"Vivian, tolong menikahlah dengan tuan muda. Hanya kamu yang bisa paman andalkan untuk menyelamatkan kehormatan keluarga Tuan Rahadian. Tuan Rahadian sudah banyak membantu keluarga kita, termasuk ketika orang tuamu kecelakaan," ucap Pak Mun.
Tubuh Vivian terasa lemas, ia tertunduk menatap lututnya sendiri, dengan tangan yang mencengkram, namun ia hanya bisa diam, tidak bisa menjawab atau menolak. "Pernikahan sudah berlangsung, tapi pengantin wanita tidak ada, bersiaplah, mereka sebentar lagi akan sampai!" Setelah mengucapkan itu, Pamannya pergi meninggalkan Vivian dengan tekanan yang begitu dalam. "Bahkan paman pergi begitu saja tanpa bertanya, apakah aku siap atau tidak. Ayah... ibu, tidakkah mereka puas dengan sikap mereka selama ini, dan sekarang Vivi harus menikah dengan orang yang tidak Vivi kenal," gumam Vivian. Baru saja ia memenangkan dirinya, seseorang mengetuk pintu kamar Vivian dan membukanya tanpa menunggu jawaban Vivian. "Turunlah, yang menjemputmu sekarang sudah tiba!" Ucap sosok itu yang ternyata adalah istri dari pamannya. Vivian mengangguk tanpa menjawab, ia mengusap air matanya yang masih membasahi pipinya. "Idih, seharusnya kau berterima kasih pada kami, karena kami akan menjodohkanmu dengan tuan muda kaya raya dan juga tampan. Pakai nangis segala, munafik sekali sih kamu," ujar bibinya Vivian. Vivian tidak punya tenaga lagi untuk menjawab ucapan bibinya. Terdengar suara pamannya yang menjelaskan pada seseorang yang tidak dikenal oleh Vivian. "Tuan, tenang saja. Vivian tidak akan pernah mengecewakan keluarga tuan, dia akan menuruti semua yang kalian perintahkan," ucap Pak Mun. "Nah, ini Vivian, Tuan," ucap Pak Mun sambil mengulurkan tangannya pada Vivian. "Vivian, ini adalah Pak Sama, orang kepercayaan Tuan Rahardian. Maaf... Paman tidak bisa ikut menghadiri pernikahan itu. Kau jaga sikap, besok paman pasti akan datang di acara resepsi," seru Pak Mun. "Mari, Nona. Karena waktu yang baik akan segera habis, nona akan di make up di dalam mobil, jadi Nona jangan masuk itu," ujar Pak Sam. Vivian hanya diam dengan tangan yang memilin ujung bajunya. 'Siapa yang menanyakan masalah itu,' batin Vivian dengan wajah masih tertunduk. "Mari silahkan, Nona," ujar Pak Sam sambil meminta Vivian untuk melangkah terlebih dahulu. Vivian melangkah terlebih dahulu dan diikuti oleh Pak Sam. Setelah sampai di dekat mobil, Pak Sam membukakan pintu mobil mewah di mana didalamnya sudah ada dua orang wanita yang mungkin saja mereka yang akan menghias wajah Vivian. "Oh, Tuan Sam, kau membawa seorang wanita yang cantik untuk kami rias. Bolehkah kami mengabadikan hasil make up kami?" Tanya seorang wanita yang kini duduk tepat di dekat pintu mobil. Sementara itu, pengantin pria terlihat gusar. Bagaimana bisa om dan tantenya baru memberi tahu bahwa Linda sedang kecelakaan? Padahal kejadian itu terjadi beberapa jam yang lalu, dan tamu yang akan menyaksikan akad pernikahan sudah banyak yang datang. Keluarga Rahadian sungguh kecewa dengan situasi yang terjadi, terutama setelah orang kepercayaan Tuan Rahadian menyebut ada yang mencurigakan terkait kecelakaan Linda. Salah satu anak buah Tuan Rahadian bahkan melihat bekas cupang di bagian dada kiri Linda, namun... Nyonya Muna segera menutup bagian tersebut dan meminta agar tidak ada yang melihat putrinya dengan alasan agar ia segera sadar dari komanya. Oleh karena itu, Tuan Rahadian