“Tuan, keluarlah! “ ucap Vivian membuat mata Darryl membulat dengan sempurna. ‘Hah, apa yang dia katakan tadi, aku disuruh keluar?’ batin Darryl tak percaya.
“Apakah Tuan mendengarku?” tanya Vivian lagi, membuat Darryl langsung membalikkan tubuhnya dan menatap ke arah wanita yang kini duduk di tepi ranjang. “Apa yang kau katakan tadi? Kau bilang, aku keluar dari kamar ini, apa kau sadar dengan apa yang kau katakan?” tanya Darryl. Dan dengan bodohnya Vivian menganggukkan kepalanya seraya berkata,”Aku sadar dengan apa yang aku katakan, Apakah ada yang salah, Tuan?” tanya Vivian dengan polosnya. “Saya ingin ganti baju tuan, apakah tua akan tetap disini?” tanya VIvian melihat Darryl masih berdiri di tempat. “Sial!” gerutu Darryl yang langsung keluar dari kamar itu dengan perasaan kesal. Tentu wajah kesal Darryl terlihat jelas di pandangan asistennya. “Ada yang bisa saya lakukan tuan?” tanya Noah ketika mendekati Darryl. “Bukankah kau mengatakan kau bisa melakukan semuanya, kenapa hanya hal ini kau tidak bisa. Kenapa sampai aku menikah dengannya, sial!” getu Darryl dengan begitu kesal. “Saya bisa saja membatalkan pernikahan ini tadi tuan, tapi tuan … Posisi anda akan terancam dan bisa saja tuan besar akan mengambil lagi posisi anda. Saya sudah menyelidiki siapa nona VIvian, dia wanita yang penurut dan tidak memiliki skandal apapun dengan orang-orang tuan, dia juga tidak memiliki kekasih di usianya seperti sekarang, padahal di kampusnya dia termasuk mahasiswi yang cantik dan pintar,” ucap Asisten itu. "Apakah kau pikir, aku mau mendengarkan tentang dia? Dia tuh wanita licik, yang menggunakan musibah orang lain sebagai jalan pintas untuknya menjadi orang kaya. Lihat saja nanti, sampai kapan dia akan bertahan, " Ucap Darryl. "Maaf tuan, bukan begitu maksud saya, "ucap Asisten Darryl seraya menundukkan kepalanya. Masih merasa kesal, Darryl pun akhirnya turun dan berkumpul kembali dengan keluarganya. " Loh, Darryl. Kenapa kau tidak istirahat? " tanya mamanya Darryl. "Gak bisa, Ma." Darryl memilih memainkan ponselnya dan menanyakan keadaan Linda pada Om dan tantenya. Darryl memilih menjauh dari keluarganya ketika panggilannya sudah terhubung dengan mamanya Linda. "Bagaimana keadaannya sekarang tante? " Tanya Darryl. "Masih sama Darryl. Dia masih koma, " ucap mamanya Linda dengan isak tangisnya. "Maafkan tante, Ryl. Bukan maksud tante untuk membuat kekacauan ini, " imbuh mamanya Linda. "Darryl tidak menyalahkan tante dalam hal ini. Kabarin Darryl jika ada perkembangan dari Linda, tante, " ujar Darryl. "Baik Kak, tante akan mengabari kamu. Darryl, selamat ya atas pernikahanmu, tante tidak menyalahkanmu atas pernikahan itu, Linda yang salah, tante harap kau bahagia bersama dengan istrimu, " ujar mamanya Linda. "Terimakasih tante, tapi aku akan selalu ada untuk Linda, " ucap Darryl. Panggilan itupun terputus. Mamanya Linda melihat kearah suaminya. "Bagaimana jika semua itu ketahuan, Pa. Aku yakin Darryl tidak akan sebaik ini berbicara dengan kita, " ucap mamanya Darryl. "Beruntungnya orang-orang langsung menghubungi kita, Ma. Bagaimana kalau langsung menghubungi nomornya Darryl. Bekas cupang itu akan menjadi satu bukti apa yang Linda lakukan. Sekarang kita sudah aman, bukti apa yang Linda lakukan sudah menghilang. Hanya saja kita tidak bisa menganggap semuanya sudah aman, Tuan Rahadian bukanlah borang yang mudah di bohongi, semoga saja dia tidak mencium semua kejadian ini, " ucap papanya Linda. "Meskipun papa dan Tuan Rahardian bersahabat lama, tapi itu tidak bisa memastikan kita akan selalu di belannya. Apalagi ketika mengetahui semua ini, " ujar Papanya Linda. **** Acara resepsi pun susah tiba. Kini Vivian di rias kembali dengan begitu cantik. Pak