Deg… Lagi dan lagi, jantung Darryl dibuat terkejut dengan pengakuan papanya. Mengapa Darryl merasa tersinggung ketika papanya mengatakan jika Vivian adalah wanita satu-satunya yang tidak menginginkannya. “Papa mendapatkan gambar ini dari mana, Pa?” Tanya Darryl. “Apakah pertanyaan itu masih perlu aku jawab? Papa rasa kamu sudah tahu jawabannya, “ ucap Tuan Rahadian. Ingin rasanya Daril tidak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini, namun hatinya menolak untuk itu, rasa sakit kian begitu terasa, kala ia melihat wanita yang begitu dicintai memiliki banyak tanda merah di lehernya. Tak kuasa menahan malu serta rasa sakit hati, Darryl akhirnya keluar dari ruangan sang papa dan masuk ke ruangannya yang tak begitu jauh dari ruangan papanya. “Tuan kenapa, apakah ada sesuatu yang terjadi? “ tanya Noah. Namun Darryl kali ini tak menjawab ia terlalu malu jika ia menceritakan apa yang terjadi di ruangan papanya. “Noah, kau hubungi ibunya Linda, dan tanyakan, ada dimana merek
“Kau mau kemana?” tanya Mamanya Darryl ketika Vivian sudah rapi. “Kuliah, Ma, “ jawab Vivian. “Alah, kau sudah terlambat untuk kuliah. Biasanya kau sudah Wisuda dari dulu, “ ucapnya dengan nada merendahkan. “Lebih baik, sekarang kau buatkan aku minuman jus, udah panas tenggorokanku, dan… “Nona Vivian, mobilnya sudah siap. Tuan Rahadian meminta anda untuk tidak terlambat kuliah,” ucap Pak Sam, membuat nyonya Rahadian langsung terdiam. “Baik, Pak. Ma… Vivian berangkat dulu,” ucap Vivian seraya mengambil jangan mama mertuanya dan mencium punggung tangan itu tanpa izin. Seketika mata nyonya Rahadian membulat dengan sempurna. Namun ia hanya diam kala melihat Vivian sudah menjauh dan di ikuti oleh pak Sam.“Dasar, wanita sialan! Papa lagi, kenapa selalu membela anak itu. Isss… anakku lebih pantas mendapatkan wanita yang jauh lebih baik darinya. Ini dari Linda malah turun drastis. Gak bisa apa dapat yang jauh lebih atas dari Linda? Heran deh mama, bisa-bisanya cari pengganti yang udik k
“Darryl, kenapa kau bertanya seperti itu Nak. Apakah kau mendengar sesuatu, atau istrimu uang mengatakan hal itu? keji sekali fitnahan yang sudah istrimu itu berikan, Darryl. Tante benar-benar tidak menyangka, “ ucap mamanya Linda dengan memasang wajah yang begitu sedih. “Dia tidak mengatakan apapun, Tante. Jadi jangan salahkan dia dalam hal ini, “ ucap Darryl yang pertama kalinya membela Vivian. “Kau bahkan membelanya sekarang, Darryl. Apakah kau percaya dengan isu itu? “ tanya Linda memberanikan diri menatap manik mata Darryl. “Ini bukan masalah isu, Lin. Jika tidak mala katakan tidak. Baiklah… aku bahagia melihat kau sudah sembuh dan sehat seperti ini, “ ucap Darryl. “Noah, sudah membawakan hadiah untuk kalinya kamu ke rumah ini, “ ucap Darryl seraya melihat kearah Noah yang baru saja masuk kedalam kediaman Linda. Sebuah buket bunga besar kian terlihat begitu indah, membuat senyuman indah di bibir Linda dan kedua orang tuanya kembali terlihat. ***“Vivian, akhirnya kamu tahu
