Pesona Istri Season 3POV QueenaYuanita, mendengar namanya saja membuatku sudah sangat emosi jiwa. Yuan, masa nama perempuan begitu, itu nama cowok. Meskipun orang-orang memanggilnya Nita, tapi aku lebi suka memanggilnya Yuan. Aku benci padanya sejak saat masih kecil. Waktu itu, aku sedang menginap di rumah Mama Nia. Lalu, tak biasanya ada anak perempuan seumuran Abang Nata yang main ke rumah itu. Dan dengan percaya dirinya membawa sebuah kue untuk dinikmati bersama katanya. Anak remaja itu, dia sedang membuat resep dan itu adalah eksperimen keduanya. Eksperimen pertama, dia berhasil dan yang kedua pun juga berhasil lalu menginginkan orang lain untuk mencobanya. Remaja itu memang terlihat sangat pandai memasak, bahkan mamanya Abang Nata pun memuji kue buatannya, dan abang Nata, sepertinya juga suka dengan kue buatan gadis remaja bernama Yuanita itu.Hal yang membuatku tak suka padanya adalah, dia seperti mencari perhatian pada Abang Nata. Aku tak suka siapapun mencuri perhatiannya
Pesona Istri Season 3"Abang ayo sarapan," ajakku pada Abang Nata yang masih saja bercermin di depan kaca. Dari aku keluar kamar hingga balik lagi ke kamar untuk memanggilnya, dia masih saja bercermin. Apa sejak tadi dia masih saja melakukan itu, atau sudah melakukan hal yang lain dan kembali lagi bercermin. Memangnya jika tanda itu terus dipandangi di depan cermin akan segera menghilang. Lama-lama kulihat kasihan juga dia."Bagaimana dengan ini?" tanyanya, dengan jari menunjuk ke arah lehernya sendiri."Estetik," jawabku sambil tertawa.Terlihat suamiku malah tambah frustasi mendengar jawabanku. Tangan kanannya mengacak rambutnya dengan kesal. Namun rambut yang pendek itu tentu saja tak akan menjadi berantakan hanya karena diacak seperti itu. "Ayo sarapan dulu, sudah ditunggu sama Papa dan Mama." Lagi, aku mengajaknya. Dengan enggan Abang Natal mengikutiku menuju ke ruang makan. Pembantu rumah tangga yang kebetulan berpapasan dengan kami saat menuju ruang makan, juga terlihat mena
Pesona Istri Season 3"Abang...." "Iya, Sayang." Abang Nata memotong ucapanku. Dia tak membiarkanku meneruskan apa yang ingin kukatakan. Sayang, dia bilang Sayang barusan. Perasaan selama ini dia tak pernah sedikitpun memanggilku dengan panggilan sayang. Selalu saja namaku yang disebutnya. Halah, pasti mau mengambil hatiku, kan. Agar aku tak makin cerewet lagi. "Bilang apa barusan?" tanyaku, berniat agar dia mau mengulang kata-katanya. "Sayang.""Hah?!""Sayang ... Sayang ...Sayang."Yuanita sampai geleng-geleng kepala dengan kelakuan kami. Ya sudahlah aku mengalah saja, akan kudengarkan dulu lagi pembicaraan mereka. Tapi kalau sekali lagi dibilang suruh jual muka, aku akan protes lagi. "Konsep restoran apa yang kamu inginkan?" Tanya Abang Nata. Pria itu mulai diskusinya kembali setelah aku anteng kembali dengan ponselku. Mata dan tanganku memang fokus pada benda pipih berukuran lima inchi dalam genggamanku. Tapi kupingku tetap fokus pada pembicaraan mereka. "Aku ingin konsep r
