Pesona Istri Season 3"Abang ayo sarapan," ajakku pada Abang Nata yang masih saja bercermin di depan kaca. Dari aku keluar kamar hingga balik lagi ke kamar untuk memanggilnya, dia masih saja bercermin. Apa sejak tadi dia masih saja melakukan itu, atau sudah melakukan hal yang lain dan kembali lagi bercermin. Memangnya jika tanda itu terus dipandangi di depan cermin akan segera menghilang. Lama-lama kulihat kasihan juga dia."Bagaimana dengan ini?" tanyanya, dengan jari menunjuk ke arah lehernya sendiri."Estetik," jawabku sambil tertawa.Terlihat suamiku malah tambah frustasi mendengar jawabanku. Tangan kanannya mengacak rambutnya dengan kesal. Namun rambut yang pendek itu tentu saja tak akan menjadi berantakan hanya karena diacak seperti itu. "Ayo sarapan dulu, sudah ditunggu sama Papa dan Mama." Lagi, aku mengajaknya. Dengan enggan Abang Natal mengikutiku menuju ke ruang makan. Pembantu rumah tangga yang kebetulan berpapasan dengan kami saat menuju ruang makan, juga terlihat mena
Pesona Istri Season 3"Abang...." "Iya, Sayang." Abang Nata memotong ucapanku. Dia tak membiarkanku meneruskan apa yang ingin kukatakan. Sayang, dia bilang Sayang barusan. Perasaan selama ini dia tak pernah sedikitpun memanggilku dengan panggilan sayang. Selalu saja namaku yang disebutnya. Halah, pasti mau mengambil hatiku, kan. Agar aku tak makin cerewet lagi. "Bilang apa barusan?" tanyaku, berniat agar dia mau mengulang kata-katanya. "Sayang.""Hah?!""Sayang ... Sayang ...Sayang."Yuanita sampai geleng-geleng kepala dengan kelakuan kami. Ya sudahlah aku mengalah saja, akan kudengarkan dulu lagi pembicaraan mereka. Tapi kalau sekali lagi dibilang suruh jual muka, aku akan protes lagi. "Konsep restoran apa yang kamu inginkan?" Tanya Abang Nata. Pria itu mulai diskusinya kembali setelah aku anteng kembali dengan ponselku. Mata dan tanganku memang fokus pada benda pipih berukuran lima inchi dalam genggamanku. Tapi kupingku tetap fokus pada pembicaraan mereka. "Aku ingin konsep r
Pesona Istri Season 3POV Nata Aku mulai fokus dengan pekerjaan yang ingin kulakukan. Mencari tempat yang strategis, mencari tahu segala sesuatu yang sedang hits di media sosial sebagai bahan pertimbangan. Termasuk memikirkan bagaimana menarik pelanggan, lalu kami juga harus merekrut karyawan pelayanan dan lain-lain. Meskipun ini baru akan dimulai, tapi aku tak ingin melakukannya dengan setengah hati. Berharap semua usaha yang akan kami lakukan ini, langsung bisa membuahkan hasil. Mungkin memang belum langsung menjadi restoran besar, tapi tak mau juga hanya sekedarnya saja dan asal-asalan. Om Wisnu sudah mempercayaiku, dan seperti katanya, dia mendukung finansial tanpa banyak bertanya. "Boleh bekerja keras, tapi jangan lupakan keluarga," pesan mertuaku itu saat kukatakan semuanya. Tentu saja, aku tak akan melupakan keluarga karena terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan. Queena sendiri, juga tak ingin lagi bekerja. "Pa, kalau aku gak bekerja nggak apa-apa, kan?" Tanyanya pada sang
Pesona Istri Season 3"Terima kasih sudah menikahiku dan menjadikanku wanita seutuhnya," lirih Queena, jarinya menelusup di antara rambut-rambut kepalaku. Membelai dan menciptakan rasa nyaman yang bertambah dalam diriku. Aku sedang terkulai lemas setelah menuntaskan hasrat padanya beberapa saat yang lalu. Tak menunggu waktu beranjak malam seperti permintaannya. Mau bagaimana, sudah ada dia dan aku, di tempat yang nyaman dan tenang. Tentu saja tak akan bisa menunggu lagi hingga waktu berganti, meskipun itu tinggal beberapa jam saja. Apa yang kudengar barusan, kenapa terdengar manis sekali di telingaku. Jarang sekali Queena berkata manis seperti ini. Dia selalu mengungkapkan perasaan dengan cara merajuk, atau hal-hal yang tidak biasa lainnya. Kuangkat kepalaku yang tenggelam di ceruk lehernya menikmati aroma manis dari parfum yang bercampur dengan aroma tubuhnya, sisa percintaan kami. Aku menatap wajah cantik yang berada di bawahku itu. "Terima kasih, sudah menjadi istriku," balasku