“Baiklah, kalau begitu… Aku kembali ke kantor dulu. Nanti aku akan datang lagi, “ ucap Darryl pada Linda. “Janji? “ tanya Linda yang di anggukkan kepala oleh Darryl. Tentu Linda tersenyum bahagia melihat itu. Ia merasa tidak ada yang berubah dalam sikap Darryl. Mungkin pertanyaan Darryl waktu baru datang hanyalah pertanyaan tak sesuai dengan hatinya. Namun tanpa Linda ketahui, Darryl tentu akan terus menyelidiki hal itu. Karena Darryl percaya jika ayahnya sudah mengatakan hal seperti itu maka itu adalah kebenarannya. Kini Darryl tinggal mencari bukti yang nyata. “Hati-hati, sampaikan salamku pada om dan tante, “ ucap Linda. “Mereka pasti akan kemari, “ ucap Darryl. “Aku pasti akan menunggu mereka, “ ucap Linda yang dibalas senyuman oleh Darryl. Darryl dan Noah pun pergi meninggalkan kediaman Linda. “Loh, Nak Darryl sudah mau pergi? Kenapa cepat sekali? “ tanya mamanya Linda. “Masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan, Tante. Nanti pasti akan mampir lagi,” uc
"Saya dan Pak Saga tidak memiliki hubungan apa pun selain hubungan mentor dan murid. Beliau hanya pembimbing saya," kata Vivian dengan nada tegas, tubuhnya mengeras seakan menolak segala tuduhan. "Karena pernikahan yang sama sekali tidak saya harapkan ini, saya terancam harus mengulang semester. Jadi, tuan, saya adalah korban sebenarnya dalam pernikahan ini."Dengan langkah yang terasa begitu berat, Vivian bangkit dari duduknya, langkahnya terhenti sejenak ketika dia menyadari gelasnya kosong, tidak ada setetes air pun yang bisa melegakan kerongkongannya yang tercekat. Dengan rasa frustrasi yang memuncak, ia meninggalkan ruangan menuju dapur untuk mengisi botolnya yang kosong. Saat Vivian kembali dari dapur, betapa terkejutnya ia menemukan Adel telah berdiri di sana, sarkasme tergambar jelas di wajahnya saat tertawa mengejek. Vivian merasakan hatinya teriris, air matanya hampir saja menetes, namun dia meneguk air dalam-dalam, mencoba menenangkan badai emosi yang menderanya. Ketika Vi
"Vivian, tolong menikahlah dengan tuan muda. Hanya kamu yang bisa paman andalkan untuk menyelamatkan kehormatan keluarga Tuan Rahadian. Tuan Rahadian sudah banyak membantu keluarga kita, termasuk ketika orang tuamu kecelakaan," ucap Pak Mun.Tubuh Vivian terasa lemas, ia tertunduk menatap lututnya sendiri, dengan tangan yang mencengkram, namun ia hanya bisa diam, tidak bisa menjawab atau menolak."Pernikahan sudah berlangsung, tapi pengantin wanita tidak ada, bersiaplah, mereka sebentar lagi akan sampai!"Setelah mengucapkan itu, Pamannya pergi meninggalkan Vivian dengan tekanan yang begitu dalam."Bahkan paman pergi begitu saja tanpa bertanya, apakah aku siap atau tidak. Ayah... ibu, tidakkah mereka puas dengan sikap mereka selama ini, dan sekarang Vivi harus menikah dengan orang yang tidak Vivi kenal," gumam Vivian. Baru saja ia memenangkan dirinya, seseorang mengetuk pintu kamar Vivian dan membukanya tanpa menunggu jawaban Vivian."Turunlah, yang menjemputmu sekarang sudah tiba!" U
Banyak yang kagum dengan kecantikan pengantin wanita, padahal mereka tahu akan wajah Linda, namun di sini, mereka seolah lupa, bahkan terpesona dengan kecantikan Vivian. "Wah, pengantinnya sangat cantik ya ... Seperti bukan mempelai yang ada di foto," ujar salah satu undangan. "Kau benar, kayak beda mukanya ya, cantik banget, mempesona," ujar salah satu lagi. Tanpa mereka tahu, pengantin itu memang orang yang berbeda. "Tuan dia adalah nona Vivian, sesuai gambar yang Pak Mun kirimkan pada Anda, dia adalah Anaknya Pak Kasim yang sudah meninggal dunia," bisik Sam pada Tuan Rahadian. Tuan Rahadian tersenyum menatap ke arah Vivian. Tuan Rahadian menemui putranya dan mengatakan apa yang harus dan yang tidak harus dilakukan oleh putranya. "Apakah sudah benar-benar tidak ada jalan untuk membatalkan acara ini?" Tanya pengantin pria itu seraya memberanikan diri menatap papanya. "Andaikan papa ada jalan lain, pasti papa sudah melakukan ini dari awal. Tapi Linda kecelakaan di luar kota,