meminta Pak Mun, sopirnya yang sudah mengambil cuti beberapa hari karena anak sakit, untuk mencarikan pengantin pengganti tanpa berkonsultasi terlebih dahulu. Tentang bekas cupang hanyalah Pak Rahardian dan anak buahnya itu yang tahu, namun Pak Rahadian meminta anak buahnya untuk menyelidiki semuanya dengan jelas. Apalagi ini adalah kecelakaan tunggal. "Pernikahan ini harus tetap berlangsung. Banyak tamu yang sudah hadir, dan kita tidak bisa memberi alasan kepada mereka karena kecelakaan Linda di luar kota. Tidak jelas apa yang dipikirkan oleh Linda dan keluarganya. Pernikahan dijadwalkan hari ini, tetapi mengapa Linda berada di luar kota?" ujar Pak Rahadian. "Lalu, siapa yang akan menggantikan posisi Linda, Pa? Banyak tamu yang sudah tiba. Meskipun Linda telah mengecewakan, Mama juga merasa kasihan pada anak itu, Pa. Dia mengalami kecelakaan dan bahkan sampai koma," ucap Nyonya Rahardian. "Calon pengantin pengganti sudah dalam perjalanan, Sam telah membawanya kemari," ucap Pak Rahardian, yang membuat semua orang di ruangan itu langsung menatap ke arahnya. Benar saja, ketika Pak Rahadian baru saja selesai dengan ucapannya, suara deru mobil terdengar. Ia langsung meminta anak buahnya untuk mengawal pengantin yang tiba. Nyonya Rahadian sangat penasaran dengan siapa yang akan menjadi pengganti dari Linda, begitu juga dengan adiknya pengantin pria. “Pa, tidakkah kita bertanya dulu dengan anak kita? Kenapa kau malah mengambil keputusan yang akan membuat dia terluka? Mama tahu, mama juga kurang suka dengan Linda, tapi kan Linda teman masa kecil putra kita, Pa. Tentu putra kita saat ini tengah bersedih karena sahabat sekaligus tunangannya menikah di saat dia sedang seperti sekarang, “ ucap Nyonya Rahadian seraya mengikuti langkah suaminya. “Nama baik keluarga jauh lebih penting, Ma. Apalagi orang tua Linda sudah setuju dengan keputusan Papa, “ ucap Pak Rahadian. Benar saja, pengantin laki-laki hanya menatap kedatangan pengantin pengganti. Tangannya mencengkeram erat pembatas balkon ruangan itu. ‘Sial’ rutuk pengantin laki-laki seraya menengadahkan kepalanya. Menahan kekesalan yang tiba-tiba muncul di hatinya ketika melihat calon mempelai perempuan.Banyak yang kagum dengan kecantikan pengantin wanita, padahal mereka tahu akan wajah Linda, namun di sini, mereka seolah lupa, bahkan terpesona dengan kecantikan Vivian. "Wah, pengantinnya sangat cantik ya ... Seperti bukan mempelai yang ada di foto," ujar salah satu undangan. "Kau benar, kayak beda mukanya ya, cantik banget, mempesona," ujar salah satu lagi. Tanpa mereka tahu, pengantin itu memang orang yang berbeda. "Tuan dia adalah nona Vivian, sesuai gambar yang Pak Mun kirimkan pada Anda, dia adalah Anaknya Pak Kasim yang sudah meninggal dunia," bisik Sam pada Tuan Rahadian. Tuan Rahadian tersenyum menatap ke arah Vivian. Tuan Rahadian menemui putranya dan mengatakan apa yang harus dan yang tidak harus dilakukan oleh putranya. "Apakah sudah benar-benar tidak ada jalan untuk membatalkan acara ini?" Tanya pengantin pria itu seraya memberanikan diri menatap papanya. "Andaikan papa ada jalan lain, pasti papa sudah melakukan ini dari awal. Tapi Linda kecelakaan di luar kota,
