. Tapi kenapa Tante Syifa baru mengat
Pesona Istri Season 3 "Nggak gitu juga kali konsepnya Kak Yuan," ucap Queena dengan nada sebal.Sepertinya dia tak suka dengan perkataan yang dilontarkan oleh Yuanita barusan, siapa yang suka dengan perkataan seperti itu. Aku pun tak suka, Queena adalah istriku tak ada yang boleh memilikinya selain diriku. "Aku cuma bercanda mengimbangi perkataan Liam barusan," sahut Yuanita, membela diri.Dua wanita ini nampaknya sulit akur sekarang, Queena yang cemburu pada Yuanita karena dulu kami pernah dekat, dan Yuanita yang cemburu pada Queena karena Liam begitu perhatian pada istriku. Kami berbasa-basi beberapa saat, kurang lebih hanya empat puluh lima menit. Karena kami harus segera pergi ke restoran. William pergi sendiri mengendarai mobilnya, sedangkan aku dan Yuanita akan berkendara di mobil yang sama seperti yang kami katakan tadi. "Aku pergi dulu ya, Sayang," pamitku pada Queena. "Kok Kak Yuanita ikut dengan Abang?" tanya Queena, seperti tak suka. "Liam akan langsung ke kantornya,
Pesona Istri Season 3Aku sudah mulai aktif kembali bekerja di restoran bersama dengan Yuanita. Sampai sekarang aku tak pernah tahu lagi, bagaimana hubungan dia dengan William. Kulihat mereka baik-baik saja namun hingga detik ini sepertinya tak ada kemajuan dalam hubungan mereka entah kapan mereka akan memutuskan untuk menikah. Biarlah itu bukan urusanku, mereka adalah dua orang dewasa yang sudah tahu mana yang baik dan mana yang benar. "Bagaimana keadaan Queena?" Tanya William saat aku hendak pulang. "Alhamdulillah sehat dan baik," jawabku. Sejak kejadian Yuanita melihatnya memeluk Queena dan dia marah-marah tidak jelas itu, William lebih banyak menahan diri. Dia tak lagi ingin dekat dengan Queena. Ditambah lagi aku dan istriku pergi ke luar kota, pindah ke rumah Mama dan Papa dalam beberapa bulan. Kupikir, membuat kedekatan Queena dan William tak lagi seperti dulu. "Mau ke sana, kita tengok Mama dan bayinya." Yuanita datang menghampiri kami dengan sebuah usulan. "Kamu mau?" Wil
Pesona Istri Season 3 Aku terbangun saat terdengar suara azan dari ponselku. Malam tadi kami masih tidur dengan nyenyak, Queena juga tidak membangunkanku. Bayi kami pun tidak di bawa ke sini. Perawat bilang, bayi yang baru lahir tidak langsung lapar dan ingin menyusu dari mamanya saat kutanya apa bayi kami tak kelaparan. Aku segera bangun, membersihkan diri dan sholat subuh, setelah itu membangunkan Queena. "Sayang, mau mandi gak?" Tanyaku sambil mengecup keningnya. "Sudah jam berapa?" Queena bertanya. "Jam lima lewat." Queena terlihat susah payah saat ingin bangun dari posisinya. Tentu saja, pasti dia masih kesakitan di bagian intimnya. "Ayo abang bopong," kataku sembari mengambil posisi hendak mengangkat tubuhnya. Queena menatap padaku. "Iya deh," sahutnya sambil memamerkan barisan giginya. Kenapa tak minta tolong saja dari tadi. Dengan hati-hati, kuangkat tubuhnya dan kubawa ke kamar mandi. "Mau dimandiin?" tanyaku. "Apaan sih Abang, aku bisa mandi sendiri." Dia menolak
Pesona Istri Season 3 POV Nata Wajah lelah namun tampak bahagia itu tersenyum bahagia saat menatapku. Aku baru saja mengazani bayi kami yang ada di ruang bayi. Sedangkan Queena masih berada di ruang bersalin tadi saat aku tinggalkan untuk melihat bayi kami. Queena melahirkan tanpa persiapan, kami sedang asyik jalan-jalan di mall tapi tiba-tiba dia pecah ketuban. Lalu saat di bawa ke rumah sakit ternyata sudah pembukaan 4 dan semua berjalan dengan cepat. "Bukannya anak pertama katanya perlu lama kontraksi untuk pembukaan." Itu yang aku tanyakan pada dokter saat dikatakan Queena sudah siap melahirkan. "Aku udah mulas dari kemarin, Abang. Tapi aku tahan, makanya tadi sengaja aku ajak Abang jalan-jalan biar rasa sakitnya teralihkan." Ah, Queena, ada-ada saja. Kuat juga dia menahan rasa sakit itu. Tapi mungkin aku dan kedua mertuaku akan jauh lebih khawatir jika tahi sejak kemarin dia mulas tapi bayi baru lahir hari ini. Kembali kukecup kening Queena yang sudah berada di atas kursi
Pesona Istri Season 3POV Hulya Pengantin baru, rumah baru. Begitu pulang dari hotel, aku hanya menginap di rumah Papa dan Mama dua malam. Lalu hanya semalam berada di rumah mertuaku, kemudian suamiku langsung membawaku pergi ke rumah yang dia inginkan untuk menjadi tempat tinggal kami. Sejauh ini, keluarga mertuaku semuanya baik dan sayang padaku. Termasuk adik iparku yang merupakan adik Mas Aslam. Mereka hanya dua bersaudara. Pantas saja kalau suamiku itu begitu memanjakan adik perempuannya. Aku hanya bisa menurut saat Mas Aslam mengajakku tinggal berdua saja, dia memilih rumah minimalis modern untuk menjadi tempat tinggal kami. "Aku hanya ingin menghabiskan waktu berdua saja denganmu, di rumah yang tak terlalu luas sehingga aku bisa selalu melihat keberadaanmu setiap saat. Selain itu, agar kamu tak kesepian jika sendiri karena rumah tak terlalu besar." Itu yang dikatakan Mas Asalm saat pertama kali kami menginjakkan kaki di rumah ini. Terhitung sudah satu minggu kami tinggal
Pesona Istri Season 3 Suasana pagi terasa mulai ramai oleh orang-orang yang hendak pergi bekerja. Dengan senyum lebar, aku menanti kedatangan moda transportasi umum yang sangat ingin aku coba, kereta listrik. Aku dan Mas Aslam akan naik kendaraan umum itu berbarengan dengan orang-orang yang berangkat ke kantor. "Senangnya akhirnya kita bisa naik kereta ini bareng," ucapku seraya menatap ke arah lintasan kereta. Menunggu alat transportasi tersebut datang. "Kenapa harus di jam segini sih, lihat ramai sekali. Kita ini baru menikah, harusnya bersantai di hotel menikmati kebersamaan bukannya malah ikutan berdesakan dengan para karyawan," omel Mas Aslam.Sebenarnya dia tak setuju aku melakukan ini saat ini, khawatir masih lelah setelah kemarin kami sibuk di acara pernikahan. "Ini letak serunya, ikutan berdesakan dengan penumpang lainnya. Kalau sepi mana seru, biar tahu bagaimana hidup sulit," jawabku sekenanya. Mas Aslam hanya geleng-geleng kepala mendengar perkataanku. "Memangnya gak