“Tuan, keluarlah! “ ucap Vivian membuat mata Darryl membulat dengan sempurna. ‘Hah, apa yang dia katakan tadi, aku disuruh keluar?’ batin Darryl tak percaya. “Apakah Tuan mendengarku?” tanya Vivian lagi, membuat Darryl langsung membalikkan tubuhnya dan menatap ke arah wanita yang kini duduk di tepi ranjang. “Apa yang kau katakan tadi? Kau bilang, aku keluar dari kamar ini, apa kau sadar dengan apa yang kau katakan?” tanya Darryl. Dan dengan bodohnya Vivian menganggukkan kepalanya seraya berkata,”Aku sadar dengan apa yang aku katakan, Apakah ada yang salah, Tuan?” tanya Vivian dengan polosnya. “Saya ingin ganti baju tuan, apakah tua akan tetap disini?” tanya VIvian melihat Darryl masih berdiri di tempat. “Sial!” gerutu Darryl yang langsung keluar dari kamar itu dengan perasaan kesal. Tentu wajah kesal Darryl terlihat jelas di pandangan asistennya. “Ada yang bisa saya lakukan tuan?” tanya Noah ketika mendekati Darryl. “Bukankah kau mengatakan kau bisa melakukan semuanya
"Saya dan Pak Saga tidak memiliki hubungan apa pun selain hubungan mentor dan murid. Beliau hanya pembimbing saya," kata Vivian dengan nada tegas, tubuhnya mengeras seakan menolak segala tuduhan. "Karena pernikahan yang sama sekali tidak saya harapkan ini, saya terancam harus mengulang semester. Jadi, tuan, saya adalah korban sebenarnya dalam pernikahan ini."Dengan langkah yang terasa begitu berat, Vivian bangkit dari duduknya, langkahnya terhenti sejenak ketika dia menyadari gelasnya kosong, tidak ada setetes air pun yang bisa melegakan kerongkongannya yang tercekat. Dengan rasa frustrasi yang memuncak, ia meninggalkan ruangan menuju dapur untuk mengisi botolnya yang kosong. Saat Vivian kembali dari dapur, betapa terkejutnya ia menemukan Adel telah berdiri di sana, sarkasme tergambar jelas di wajahnya saat tertawa mengejek. Vivian merasakan hatinya teriris, air matanya hampir saja menetes, namun dia meneguk air dalam-dalam, mencoba menenangkan badai emosi yang menderanya. Ketika Vi
“Baiklah, kalau begitu… Aku kembali ke kantor dulu. Nanti aku akan datang lagi, “ ucap Darryl pada Linda. “Janji? “ tanya Linda yang di anggukkan kepala oleh Darryl. Tentu Linda tersenyum bahagia melihat itu. Ia merasa tidak ada yang berubah dalam sikap Darryl. Mungkin pertanyaan Darryl waktu baru datang hanyalah pertanyaan tak sesuai dengan hatinya. Namun tanpa Linda ketahui, Darryl tentu akan terus menyelidiki hal itu. Karena Darryl percaya jika ayahnya sudah mengatakan hal seperti itu maka itu adalah kebenarannya. Kini Darryl tinggal mencari bukti yang nyata. “Hati-hati, sampaikan salamku pada om dan tante, “ ucap Linda. “Mereka pasti akan kemari, “ ucap Darryl. “Aku pasti akan menunggu mereka, “ ucap Linda yang dibalas senyuman oleh Darryl. Darryl dan Noah pun pergi meninggalkan kediaman Linda. “Loh, Nak Darryl sudah mau pergi? Kenapa cepat sekali? “ tanya mamanya Linda. “Masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan, Tante. Nanti pasti akan mampir lagi,” uc
