Share

Bab 2 Surat Perjanjian Pernikahan

Banyak yang kagum dengan kecantikan pengantin wanita, padahal mereka tahu akan wajah Linda, namun di sini, mereka seolah lupa, bahkan terpesona dengan kecantikan Vivian.

"Wah, pengantinnya sangat cantik ya ... Seperti bukan mempelai yang ada di foto," ujar salah satu undangan.

"Kau benar, kayak beda mukanya ya, cantik banget, mempesona," ujar salah satu lagi. Tanpa mereka tahu, pengantin itu memang orang yang berbeda.

"Tuan dia adalah nona Vivian, sesuai gambar yang Pak Mun kirimkan pada Anda, dia adalah Anaknya Pak Kasim yang sudah meninggal dunia," bisik Sam pada Tuan Rahadian. Tuan Rahadian tersenyum menatap ke arah Vivian.

Tuan Rahadian menemui putranya dan mengatakan apa yang harus dan yang tidak harus dilakukan oleh putranya.

"Apakah sudah benar-benar tidak ada jalan untuk membatalkan acara ini?" Tanya pengantin pria itu seraya memberanikan diri menatap papanya. "Andaikan papa ada jalan lain, pasti papa sudah melakukan ini dari awal. Tapi Linda kecelakaan di luar kota, mau kemana dia, dari mana dia? Di luar sana banyak rekan bisnis kita, klien penting kita, bagaimana jika mereka tahu jika pengantin wanita kecelakaan di luar kota, beberapa jam sebelum akad dimulai? Apakah itu tidak akan menimbulkan asumsi buruk pada Linda dan juga pada keluarga kita?" ujar Tuan Rahadian. Pengantin laki-laki terkejut memikirkan apa yang dikatakan papanya, bahwa ada benarnya juga. Ia juga ingin tahu alasan Linda pergi ke luar kota, bahkan ia juga tidak melihat sahabatnya di acara ini.

"Namanya Vivian Putri Cahyani, Vivian Putri Cahyani putri Abdul Kasim, jangan lupa nama itu, hanya keluarga yang akan jadi saksi. Awalnya papa ingin mereka semua menyaksikan acara ini, sayangnya insiden ini terjadi. Jadi lebih baik sekarang kau duduklah di depan penghulu dan jangan membuat masalah!" ucap Tuan Rahadian.

Pengantin pria tidak memiliki pilihan selain menerima pengantin pengganti. Ia menarik nafas, lalu menghembuskannya.

"Baiklah, sesuai perintah, Papa," ucap pengantin pria sambil tersenyum. Namun Tuan Rahadian tahu itu bukan senyuman bahagia, melainkan senyuman ketidaknyamanan yang berdaya.

Pengantin pria menuju tempat yang telah disiapkan. Awalnya, mereka berencana menggunakan mikrofon untuk pengucapan akad, tetapi sekarang pengantin pria menolak.

Vivian gelisah menunggu. Pengantin pria duduk di sebelah Vivian. Nyonya Rahardian selalu menatap pengantin wanita, begitu juga dengan adik pengantin pria. Tatapannya jelas menunjukkan ketidaksukaannya, namun mereka hanya bisa pasrah pada hari ini.

Akad di lakukan di ruangan terpisah, agar ranj yang hadir dalam penyebutan nama pengantin.

"Saya terima nikahnya, Vivian Putri Cahyani, bin Abdul Kasim, dengan mas kawin tersebut lunas.

Pernikahan itu telah selesai, Vivian benar-benar merasa hancur, sedih, air matanya bercucuran, namun seolah tak ada yang peduli akan hal itu. Di tempat itu tidak ada satupun yang Vivian kenal, bahkan yang mengajaknya sekedar bicara tidak ada.  