“Tuan, keluarlah! “ ucap Vivian membuat mata Darryl membulat dengan sempurna. ‘Hah, apa yang dia katakan tadi, aku disuruh keluar?’ batin Darryl tak percaya. “Apakah Tuan mendengarku?” tanya Vivian lagi, membuat Darryl langsung membalikkan tubuhnya dan menatap ke arah wanita yang kini duduk di tepi ranjang. “Apa yang kau katakan tadi? Kau bilang, aku keluar dari kamar ini, apa kau sadar dengan apa yang kau katakan?” tanya Darryl. Dan dengan bodohnya Vivian menganggukkan kepalanya seraya berkata,”Aku sadar dengan apa yang aku katakan, Apakah ada yang salah, Tuan?” tanya Vivian dengan polosnya. “Saya ingin ganti baju tuan, apakah tua akan tetap disini?” tanya VIvian melihat Darryl masih berdiri di tempat. “Sial!” gerutu Darryl yang langsung keluar dari kamar itu dengan perasaan kesal. Tentu wajah kesal Darryl terlihat jelas di pandangan asistennya. “Ada yang bisa saya lakukan tuan?” tanya Noah ketika mendekati Darryl. “Bukankah kau mengatakan kau bisa melakukan semuanya
Setelah banyak drama sebelum acara resepsi, akhirnya acara itu selesai sesuai dengan rencana. Banyak yang mendoakan untuk kebahagiaan mempelai, bahkan tak luput banyak juga pertanyaan yang mempertanyakan masalah pergantian pengantin, namun Pak Rahadian bisa mengatasinya menggunakan kekuasaannya. “Semoga kalian menjadi pasangan suami istri yang bahagia. Darryl, jadilah laki-laki yang bertanggung jawab serta memenuhi sumpahmu sebagai seorang suami. Ingatlah, laki-laki dilihat dari ucapannya, jika ucapannya sudah hancur maka semuanya akan hancur, “ ucap Tuan Rahadian pada anak lelakinya. Darryl tidak menjawab apapun. Ia langsung meninggalkan tempat itu, dan tyan Rahadian mengisyaratkan agar Vivian mengikuti Darry. Dimana di belakang Vivian juga diikuti oleh Pak Sam - orang kepercayaan tuan Rahadian. “Silahkan masuk, Nona. Ini adalah kamar tjan Darryl, dan juga menjadi kamar nona saat ini. Jadi nona jangan ragu ataupun takut. Jika ada apa-apa, nona katakan saja sama saya,” ucap Pak
Selama dalam perjalanan, tidak ada yang bersuara di antara keduanya. Semuanya hanya fokus pada pikirannya masing-masing. Vivian menatap ke arah jendela, menikmati pemandangan yang ada. Sedangkan Darryl sengaja tidak menawarkan vivian apapun, bahkan sekedar minuman saja Darryl tidak menawarkan. Ia meminum sendiri air yang ada di mobilnya. Namun tanpa Daryl sadari, ternyata, Vivian jauh lebih pintar dari yang ia pikirkan. Tas rajut yang Vivian bawa ternyata berisi beberapa bungkus roti dan juga beberapa minuman yang ia bawa dari rumah tadi. Ia sudah mengira hal ini akan terjadi, apalagi ketika Noah mengatakan kalau perjalanan ini akan memakan waktu kurang lebih tiga jam. ‘Pinter juga tuh cewek sialan!’ gerutu Darryl seraya terus membawa mobilnya. Sedangkan VIvian terus ,mengunyah roti yang ia pegang tanpa menawarkan pada Darryl. “Apakah masih lama?” tanya Vivian setelah menghabiskan satu bungkus roti dan satu botol kecil minuman. “Heem,” jawab Darryl. “Baiklah, aku tidur saja ka
Darryl masih tercengang menatap kepergian Vivian dengan tangan masih memegang pipinya. Ini pertama kalinya ia ditampar oleh seorang wanita. Bahkan ini pertama kalinya juga, ia merasakan tamparan dalam hidupnya. ‘Apakah dia sudah gila? Bahkan dia berani menamparku, sial! ‘ Rutuk Darryl seraya melihat ke arah sekitar. *** “Kita masih berhasil mempengaruhi Darryl, Pa. Itu tandanya posisi Linda masih aman, “ ucap Ibunya Linda. “Kenapa kita ceroboh, Ma. Lihatlah, wanita itu benar-benar membersihkan tubuh Linda, bagaimana jika ia melihat bekas itu? “ tanya papanya Linda membuat mata makanya Linda membulat dengan sempurna. “Oh Tuhan, kenapa mama bisa lupa akan hal itu pa. Bagaimana jika wanita itu menceritakan ini pada Darryl? “ tanya mamanya Linda. Terlihat sekali wajah kedua orang tua Linda pucat pasi, mereka terlihat berfikir, namun mereka langsung mematung ketika melihat pintu ruangan itu terbuka. Bibir mereka semakin terlihat pucat, kala melihat wajah Darryl yang tidak sab