“Darryl, kenapa kau bertanya seperti itu Nak. Apakah kau mendengar sesuatu, atau istrimu uang mengatakan hal itu? keji sekali fitnahan yang sudah istrimu itu berikan, Darryl. Tante benar-benar tidak menyangka, “ ucap mamanya Linda dengan memasang wajah yang begitu sedih. “Dia tidak mengatakan apapun, Tante. Jadi jangan salahkan dia dalam hal ini, “ ucap Darryl yang pertama kalinya membela Vivian. “Kau bahkan membelanya sekarang, Darryl. Apakah kau percaya dengan isu itu? “ tanya Linda memberanikan diri menatap manik mata Darryl. “Ini bukan masalah isu, Lin. Jika tidak mala katakan tidak. Baiklah… aku bahagia melihat kau sudah sembuh dan sehat seperti ini, “ ucap Darryl. “Noah, sudah membawakan hadiah untuk kalinya kamu ke rumah ini, “ ucap Darryl seraya melihat kearah Noah yang baru saja masuk kedalam kediaman Linda. Sebuah buket bunga besar kian terlihat begitu indah, membuat senyuman indah di bibir Linda dan kedua orang tuanya kembali terlihat. ***“Vivian, akhirnya kamu tahu
“Kau mau kemana?” tanya Mamanya Darryl ketika Vivian sudah rapi. “Kuliah, Ma, “ jawab Vivian. “Alah, kau sudah terlambat untuk kuliah. Biasanya kau sudah Wisuda dari dulu, “ ucapnya dengan nada merendahkan. “Lebih baik, sekarang kau buatkan aku minuman jus, udah panas tenggorokanku, dan… “Nona Vivian, mobilnya sudah siap. Tuan Rahadian meminta anda untuk tidak terlambat kuliah,” ucap Pak Sam, membuat nyonya Rahadian langsung terdiam. “Baik, Pak. Ma… Vivian berangkat dulu,” ucap Vivian seraya mengambil jangan mama mertuanya dan mencium punggung tangan itu tanpa izin. Seketika mata nyonya Rahadian membulat dengan sempurna. Namun ia hanya diam kala melihat Vivian sudah menjauh dan di ikuti oleh pak Sam.“Dasar, wanita sialan! Papa lagi, kenapa selalu membela anak itu. Isss… anakku lebih pantas mendapatkan wanita yang jauh lebih baik darinya. Ini dari Linda malah turun drastis. Gak bisa apa dapat yang jauh lebih atas dari Linda? Heran deh mama, bisa-bisanya cari pengganti yang udik k
Deg… Lagi dan lagi, jantung Darryl dibuat terkejut dengan pengakuan papanya. Mengapa Darryl merasa tersinggung ketika papanya mengatakan jika Vivian adalah wanita satu-satunya yang tidak menginginkannya. “Papa mendapatkan gambar ini dari mana, Pa?” Tanya Darryl. “Apakah pertanyaan itu masih perlu aku jawab? Papa rasa kamu sudah tahu jawabannya, “ ucap Tuan Rahadian. Ingin rasanya Daril tidak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini, namun hatinya menolak untuk itu, rasa sakit kian begitu terasa, kala ia melihat wanita yang begitu dicintai memiliki banyak tanda merah di lehernya. Tak kuasa menahan malu serta rasa sakit hati, Darryl akhirnya keluar dari ruangan sang papa dan masuk ke ruangannya yang tak begitu jauh dari ruangan papanya. “Tuan kenapa, apakah ada sesuatu yang terjadi? “ tanya Noah. Namun Darryl kali ini tak menjawab ia terlalu malu jika ia menceritakan apa yang terjadi di ruangan papanya. “Noah, kau hubungi ibunya Linda, dan tanyakan, ada dimana merek
“Apa yang bapak pikirkan, apakah bapak memikirkan Vivian? “ tanya istrinya Pak Mun. “Tentu, Bu. Apa lagi setelah mendengar pengakuan Vivian dan ucapannya nyonya besar. Rasanya bapak sangat menyesal menikahkan Vivian dengan tuan muda, Vivian anak yang baik, dia rela kuliah sambil kerja demi tidak merepotkan kita, bapak pikir, menjadi pengganti nona Linda akan membuat hidupnya nyaman, tapi nyatanya… ? “ ucapan Pak Mun terhenti. Terlihat jelas penyesalan di wajahmu laki-laki tua yang menjadi nyaman dari Vivian itu. “Kalau ibu sih nyesel karena gak kebagian uang mahar Vivian. Ibu pikir akan ada uang apa kek yang bisa di kasih ke kita, eh nyatanya malah zonk. Dan ditambah penghinaan nyonya, untung bukan anak kita yang menggantikan. Kalau sampai anak kita, ibu gak tahu, bagaimana nasib anak kita yang gak pernah menyentuh cucian sama sekali, “ ujar istrinya pak Mun. “Hanya uang saja yang ibu pikirkan, aku akan bicarakan dengan tuan Rahadian nanti. Siapa tahu beliau bisa membantu agar