Mun dan istrinya kini juga hadir, namun bukan sebagai orang tua Vivian. Mereka hadir sebagai pekerja di keluarga Rahadian. "Vivian, kau sangat cantik, Nak. Semoga kau bahagia setelah ini, " ucap Pak Mun. "Waw, ternyata dia anakmu, Mun. Kau berhasil menaikkan status anakmu menjadi nyonya Rahadian, hebat, hebat, " seru mamanya Darryl yang kini ada di pintu ruangan diakan Vivian di rias. Melihat itu, perias itupun keluar karena Vivian juga sudah selesai. "Maksud nyonya, Apa? " tanya Pak Mun. "Jangan pura-pura tidak mengerti, Pak Mun. Aku mengerti dengan apa yang kau pikirkan. Ternyata ada udang di balik batu. Aku pikir kau tulus pada suamiku, rupanya aku salah, kau merencanakan semua ini, kan? Dan, kau yang telan membuat Linda kecelakaan, iya kan? " tanya Nyonya Rahadian membuat Pak Mun dan Vivian sangat terkejut dengan tuduhan keji itu. "Maaf nyonya, saya tidak seperti yang Anda tuduhkan. Jika bukan karena permintaan tuan Rahadian, saya juga tidak tahu akan insiden yahh terjadi di acara tuan muda. Jika nyonya tidak percaya, silahkan nyonya tanyakan sendiri pada tuan Rahadian, " ujar Pak Mun. "Kalian hanyalah pelayan dan akan selamanya menjadi pelayan, kalian tidak akan pernah menjadi seorang nyonya. Ingatlah kedudukan kalian! " ucap nyonya Rahadian. "Maaf nyonya, mungkin kami miskin, tapi kami punya harga diri, jika sekiranya nyonya tidak ingin saya ada disini, baiklah... Saya akan pergi, saya juga tidak ingin menikah dengan putra anda! " ucap Vivian seraya berdiri dari duduknya membuat nyonya Rahadian dan Pak Mun terkejut dengan keberanian Vivian. Tanpa mereka sadari Darryl juga mendengar apa yang Vivian katakan. "Paman dengar sendiri, kan. Sebaiknya kita pergi saja, Paman. Toh mereka uidak menghargai apa yang sudah paman lakukan. Nyonya.... maaf mungkin bagi nyonya kami. orang miskin yang hanya gila akan harta, tapi bagi kami harta bukanlah yang utama. Saya permisi nyonya, silahkan anda cari saja pengantin pengganti untuk putra anda! " ucap Vivian dengan tegas, seraya mengangkat gaun yang ia pakai dan berlalu, namun.... tangan Vivian di cegah oleh seseorang. "Siapapun yang menghinamu, mereka sama saja menghinaku. Anakku, aku adalah ayahmu sekarang, kak menantuku, jangan dengarkan apa yang dia katakan. Acara sebentar lagi akan di mulai. Maukah kau berjalan dengan ayah mertuamu ini? " ucap sosok itu yang ternyata adalah tuan Rahadian, sontak istrinya begitu terkejut dengan kedatangan suaminya yang tiba-tiba. Sedangkan Darryl sudah pergi sebelum ayahnya sampai di tempat itu. Vivian menatap tuan Rahadian, matanya berkacae-kraca menahan air mata yah sedati tadi sudah ia tahan. Tuan Rahadian mengusap air mata yang kini sudah menetes. "Kau anakku, jika ada yang menyakitimu, kau jangan ragu, kau akan sama ayah. Ayah akan ada di sampingmu, ayah akan selalu mendukungmu, anggap ayah ini sebagai ayah kandungmu," ucap tuan Rahadian. "Pa, papa jangan berlebihan. Pa, kita... " "Aku yang sudah memilihnya, jika kau tidak suka, carilah penggantinya sekarang juga, apakah kau sanggup? Tidakkan? Jadi diamlah, dan jangan mengatakan apapun! " ucap Tuan Rahadian seraya berlalu membawa Vivian menuju ke ruang resepsi.Setelah banyak drama sebelum acara resepsi, akhirnya acara itu selesai sesuai dengan rencana. Banyak yang mendoakan untuk kebahagiaan mempelai, bahkan tak luput banyak juga pertanyaan yang mempertanyakan masalah pergantian pengantin, namun Pak Rahadian bisa mengatasinya menggunakan kekuasaannya. “Semoga kalian menjadi pasangan suami istri yang bahagia. Darryl, jadilah laki-laki yang bertanggung jawab serta memenuhi sumpahmu sebagai seorang suami. Ingatlah, laki-laki dilihat dari ucapannya, jika ucapannya sudah hancur maka semuanya akan hancur, “ ucap Tuan Rahadian pada anak lelakinya. Darryl tidak menjawab apapun. Ia langsung meninggalkan tempat itu, dan tyan Rahadian mengisyaratkan agar Vivian mengikuti Darry. Dimana di belakang Vivian juga diikuti oleh Pak Sam - orang kepercayaan tuan Rahadian. “Silahkan masuk, Nona. Ini adalah kamar tjan Darryl, dan juga menjadi kamar nona saat ini. Jadi nona jangan ragu ataupun takut. Jika ada apa-apa, nona katakan saja sama saya,” ucap Pak