Pesona Istri Season 3POV Nata Aku mulai fokus dengan pekerjaan yang ingin kulakukan. Mencari tempat yang strategis, mencari tahu segala sesuatu yang sedang hits di media sosial sebagai bahan pertimbangan. Termasuk memikirkan bagaimana menarik pelanggan, lalu kami juga harus merekrut karyawan pelayanan dan lain-lain. Meskipun ini baru akan dimulai, tapi aku tak ingin melakukannya dengan setengah hati. Berharap semua usaha yang akan kami lakukan ini, langsung bisa membuahkan hasil. Mungkin memang belum langsung menjadi restoran besar, tapi tak mau juga hanya sekedarnya saja dan asal-asalan. Om Wisnu sudah mempercayaiku, dan seperti katanya, dia mendukung finansial tanpa banyak bertanya. "Boleh bekerja keras, tapi jangan lupakan keluarga," pesan mertuaku itu saat kukatakan semuanya. Tentu saja, aku tak akan melupakan keluarga karena terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan. Queena sendiri, juga tak ingin lagi bekerja. "Pa, kalau aku gak bekerja nggak apa-apa, kan?" Tanyanya pada sang
Pesona Istri Season 3"Terima kasih sudah menikahiku dan menjadikanku wanita seutuhnya," lirih Queena, jarinya menelusup di antara rambut-rambut kepalaku. Membelai dan menciptakan rasa nyaman yang bertambah dalam diriku. Aku sedang terkulai lemas setelah menuntaskan hasrat padanya beberapa saat yang lalu. Tak menunggu waktu beranjak malam seperti permintaannya. Mau bagaimana, sudah ada dia dan aku, di tempat yang nyaman dan tenang. Tentu saja tak akan bisa menunggu lagi hingga waktu berganti, meskipun itu tinggal beberapa jam saja. Apa yang kudengar barusan, kenapa terdengar manis sekali di telingaku. Jarang sekali Queena berkata manis seperti ini. Dia selalu mengungkapkan perasaan dengan cara merajuk, atau hal-hal yang tidak biasa lainnya. Kuangkat kepalaku yang tenggelam di ceruk lehernya menikmati aroma manis dari parfum yang bercampur dengan aroma tubuhnya, sisa percintaan kami. Aku menatap wajah cantik yang berada di bawahku itu. "Terima kasih, sudah menjadi istriku," balasku
Pesona Istri Season 3 Cahaya bulan purnama menerobos masuk ke kamar kami melalui kaca-kaca jendela. Di dalam kamar hanya ada cahaya bulan purnama tersebut, terasa sejuk, remang-remang, dan syahdu. Queena sengaja mematikan hampir seluruh lampu kamar hotel, lalu membuka tirai penutup kaca hingga full sepenuhnya terbuka. Malam ini bulan purnama bulat sempurna, terlihat sangat indah di atas langit yang cukup cerah tanpa ada mendung sedikitpun. Meskipun tak banyak terlihat, namun beberapa bintang tampak bertebaran di langit berdekatan dengan bulan yang terlihat putih, bercahaya terang benderang. Sinar yang dipantulkan bulan dari sinar matahari.Hari belum terlalu malam. Namun, sejak kami masuk ke kamar ini tak sedikitpun kaki kami melangkah untuk keluar dari kamar. Aku dan Queena benar-benar menghabiskan waktu hanya di kamar saja. Makan, tidur dan bersenang-senang. Tak ada rasa bosan, apalagi waktu yang kami lewatkan belum ada dua puluh empat jam. Di kamar ini kami jika ingin makan ting
Pesona Istri Season 3Aku mulai sibuk dengan urusan pekerjaan bersama Yuanita, rencana membuka restoran. Kami sudah mendapatkan sebuah gedung yang ternyata merupakan milik dari tunangan Yuanita sendiri. Gedung dengan tiga lantai tersebut bagian atasnya terdapat rooftop yang cukup menjadi daya tarik bagi orang-orang yang akan berkunjung. Di kota ini, belum begitu banyak restoran dengan konsep outdoor yang berada di atap bangunan seperti halnya di rooftop. Selain adanya bagian outdoor tersedia juga bagian indoornya di lantai bawah. Bangunan ini cukup besar dan juga terlihat bagus, sangat cocok dan pasti akan disukai oleh orang-orang yang sekarang begitu suka membagikan apapun di dengan sosial media.Dekat dengan sebuah kampus, dan jalanan utama, menjadi nilai lebih bagi tempat ini. Mahasiswa diharapkan akan mendatangi tempat ini saat jam-jam istirahat mereka. Sudah hampir sebulan aku sibuk mengurusi semua, aku sering keluar dan bertemu dengan Yuanita serta tunangannya. Karena gedung
