Pesona Istri Season 3 Bab 140Dengan kepanikan yang masih sama, aku segera membawa Zitni masuk ke dalam gedung rumah sakit, begitu kami sampai di rumah sakit terdekat. Kami langsung di arahkan ke ruang Unit Gawat Darurat. Serangkaian pemeriksaan dilakukan, termasuk USG untuk melihat dan memastikan keadaan bayi kami. Jika dihitung dari waktu Zitni memberikan alat uji kehamilan padaku waktu itu, istriku itu sudah telat kurang lebih lima minggu. Tapi konon katanya, dokter punya perhitungan lain soal kehamilan, dan perkiraan persalinan. Mereka menghitungnya mulai dari hari pertama haid terakhir, bukan kapan pertama kali berhubungan. Ah, entahlah. Laki-laki sepertiku ini jarang-jarang yang peduli pada hal tersebut. Padahal seharusnya hal seperti ini diketahui juga oleh pada pria, apalagi jika setelah menikah langsung hamil. Bisa-bisa mereka akan salah menduga dengan waktu kehamilan ini. Aku menarik nafas lega, istri dan bayiku tak apa-apa. Mereka baik-baik saja, Zitni hanya kecapean dan
Pesona Istri Season 3 Tidurku merasa terganggu karena pergerakan yang terus menerus, apa Zitni tak bisa tidur dengan nyenyak. Kenapa, apa dia merasa tak nyaman dengan perutnya?"Ada apa?" Akhirnya aku terbangun juga. "Aku pengen," jawabnya, dengan suara lirih. Lebih ketidak enak untuk meminta. Apa jangan-jangan dia ingin melakukan hal itu, konon katanya orang hamil hormonnya tak stabil hingga membuat hasratnya juga naik. "Pengen apa?" penasaran aku bertanya. Sejak hamil, tak pernah sekalipun dia meminta sesuatu layaknya orang ngidam. Khawatir dia memang bukan pengen makanan. "Aku pengen makan bakso, berkuah hangat dan nikmat," jawabnya.Ah, otakku sudah kemana-mana saja. Kulihat jam dinding yang terpasang di dinding kamar kami. Jam setengah tiga dini hari, siapa yang jualan bakso jam segini. Aku menghela nafas panjang. "Pengen banget, ya?" Tanyaku memastikan. Berharap dia berubah pikiran. "Aku udah nahanin sejak tadi jam dua belas malam, Abanh. Tadi saat terbangun, tiba-tiba
Pesona Istri Season 3 "Abang, Abang ...." Tubuhku terasa berguncang. Dari yang mulai pelan berlanjut ke kencang. "Apa sih Zitni, mau lagi?" Aku menggeliat malas. Bukannya menjawab pertanyaanku, wanita itu malah meringsek masuk ke dalam pelukanku. Aroma tubuhnya yang wangi membuatku ingin kembali. Entah kapan dia mandi, aku tak tahu karena langsung terlelap begitu menyelesaikan hajatku dengannya.Numun berbeda denganku, sepertinya istriku malah tidak tidur. Buktinya dia sudah mandi saja. Kupikir aku baru memejamkan mata, menikmati rasa nikmat dan nyaman dalam tubuhku. Setelah melepaskan sesuatu yang kutahan hampir sebulan karena dia hamil muda, akhirnya tubuhku terasa sangat ringan. "Ada apa, Sayang?" tanyaku penasaran. Tak mungkin dia ingin lagi padahal sudah mandi. "Aku lapar," sahutnya. Nah, mulai lagi kan. Sejak semua orang tahu dia hamil, Zinti mulai sering meminta makanan tanpa kenal waktu. Kalau dulu Mama hanya meminta tapi Papa yang makan, berbeda dengan Zitni. Dia akan
Pesona Istri Season 3 POV NataBerkat ide dari Atma, sepertinya aku akan segera mengeksekusinya. Tinggal di rumah mertua dan menjadi pengangguran bukanlah sesuatu yang bisa dibanggakan. Meskipun baru beberapa hari, tapi itu membuatku tak nyaman. Setelah menelpon Atma aku segera mencari nama Yuanita di akun sosial mediaku, aku memang tak memiliki kontak teleponnya sudah sangat lama kami tidak berhubungan sejak aku lulus SMA. Hanya saja sesekali secara tak sengaja aku melihat postingannya jika kebetulan membuka media sosialku. Itupun aku tak pernah memberikan reaksi apapun padanya hanya sekedar melihat saja. [Halo Yuanita Apa kabar?] kukirim pesan setelah menemukan namanya di list pertemananku. Terlihat dia sepertinya juga sedang online. Aku berharap pesanku segera dibalas olehnya, agar apa yang aku inginkan dan rencanakan segera terealisasi. Aku harap dia juga belum membuka restoran sendiri atau sejenisnya kalau sudah, bisa kupastikan dia takkan mau bekerja sama denganku. [Halo Ka