Alan takjub dengan hasil make up Vivian. Matanya membuka dengan sempurna. “Perfect. Pantas kalau paman memintaku untuk mengajakmu, Vivian. Ternyata pilihan paman benar-benar berkualitas, “puji Alan. “ Benarkah tuan, saya hanya ingin bekerja dan bisa meneruskan kuliah saya, Tuan,” ucap Vivian. “Apakah uang dari suamimu tidak cukup untuk itu? “ tanya Alan. “Ogah, Tuan. Saya tidak akan memakai uang kutu kupret itu untuk biaya kuliahku, nanti malah gak berkah karena orangnya emosian dan sombong itu, “ ucap Vivian. Alan tertawa mendengar apa yang Vivian katakan. “Tapi kan, dia tampan. Diantara banyaknya wanita yang menginginkan Darryl, kaulah pemenangnya Vivian. Kau mendapatkan dia tanpa harus melalui proses yang berat seperti yang dilakukan wanita lainnya, “ ucap Alan. “Apakah tidak ada laki-laki lain, sehingga hanya dia yang menjadi rebutan. Aku rasa mereka hanya. Melihat wajah tanpa melihat bagaimana sikapnya, kalau aku mending cari yang sederhana tapi bisa menghargai o
Sinar mentari sore menyelinap melalui jendela kaca besar di ruang kerja Tuan Rahadian, menyoroti debu-debu yang berterbangan lembut di udara. Ruangan itu dipenuhi dengan aroma kayu mahoni dari meja kerja besar yang terletak tepat di tengah. Di sana, Vivian duduk tegang, mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut Tuan Rahadian dengan penuh perhatian.Malam Anita dan Adel, bersembunyi di balik pintu yang sedikit terbuka, mencoba menangkap setiap suara, namun hanya keheningan yang mampu mereka tangkap. Mata mereka saling bertukar pandangan, penuh kebingungan dan kekhawatiran.Tuan Rahadian, dengan ekspresi serius namun ada kelembutan di matanya, menunjuk pada seorang pria yang berdiri di sampingnya, “Vivian, dia adalah Alan, sepupu Darryl. Dia adalah CEO di perusahaan produk kecantikan yang sangat sukses.”Alan, pria berpostur tegap dengan rambut yang rapi, mengulurkan tangan dengan senyuman yang ramah. Vivian, yang tadinya tegang, perlahan merasa sebuah semangat baru mengalir dalam
Pak Mun dan istrinya kini berkunjung ke rumah Darryl. Mereka mengira, jika kehidupan Vivian akan jauh lebih baik setelah menjadi pengantin pengganti di kediaman tuan Rahadian, namun yang mereka lihat malah sebaliknya. Vivian berdiri dengan kedua tangan terguncang, bibirnya bergetar saat ia berbicara kepada paman dan bibinya yang terkejut mendengar pengakuannya. Rambutnya yang biasanya diikat rapi kini terurai, membingkai wajahnya yang pucat. Air mata mulai menggenang di matanya yang sayu. "Apakah ini yang paman inginkan? Sudah ya paman, bibi, aku di sini hanyalah babu gratisan. Aku sudah dua bulan di sini dan meninggalkan kuliahku, aku juga ingin melanjutkan apa yang aku inginkan!" suaranya meninggi, dipenuhi kekesalan dan keputusasaan.Paman dan bibinya, yang semula tersenyum lebar, kini saling pandang dengan raut muka yang berubah. Mereka tidak menyangka situasi Vivian seburuk itu. Bibinya, yang selama ini hanya mendengar cerita dari kejauhan, kini menutup mulutnya dengan tangan, m