Pesona Istri Season 3 "Udah mau Maghrib, Queen." Kulepas pelukannya, perlahan kuputar tubuhku menghadap padanya. Dan membuatnya sedikit menjauhiku. "Emang kenapa kalau mau Maghrib, aku hanya ingin memelukmu. Sebentar saja, Abang," rengek Queena. Dia kembali memeluk erat tubuhku yang hanya terbalut handuk. Aku tertawa, kenapa dia semanja ini padaku. Baru juga tidak bertemu selama beberapa jam sudah begini saja. Kupikir dia hendak menginginkan sesuatu yang lebih, ternyata itu hanya dalam pikiranku saja."Aku suka aroma sabun mandi yang menempel di tubuhmu. Segar dan enak diciumi." Queena berkata, sembari menggosok hidungnya ke dadaku. Kupeluk pinggangnya yang ramping hingga tubuh kami berhimpitan. "Apa sih maumu sebenarnya?" Aku bertanya dengan gemas. "Gak ada, cuma mau begini saja." Kali ini, Queena mendorong tubuhku, lalu keluar kamar meninggalkanku. "Jangan lupa pakai baju, Abang," ucapnya, sebelum tubuhnya hilang di balik pintu.***Meja panjang dengan beberapa hidangan tersedi
Pesona Istri Season 3 POV Hanan "Selamat ulang tahun Sayang ucapku sambil memberikan sebuket bunga mawar untuknya." Meskipun di rumah ini ada taman bunga mawar, tapi tetap saja memberi bunga padanya selalu membuatnya bahagia. Namun, dia akan berkata tak suka pada bunga yang sudah dipetik. "Terima kasih, Mas," jawabnya tanpa terlihat sedikit pun senyum di wajahnya. Sudah beberapa hari ini Husniah tampak bersedih hati. Aku tahu penyebabnya tak bahagia beberapa hari ini. Sudah hampir dua bulan tak ada dari anak-anaknya yang datang mengunjungi kami baik Hulya yang belum memiliki anak maupun Atma dan Nata yang sudah sibuk dengan keluarga kecilnya ditambah dengan keberadaan anaknya."Kamu rindu pada anak-anak?" tanyaku.Pertanyaanku hanya dijawab Husniah dengan anggukan, seakan dia enggan berbicara. Aku tahu jika dia mengungkapkan isi hatinya, dia akan menangis begitu saja. Entah kenapa di usianya yang tak lagi muda, Husniah semakin melankolis. Kurasa ini terjadi setelah anak-anak perg
Pesona Istri Season 3 "Sayang, Abang minta maaf," ucapku, sembari mencoba mendekat padanya lagi. Dia marah tapi tak mau didekati, bagaimana bisa aku menenangkannya. Lebih baik dia memukuliku daripada menjauh dengan tampang seperti itu. "Kenapa minta maaf," ketus Queena. "Udah bikin kamu kesal," balasku. "Sini, kita bicarakan dengan tenang. Kamu mau apa?" Wajah itu masih cemberut, tapi tak lagi menjauhiku hingga jarak kami semakin dekat. "Maaf ya." Lagi aku mengatakan permintaan maaf, entah untuk kesalahan yang mana. Yang penting aku minta maaf saja, mungkin dengan seperti ini dia kan lebih baik. Tanpa dikomando, air mata Queena meluncur melewati pipinya yang terlihat berisi, lalu kemudian berlanjut dengan isakan kecil terdengar di telingaku. "Abang minta maaf," ucapku, lagi, entah untuk yang berapa kali. Aku merengkuh tubuh Queena dalam pelukan. Istriku itu tak menolak dan melawan, dia terisak dalam dekapanku. Biarlah, dia puas menangis setelah puas memukuliku. Biar dia mel