“Tuan, nona Linda belum sadarkan diri, dan… sekarang tuan Darryl sudah ada di rumah sakit untuk menemuinya,” ucap asisten laki-laki itu. Terlihat laki-laki itu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya, ia menatap lurus ke arah kuat jendela. Ia baru saja juga sembuh dari kecelakaan yang menimpanya. Namun ada hal yang paling ia cemaskan. “Bagaimana istri Darryl yang sekarang? Siapa namanya dan dari mana dia? “ tanya sosok itu. “Namanya nona Vivian, penampilannya sederhana, namun saya mendengar jika ia afalan mahasiswi paling pintar di kampusnya. Hanya saja ia lahir dari keluarga dari kalangan bawah, “ lapor sang asisten. “Apakah Darryl mencurigakan sesuatu dalam kecelakaan Linda? “ tanya laki-laki itu. “Sepertinya tidak tuan, hanya saja pas kecelakaan itu terjadi, ada orangnya tuan Rahadian, ketika Anak buah saya mencarinya, ia sudah tidak ada, “ ucap sang asisten. Laki-laki itu terdiam, “ Aku akan menemui Darryl nantinya. Aku harap semuanya masih tertutup rapat, “
“Kau masih hidup rupanya?” ucap Darryl membuat tubuh Aldo seketika langsung membeku. Darryl mengamati Aldo dengan tatapan yang tajam dan penuh curiga. Udara di sekitar mereka terasa begitu berat, seolah menekan setiap kata yang terucap. Aldo, yang sebelumnya berdiri tegak, kini terlihat merosot, bahunya turun seakan menanggung beban berat."Aku... Aku," Aldo tergagap, mencoba menemukan kata yang tepat untuk mengelak. Nafasnya terengah-engah, jantungnya berdegup kencang, takut akan apa yang mungkin sudah diketahui oleh Darryl.Darryl melangkah mendekat, matanya tidak berkedip, menatap Aldo seolah ingin menembus jiwa. "Lagi ada panggilan dari orang tuamu, iya kan? Setidaknya kau kabari lah, ini langsung menghilang," ucapnya, suaranya datar namun menusuk.Aldo menarik napas lega, rasa ketakutan sejenak menguap, digantikan oleh rasa syukur karena Darryl belum mengetahui rahasianya yang sebenarnya. "Aku yakin kau sudah mendengar masalah pernikahanku yang kacau, iya kan?" Darryl bertanya la
Pak Mun dan istrinya kini berkunjung ke rumah Darryl. Mereka mengira, jika kehidupan Vivian akan jauh lebih baik setelah menjadi pengantin pengganti di kediaman tuan Rahadian, namun yang mereka lihat malah sebaliknya. Vivian berdiri dengan kedua tangan terguncang, bibirnya bergetar saat ia berbicara kepada paman dan bibinya yang terkejut mendengar pengakuannya. Rambutnya yang biasanya diikat rapi kini terurai, membingkai wajahnya yang pucat. Air mata mulai menggenang di matanya yang sayu. "Apakah ini yang paman inginkan? Sudah ya paman, bibi, aku di sini hanyalah babu gratisan. Aku sudah dua bulan di sini dan meninggalkan kuliahku, aku juga ingin melanjutkan apa yang aku inginkan!" suaranya meninggi, dipenuhi kekesalan dan keputusasaan.Paman dan bibinya, yang semula tersenyum lebar, kini saling pandang dengan raut muka yang berubah. Mereka tidak menyangka situasi Vivian seburuk itu. Bibinya, yang selama ini hanya mendengar cerita dari kejauhan, kini menutup mulutnya dengan tangan, m