Selama dalam perjalanan, tidak ada yang bersuara di antara keduanya. Semuanya hanya fokus pada pikirannya masing-masing. Vivian menatap ke arah jendela, menikmati pemandangan yang ada. Sedangkan Darryl sengaja tidak menawarkan vivian apapun, bahkan sekedar minuman saja Darryl tidak menawarkan. Ia meminum sendiri air yang ada di mobilnya. Namun tanpa Daryl sadari, ternyata, Vivian jauh lebih pintar dari yang ia pikirkan. Tas rajut yang Vivian bawa ternyata berisi beberapa bungkus roti dan juga beberapa minuman yang ia bawa dari rumah tadi. Ia sudah mengira hal ini akan terjadi, apalagi ketika Noah mengatakan kalau perjalanan ini akan memakan waktu kurang lebih tiga jam. ‘Pinter juga tuh cewek sialan!’ gerutu Darryl seraya terus membawa mobilnya. Sedangkan VIvian terus ,mengunyah roti yang ia pegang tanpa menawarkan pada Darryl. “Apakah masih lama?” tanya Vivian setelah menghabiskan satu bungkus roti dan satu botol kecil minuman. “Heem,” jawab Darryl. “Baiklah, aku tidur saja ka
Darryl masih tercengang menatap kepergian Vivian dengan tangan masih memegang pipinya. Ini pertama kalinya ia ditampar oleh seorang wanita. Bahkan ini pertama kalinya juga, ia merasakan tamparan dalam hidupnya. ‘Apakah dia sudah gila? Bahkan dia berani menamparku, sial! ‘ Rutuk Darryl seraya melihat ke arah sekitar. *** “Kita masih berhasil mempengaruhi Darryl, Pa. Itu tandanya posisi Linda masih aman, “ ucap Ibunya Linda. “Kenapa kita ceroboh, Ma. Lihatlah, wanita itu benar-benar membersihkan tubuh Linda, bagaimana jika ia melihat bekas itu? “ tanya papanya Linda membuat mata makanya Linda membulat dengan sempurna. “Oh Tuhan, kenapa mama bisa lupa akan hal itu pa. Bagaimana jika wanita itu menceritakan ini pada Darryl? “ tanya mamanya Linda. Terlihat sekali wajah kedua orang tua Linda pucat pasi, mereka terlihat berfikir, namun mereka langsung mematung ketika melihat pintu ruangan itu terbuka. Bibir mereka semakin terlihat pucat, kala melihat wajah Darryl yang tidak sab
“Tuan, nona Linda belum sadarkan diri, dan… sekarang tuan Darryl sudah ada di rumah sakit untuk menemuinya,” ucap asisten laki-laki itu. Terlihat laki-laki itu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya, ia menatap lurus ke arah kuat jendela. Ia baru saja juga sembuh dari kecelakaan yang menimpanya. Namun ada hal yang paling ia cemaskan. “Bagaimana istri Darryl yang sekarang? Siapa namanya dan dari mana dia? “ tanya sosok itu. “Namanya nona Vivian, penampilannya sederhana, namun saya mendengar jika ia afalan mahasiswi paling pintar di kampusnya. Hanya saja ia lahir dari keluarga dari kalangan bawah, “ lapor sang asisten. “Apakah Darryl mencurigakan sesuatu dalam kecelakaan Linda? “ tanya laki-laki itu. “Sepertinya tidak tuan, hanya saja pas kecelakaan itu terjadi, ada orangnya tuan Rahadian, ketika Anak buah saya mencarinya, ia sudah tidak ada, “ ucap sang asisten. Laki-laki itu terdiam, “ Aku akan menemui Darryl nantinya. Aku harap semuanya masih tertutup rapat, “