Pesona Istri Season 3 Cahaya bulan purnama menerobos masuk ke kamar kami melalui kaca-kaca jendela. Di dalam kamar hanya ada cahaya bulan purnama tersebut, terasa sejuk, remang-remang, dan syahdu. Queena sengaja mematikan hampir seluruh lampu kamar hotel, lalu membuka tirai penutup kaca hingga full sepenuhnya terbuka. Malam ini bulan purnama bulat sempurna, terlihat sangat indah di atas langit yang cukup cerah tanpa ada mendung sedikitpun. Meskipun tak banyak terlihat, namun beberapa bintang tampak bertebaran di langit berdekatan dengan bulan yang terlihat putih, bercahaya terang benderang. Sinar yang dipantulkan bulan dari sinar matahari.Hari belum terlalu malam. Namun, sejak kami masuk ke kamar ini tak sedikitpun kaki kami melangkah untuk keluar dari kamar. Aku dan Queena benar-benar menghabiskan waktu hanya di kamar saja. Makan, tidur dan bersenang-senang. Tak ada rasa bosan, apalagi waktu yang kami lewatkan belum ada dua puluh empat jam. Di kamar ini kami jika ingin makan ting
Pesona Istri Season 3Aku mulai sibuk dengan urusan pekerjaan bersama Yuanita, rencana membuka restoran. Kami sudah mendapatkan sebuah gedung yang ternyata merupakan milik dari tunangan Yuanita sendiri. Gedung dengan tiga lantai tersebut bagian atasnya terdapat rooftop yang cukup menjadi daya tarik bagi orang-orang yang akan berkunjung. Di kota ini, belum begitu banyak restoran dengan konsep outdoor yang berada di atap bangunan seperti halnya di rooftop. Selain adanya bagian outdoor tersedia juga bagian indoornya di lantai bawah. Bangunan ini cukup besar dan juga terlihat bagus, sangat cocok dan pasti akan disukai oleh orang-orang yang sekarang begitu suka membagikan apapun di dengan sosial media.Dekat dengan sebuah kampus, dan jalanan utama, menjadi nilai lebih bagi tempat ini. Mahasiswa diharapkan akan mendatangi tempat ini saat jam-jam istirahat mereka. Sudah hampir sebulan aku sibuk mengurusi semua, aku sering keluar dan bertemu dengan Yuanita serta tunangannya. Karena gedung
Pesona Istri Season 3 "Udah mau Maghrib, Queen." Kulepas pelukannya, perlahan kuputar tubuhku menghadap padanya. Dan membuatnya sedikit menjauhiku. "Emang kenapa kalau mau Maghrib, aku hanya ingin memelukmu. Sebentar saja, Abang," rengek Queena. Dia kembali memeluk erat tubuhku yang hanya terbalut handuk. Aku tertawa, kenapa dia semanja ini padaku. Baru juga tidak bertemu selama beberapa jam sudah begini saja. Kupikir dia hendak menginginkan sesuatu yang lebih, ternyata itu hanya dalam pikiranku saja."Aku suka aroma sabun mandi yang menempel di tubuhmu. Segar dan enak diciumi." Queena berkata, sembari menggosok hidungnya ke dadaku. Kupeluk pinggangnya yang ramping hingga tubuh kami berhimpitan. "Apa sih maumu sebenarnya?" Aku bertanya dengan gemas. "Gak ada, cuma mau begini saja." Kali ini, Queena mendorong tubuhku, lalu keluar kamar meninggalkanku. "Jangan lupa pakai baju, Abang," ucapnya, sebelum tubuhnya hilang di balik pintu.***Meja panjang dengan beberapa hidangan tersedi
Pesona Istri Season 3 "Maafin Abang, Sayang. Abang gak tahu kalau bakalan begini. Kalau tahu kamu sedang hamil Abang gak akan jadi singa buas tadi." Aku berkata sambil menciumi punggung tangannya. Queena terbaring di ranjang pasien. Sudah pindah ke ruang perawatan. Dokter bilang dia harus bed rest, untung saja calon anak kami tak apa-apa. Hanya saja, sekarang harus lebih berhati-hati. Banyak hal yang membuat perut kram dan kontraksi saat hamil ketika selesai berhubungan badan. Diantaranya karena sperma mengandung zat prostaglandin yang memicu reaksi kontraksi pada rahim dan kram perut."Ya udah jangan jadi singa, jadi kucing aja," sahut Queena sambil tertawa, tangannya yang satu lagi ikut menggenggam tanganku. Ini bukan saatnya melucu, tapi dia masih bisa bercanda.Melihatnya menangis tentu saja aku panik luar biasa. Tanpa pamitan, tanpa menunggu lagi, aku langsung membawanya ke rumah sakit. Hanya dompet dan kunci mobil yang aku bawa. Ponsel, jangan ditanya benda itu kupikir tak aka