Pesona Istri Season 3Aku hanya bisa pasrah menerima perlakuan Queena, percuma aku melawan perempuan, apalagi dia istriku. Hanya saja apa yang selama ini kupendam, jadi meronta-ronta minta disalurkan. "Sudah puas?" Aku bertanya setelah dia berhenti melakukan apa yang dia inginkan. Aku merasa, tak hanya satu tempat dia lakukan. Queena hanya tersenyum jahil menanggapi pertanyaanku. Antara emosi dan gemas bercampur menjadi satu. "Sekarang giliranku." Aku berkata sambil menyeringai, sekarang giliranku berbuat jahil padanya. "Mau apa?" Queena hendak melarikan diri. Yang tadinya ada di atasku berniat pergi. Kutarik tubuhnya hingga kembali terjatuh di tempat tidur. "Kamu udah bikin singa bangun, harus tanggung jawab," bisikku di telinganya. "Nggak bisa, belum boleh." Queena meronta sambil tertawa. Puas dia melakukan hal ini padaku, rupanya. "Boleh, semua boleh dilakukan asal bukan yang itu." "Yang itu apa, Abang. Pokoknya enggak boleh." Dia terus meronta di bawahku sambil berteriak d
Pesona Istri Season 3POV QueenaYuanita, mendengar namanya saja membuatku sudah sangat emosi jiwa. Yuan, masa nama perempuan begitu, itu nama cowok. Meskipun orang-orang memanggilnya Nita, tapi aku lebi suka memanggilnya Yuan. Aku benci padanya sejak saat masih kecil. Waktu itu, aku sedang menginap di rumah Mama Nia. Lalu, tak biasanya ada anak perempuan seumuran Abang Nata yang main ke rumah itu. Dan dengan percaya dirinya membawa sebuah kue untuk dinikmati bersama katanya. Anak remaja itu, dia sedang membuat resep dan itu adalah eksperimen keduanya. Eksperimen pertama, dia berhasil dan yang kedua pun juga berhasil lalu menginginkan orang lain untuk mencobanya. Remaja itu memang terlihat sangat pandai memasak, bahkan mamanya Abang Nata pun memuji kue buatannya, dan abang Nata, sepertinya juga suka dengan kue buatan gadis remaja bernama Yuanita itu.Hal yang membuatku tak suka padanya adalah, dia seperti mencari perhatian pada Abang Nata. Aku tak suka siapapun mencuri perhatiannya
Pesona Istri Season 3"Abang ayo sarapan," ajakku pada Abang Nata yang masih saja bercermin di depan kaca. Dari aku keluar kamar hingga balik lagi ke kamar untuk memanggilnya, dia masih saja bercermin. Apa sejak tadi dia masih saja melakukan itu, atau sudah melakukan hal yang lain dan kembali lagi bercermin. Memangnya jika tanda itu terus dipandangi di depan cermin akan segera menghilang. Lama-lama kulihat kasihan juga dia."Bagaimana dengan ini?" tanyanya, dengan jari menunjuk ke arah lehernya sendiri."Estetik," jawabku sambil tertawa.Terlihat suamiku malah tambah frustasi mendengar jawabanku. Tangan kanannya mengacak rambutnya dengan kesal. Namun rambut yang pendek itu tentu saja tak akan menjadi berantakan hanya karena diacak seperti itu. "Ayo sarapan dulu, sudah ditunggu sama Papa dan Mama." Lagi, aku mengajaknya. Dengan enggan Abang Natal mengikutiku menuju ke ruang makan. Pembantu rumah tangga yang kebetulan berpapasan dengan kami saat menuju ruang makan, juga terlihat mena
Pesona Istri Season 3"Abang...." "Iya, Sayang." Abang Nata memotong ucapanku. Dia tak membiarkanku meneruskan apa yang ingin kukatakan. Sayang, dia bilang Sayang barusan. Perasaan selama ini dia tak pernah sedikitpun memanggilku dengan panggilan sayang. Selalu saja namaku yang disebutnya. Halah, pasti mau mengambil hatiku, kan. Agar aku tak makin cerewet lagi. "Bilang apa barusan?" tanyaku, berniat agar dia mau mengulang kata-katanya. "Sayang.""Hah?!""Sayang ... Sayang ...Sayang."Yuanita sampai geleng-geleng kepala dengan kelakuan kami. Ya sudahlah aku mengalah saja, akan kudengarkan dulu lagi pembicaraan mereka. Tapi kalau sekali lagi dibilang suruh jual muka, aku akan protes lagi. "Konsep restoran apa yang kamu inginkan?" Tanya Abang Nata. Pria itu mulai diskusinya kembali setelah aku anteng kembali dengan ponselku. Mata dan tanganku memang fokus pada benda pipih berukuran lima inchi dalam genggamanku. Tapi kupingku tetap fokus pada pembicaraan mereka. "Aku ingin konsep r