Pesona Istri Season 3"Nata, Queena pergi meninggalkan Rafka sejak tadi pagi," ucap Tante Syifa dari ujung telepon, ketika aku mengangkat panggilan dari mertuaku tersebut.Mendengar penuturan Tante Syifa, tentu saja membuatku sedikit terkejut. Tadi pagi memang Queena masih marah saat kutinggal pergi kerja. Kali ini bukan masalah postur tubuhnya yang gemuk namun kami bertengkar lagi karena Queena kembali mencurigaiku memiliki kedekatan dengan Yuanita pada hal dia jelas-jelas tahu kalau wanita itu sudah memiliki tunangan. Meskipun sampai sekarang mereka belum berniat untuk menikah. Entah kenapa beberapa hari ini, tidur kami selalu diwarnai dengan pertengkaran. "Quina pergi ke mana, Ma. Dia tak pamit dan meninggalkan Rafka begitu saja. Lalu gimana sekarang keadaan anak itu apakah dia rewel karena tak ada mamanya?" Bertubi-tubi aku bertanya pada mertuaku. Jika di lihat sekarang sudah mulai sore, artinya istriku itu sudah pergi dari rumah cukup lama. Tapi kenapa Tante Syifa baru mengat
Pesona Istri Season 3 "Nggak gitu juga kali konsepnya Kak Yuan," ucap Queena dengan nada sebal.Sepertinya dia tak suka dengan perkataan yang dilontarkan oleh Yuanita barusan, siapa yang suka dengan perkataan seperti itu. Aku pun tak suka, Queena adalah istriku tak ada yang boleh memilikinya selain diriku. "Aku cuma bercanda mengimbangi perkataan Liam barusan," sahut Yuanita, membela diri.Dua wanita ini nampaknya sulit akur sekarang, Queena yang cemburu pada Yuanita karena dulu kami pernah dekat, dan Yuanita yang cemburu pada Queena karena Liam begitu perhatian pada istriku. Kami berbasa-basi beberapa saat, kurang lebih hanya empat puluh lima menit. Karena kami harus segera pergi ke restoran. William pergi sendiri mengendarai mobilnya, sedangkan aku dan Yuanita akan berkendara di mobil yang sama seperti yang kami katakan tadi. "Aku pergi dulu ya, Sayang," pamitku pada Queena. "Kok Kak Yuanita ikut dengan Abang?" tanya Queena, seperti tak suka. "Liam akan langsung ke kantornya,
Pesona Istri Season 3Aku sudah mulai aktif kembali bekerja di restoran bersama dengan Yuanita. Sampai sekarang aku tak pernah tahu lagi, bagaimana hubungan dia dengan William. Kulihat mereka baik-baik saja namun hingga detik ini sepertinya tak ada kemajuan dalam hubungan mereka entah kapan mereka akan memutuskan untuk menikah. Biarlah itu bukan urusanku, mereka adalah dua orang dewasa yang sudah tahu mana yang baik dan mana yang benar. "Bagaimana keadaan Queena?" Tanya William saat aku hendak pulang. "Alhamdulillah sehat dan baik," jawabku. Sejak kejadian Yuanita melihatnya memeluk Queena dan dia marah-marah tidak jelas itu, William lebih banyak menahan diri. Dia tak lagi ingin dekat dengan Queena. Ditambah lagi aku dan istriku pergi ke luar kota, pindah ke rumah Mama dan Papa dalam beberapa bulan. Kupikir, membuat kedekatan Queena dan William tak lagi seperti dulu. "Mau ke sana, kita tengok Mama dan bayinya." Yuanita datang menghampiri kami dengan sebuah usulan. "Kamu mau?" Wil
Pesona Istri Season 3 Aku terbangun saat terdengar suara azan dari ponselku. Malam tadi kami masih tidur dengan nyenyak, Queena juga tidak membangunkanku. Bayi kami pun tidak di bawa ke sini. Perawat bilang, bayi yang baru lahir tidak langsung lapar dan ingin menyusu dari mamanya saat kutanya apa bayi kami tak kelaparan. Aku segera bangun, membersihkan diri dan sholat subuh, setelah itu membangunkan Queena. "Sayang, mau mandi gak?" Tanyaku sambil mengecup keningnya. "Sudah jam berapa?" Queena bertanya. "Jam lima lewat." Queena terlihat susah payah saat ingin bangun dari posisinya. Tentu saja, pasti dia masih kesakitan di bagian intimnya. "Ayo abang bopong," kataku sembari mengambil posisi hendak mengangkat tubuhnya. Queena menatap padaku. "Iya deh," sahutnya sambil memamerkan barisan giginya. Kenapa tak minta tolong saja dari tadi. Dengan hati-hati, kuangkat tubuhnya dan kubawa ke kamar mandi. "Mau dimandiin?" tanyaku. "Apaan sih Abang, aku bisa mandi sendiri." Dia menolak