“Apa yang harus aku lakukan, Ibu, Ayah. Bahkan aku tidak tahu satupun orang disini.” batin Vivian. Dengan pelan, ia mengusap air matanya. Ia melihat banyak orang yang kini datang ke arahnya dan memberikan selamat kepadanya. Vivian mencoba untuk tersenyum, saat ini ia hanya sendiri di atas pelamin. Laki-laki yang kini menjadi suaminya itu entah kemana sekarang. 

“Kasihan banget sih kamu, baru selesai akad, udah di tinggal. Lagian kamu itu siapa sih, main datang dan menggantikan posisi Linda?” Tanya seorang wanita yang Vivian yakini dia jauh lebih muda darinya. 

ia keponakan Pak Mun. Salam Nak, sekarang kamu adalah menantuku, aku ayah mertuamu, panggil papa,”ucap Pak Rahadian seraya menyentuh kepala Vivian. Sedangkan wanita yang kini berdiri di hadapan Vivian membulatkan matanya ketika sang ayah memberikan sikap perhatian, dan yang membuat wanita itu terkejut adalah, sang ayah seolah begitu peduli dengan pengantin pengganti itu. Beberapa lama, pengantin pria datang dan membawa Vivian ke kamarnya untuk beristirahat, tentu itu atas perintah Pak Rahadian.

Vivian berpikir, ia bisa istirahat sejenak dengan kelelahan jiwa dan raganya. 

“Apa yang ada dalam pikiranmu ketika menjadi pengantin pengganti? Apakah kau mengira akan menjadi ratu disini?” tanya laki-laki itu. 

“Maaf tuan, jika saya bisa memilih, maka saya lebih baik tidak menjadi pengantin pengganti anda, andaikan saya bisa menolak, maka saya akan menolak menjadi pengantin pengganti anda.” 

Tentu jawaban Vivian membuat laki-laki itu terkejut. Benarkah? Apakah ini hanya sebuah paksakan, bukankah banyak yang menginginkan menjadi pengganti Linda selama ini? Termasuk wanita yang ada di hadapannya saat ini.

Terlihat senyum meremehkan di bibir sang lelaki, namun lelaki itu langsung melemparkan berkas tepat di pangkuan Vivian. 

Brak 

Suara lemparan berkas itu, terasa sakit mengenai tangan lembut Vivian. “Baca isi berkas itu? Dan jangan pernah kau berharap akan mendapatkan hakmu sebagai istri disini,. Benar saja, Vivian membaca isi berkas yang ada di tangannya. 

“Pihak Pertama : Darryl Pratama. 

“Pihak kedua : Vivian. 

‘Jadi namanya Darryl’ gumam Vivian dalam hatinya. 

Vivian pun membaca isi berkas itu, dimana isi di dalamnya hanyalah menguntungkan pihak pertama, dan begitu merugikan pihak kedua. 

“Maaf Tuan, Disini, saya harus menuruti semua yang anda perintahkan, dan tidak boleh melakukan apa yang tidak inginkan, kalau boleh tahu apa saja hal itu, bisa anda jelaskan dengan secara rinci? Dan juga, apakah saya boleh melakukan apa yang saya inginkan? Anda … “

“Kau berani juga rupanya, aku tidak perduli dengan apa yang akan aku lakukan, yang paling penting, kau tidak boleh ikut campur masalah pribadiku, jangan pernah bertanya aku dari mana dan ada dimana, dan tentunya, kau tidak boleh protes dengan hubunganku dan Linda, karena dialah pengantinku yang sebenarnya,” ujar Darryl. 

“Dengan senang hati tuan, dengan senang hati saya akan melakukan hal itu,” jawab Vivian dengan berusaha tetap tersenyum, berusaha mempertahankan harga diri yang masih tersisa. 

‘Sialan, kenapa aku tidak suka melihat senyuman itu. Sok kuat, padahal aku lihat tangannya gemetar, dan matanya sembab,’ batin Darryl. 

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Pegy Saputra
Benci pada orang yang sok berkuasa
goodnovel comment avatar
Kolom Jembatan
Arogan si Darryl. Pakai main buat aturan lagi
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status