“Kau masih hidup rupanya?” ucap Darryl membuat tubuh Aldo seketika langsung membeku. Darryl mengamati Aldo dengan tatapan yang tajam dan penuh curiga. Udara di sekitar mereka terasa begitu berat, seolah menekan setiap kata yang terucap. Aldo, yang sebelumnya berdiri tegak, kini terlihat merosot, bahunya turun seakan menanggung beban berat."Aku... Aku," Aldo tergagap, mencoba menemukan kata yang tepat untuk mengelak. Nafasnya terengah-engah, jantungnya berdegup kencang, takut akan apa yang mungkin sudah diketahui oleh Darryl.Darryl melangkah mendekat, matanya tidak berkedip, menatap Aldo seolah ingin menembus jiwa. "Lagi ada panggilan dari orang tuamu, iya kan? Setidaknya kau kabari lah, ini langsung menghilang," ucapnya, suaranya datar namun menusuk.Aldo menarik napas lega, rasa ketakutan sejenak menguap, digantikan oleh rasa syukur karena Darryl belum mengetahui rahasianya yang sebenarnya. "Aku yakin kau sudah mendengar masalah pernikahanku yang kacau, iya kan?" Darryl bertanya la
Pak Mun dan istrinya kini berkunjung ke rumah Darryl. Mereka mengira, jika kehidupan Vivian akan jauh lebih baik setelah menjadi pengantin pengganti di kediaman tuan Rahadian, namun yang mereka lihat malah sebaliknya. Vivian berdiri dengan kedua tangan terguncang, bibirnya bergetar saat ia berbicara kepada paman dan bibinya yang terkejut mendengar pengakuannya. Rambutnya yang biasanya diikat rapi kini terurai, membingkai wajahnya yang pucat. Air mata mulai menggenang di matanya yang sayu. "Apakah ini yang paman inginkan? Sudah ya paman, bibi, aku di sini hanyalah babu gratisan. Aku sudah dua bulan di sini dan meninggalkan kuliahku, aku juga ingin melanjutkan apa yang aku inginkan!" suaranya meninggi, dipenuhi kekesalan dan keputusasaan.Paman dan bibinya, yang semula tersenyum lebar, kini saling pandang dengan raut muka yang berubah. Mereka tidak menyangka situasi Vivian seburuk itu. Bibinya, yang selama ini hanya mendengar cerita dari kejauhan, kini menutup mulutnya dengan tangan, m
Sinar mentari sore menyelinap melalui jendela kaca besar di ruang kerja Tuan Rahadian, menyoroti debu-debu yang berterbangan lembut di udara. Ruangan itu dipenuhi dengan aroma kayu mahoni dari meja kerja besar yang terletak tepat di tengah. Di sana, Vivian duduk tegang, mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut Tuan Rahadian dengan penuh perhatian.Malam Anita dan Adel, bersembunyi di balik pintu yang sedikit terbuka, mencoba menangkap setiap suara, namun hanya keheningan yang mampu mereka tangkap. Mata mereka saling bertukar pandangan, penuh kebingungan dan kekhawatiran.Tuan Rahadian, dengan ekspresi serius namun ada kelembutan di matanya, menunjuk pada seorang pria yang berdiri di sampingnya, “Vivian, dia adalah Alan, sepupu Darryl. Dia adalah CEO di perusahaan produk kecantikan yang sangat sukses.”Alan, pria berpostur tegap dengan rambut yang rapi, mengulurkan tangan dengan senyuman yang ramah. Vivian, yang tadinya tegang, perlahan merasa sebuah semangat baru mengalir dalam
Alan takjub dengan hasil make up Vivian. Matanya membuka dengan sempurna. “Perfect. Pantas kalau paman memintaku untuk mengajakmu, Vivian. Ternyata pilihan paman benar-benar berkualitas, “puji Alan. “ Benarkah tuan, saya hanya ingin bekerja dan bisa meneruskan kuliah saya, Tuan,” ucap Vivian. “Apakah uang dari suamimu tidak cukup untuk itu? “ tanya Alan. “Ogah, Tuan. Saya tidak akan memakai uang kutu kupret itu untuk biaya kuliahku, nanti malah gak berkah karena orangnya emosian dan sombong itu, “ ucap Vivian. Alan tertawa mendengar apa yang Vivian katakan. “Tapi kan, dia tampan. Diantara banyaknya wanita yang menginginkan Darryl, kaulah pemenangnya Vivian. Kau mendapatkan dia tanpa harus melalui proses yang berat seperti yang dilakukan wanita lainnya, “ ucap Alan. “Apakah tidak ada laki-laki lain, sehingga hanya dia yang menjadi rebutan. Aku rasa mereka hanya. Melihat wajah tanpa melihat bagaimana sikapnya, kalau aku mending cari yang sederhana tapi bisa menghargai o