Pesona Istri Season 3 POV Nata Wajah lelah namun tampak bahagia itu tersenyum bahagia saat menatapku. Aku baru saja mengazani bayi kami yang ada di ruang bayi. Sedangkan Queena masih berada di ruang bersalin tadi saat aku tinggalkan untuk melihat bayi kami. Queena melahirkan tanpa persiapan, kami sedang asyik jalan-jalan di mall tapi tiba-tiba dia pecah ketuban. Lalu saat di bawa ke rumah sakit ternyata sudah pembukaan 4 dan semua berjalan dengan cepat. "Bukannya anak pertama katanya perlu lama kontraksi untuk pembukaan." Itu yang aku tanyakan pada dokter saat dikatakan Queena sudah siap melahirkan. "Aku udah mulas dari kemarin, Abang. Tapi aku tahan, makanya tadi sengaja aku ajak Abang jalan-jalan biar rasa sakitnya teralihkan." Ah, Queena, ada-ada saja. Kuat juga dia menahan rasa sakit itu. Tapi mungkin aku dan kedua mertuaku akan jauh lebih khawatir jika tahi sejak kemarin dia mulas tapi bayi baru lahir hari ini. Kembali kukecup kening Queena yang sudah berada di atas kursi
Pesona Istri Season 3POV Hulya Pengantin baru, rumah baru. Begitu pulang dari hotel, aku hanya menginap di rumah Papa dan Mama dua malam. Lalu hanya semalam berada di rumah mertuaku, kemudian suamiku langsung membawaku pergi ke rumah yang dia inginkan untuk menjadi tempat tinggal kami. Sejauh ini, keluarga mertuaku semuanya baik dan sayang padaku. Termasuk adik iparku yang merupakan adik Mas Aslam. Mereka hanya dua bersaudara. Pantas saja kalau suamiku itu begitu memanjakan adik perempuannya. Aku hanya bisa menurut saat Mas Aslam mengajakku tinggal berdua saja, dia memilih rumah minimalis modern untuk menjadi tempat tinggal kami. "Aku hanya ingin menghabiskan waktu berdua saja denganmu, di rumah yang tak terlalu luas sehingga aku bisa selalu melihat keberadaanmu setiap saat. Selain itu, agar kamu tak kesepian jika sendiri karena rumah tak terlalu besar." Itu yang dikatakan Mas Asalm saat pertama kali kami menginjakkan kaki di rumah ini. Terhitung sudah satu minggu kami tinggal
Pesona Istri Season 3 Suasana pagi terasa mulai ramai oleh orang-orang yang hendak pergi bekerja. Dengan senyum lebar, aku menanti kedatangan moda transportasi umum yang sangat ingin aku coba, kereta listrik. Aku dan Mas Aslam akan naik kendaraan umum itu berbarengan dengan orang-orang yang berangkat ke kantor. "Senangnya akhirnya kita bisa naik kereta ini bareng," ucapku seraya menatap ke arah lintasan kereta. Menunggu alat transportasi tersebut datang. "Kenapa harus di jam segini sih, lihat ramai sekali. Kita ini baru menikah, harusnya bersantai di hotel menikmati kebersamaan bukannya malah ikutan berdesakan dengan para karyawan," omel Mas Aslam.Sebenarnya dia tak setuju aku melakukan ini saat ini, khawatir masih lelah setelah kemarin kami sibuk di acara pernikahan. "Ini letak serunya, ikutan berdesakan dengan penumpang lainnya. Kalau sepi mana seru, biar tahu bagaimana hidup sulit," jawabku sekenanya. Mas Aslam hanya geleng-geleng kepala mendengar perkataanku. "Memangnya gak