Selama dalam perjalanan, tidak ada yang bersuara di antara keduanya. Semuanya hanya fokus pada pikirannya masing-masing. Vivian menatap ke arah jendela, menikmati pemandangan yang ada. Sedangkan Darryl sengaja tidak menawarkan vivian apapun, bahkan sekedar minuman saja Darryl tidak menawarkan. Ia meminum sendiri air yang ada di mobilnya. Namun tanpa Daryl sadari, ternyata, Vivian jauh lebih pintar dari yang ia pikirkan. Tas rajut yang Vivian bawa ternyata berisi beberapa bungkus roti dan juga beberapa minuman yang ia bawa dari rumah tadi. Ia sudah mengira hal ini akan terjadi, apalagi ketika Noah mengatakan kalau perjalanan ini akan memakan waktu kurang lebih tiga jam.
‘Pinter juga tuh cewek sialan!’ gerutu Darryl seraya terus membawa mobilnya. Sedangkan VIvian terus ,mengunyah roti yang ia pegang tanpa menawarkan pada Darryl. “Apakah masih lama?” tanya Vivian setelah menghabiskan satu bungkus roti dan satu botol kecil minuman. “Heem,” jawab Darryl. “Baiklah, aku tidur saja kalau begitu. Kalau sudah sampai bangunin, ya,” ucap Vivian seraya menyandarkan tubuhnya dengan nyaman, lalu memejamkan matanya. Tentu itu membuat perhatian Darryl teralihkan. BIsa-bisanya dia memerintahkan Darryl untuk membangunkannya, memangnya dia ratu?. “Aku akan membuangmu nanti,’ucap Darryl ‘Oh, baguslah, jadi aku akan aman tidak usah balik lagi ke kediamanmu,” jawab Vivian seraya terus memejamkan matanya. Merasa kesal mendengar jawaban Vivian, membuat Darryl langsung memukul setir mobilnya karena menahan kesal. **** “Apakah kau yakin?” tanya Tuan Rahadian. “Saya sangat yakin Tuan, dan juga saya juga menemukan beberapa pesan mesra antara nona Linda dengan tuan Aldo,” ucap Pak Sam. Tentu Tuan Rahadian langsung percaya dengan apa yang dikatakan pak Sam, apalagi Pak sam sudah bekerja dengannya lebih dari dua puluh tahun, tidak ada gunanya bagi pak Sam membuat cerita seperti itu. “Ini pesan yang saya temukan di ponsel Nona Linda tuan,”ucap Pak Sam seraya menyerahkan ponselnya. Terlihat Tuan Rahadian membaca pesan itu secara keseluruhan, ia tidak menyangka jika Linda yang sudah dianggap seperti anaknya sendiri akan berkhianat seperti ini. “Apakah tuan Darryl berhak tahu masalah ini tuan?” tanya Pak Sam. “Jangan dulu, kita lihat, sejauh mana hubungan antara Darryl dan juga Vivian, jika Darryl tidak bisa menghargai Vivian, maka tunjukkan semua bukti padanya, namun … Sebelum itu aku ingin meminta dia mencari sendiri kebenaran tentang kecelakan yang menimpa Linda, Apakah orang tua Linda mengetahui hal ini?” tanya Tuan Rahadian. “Kemungkinan mereka tahu tuan, karena itulah mereka tidak membawa Nona Linda ke rumah sakit di sini, karena beberapa tanda merah itu masih ada yang membekas,” ucap Pak Sam. “Kau juga selidiki siapa dokter dan polisi yang menangani kecelakaan itu,” ucap Tuan Rahadian. “Siap Tuan, “seru Pak Sam. **** “Sedangkan di sisi lain, Darryl dan Vivian kini sudah sampai di rumah sakit yang dikirimkan oleh orang tua Linda waktu itu. “Hei, sudah sampai! “ ujar Darryl yang langsung membuat Vivian terbangun. Vivian pun mengusap wajahnya yang memang jarang tersentuh make up. Namun jika Vivian ditatap, kecantikannya sungguh sangat terpancar. “Ayo masuk! “ ucap Darryl. “Maaf tuan, anda di depan, kalau saya di depan, saya pastikan anda kana tersesat, “ ucap Vivian seraya menundukkan wajahnya. “Bilang saja kalau kau buta arah, katrok! “ ujar Darryl seraya melangkah terlebih dahulu dan Vivian mengikuti dari belakang. Darryl memencet tombol lift yang akan membawanya ke ruangan Linda, tentu Darryl yang membiayai perawatan Linda. Sesampainya di depan ruangan Linda yang kebetulan sedikit terbuka, Darryl sedikit mendengar perbincangan mamanya Linda. “Semoga saja Darryl tidak tahu apa-apa, Pa, “ucap mamanya Linda. “Tidak tahu apa maksudnya tante? “ tanya Darryl membuat kedua orang tua Linda begitu terkejut. Tiba-tiba, ibu Linda menoleh ke arah suaminya dengan tatapan penuh kekhawatiran. "Nak Darryl, sejak kapan kamu ada di sini?" tanya ayah Linda dengan suara gemetar, Tentu Vivian sadar bahwa mereka menyembunyikan sesuatu dari Daryyl. "Baru saja, Paman. Bagaimana keadaannya sekarang?" Darryl bertanya dengan ekspresi penuh kepedulian, seraya mendekati ranjang tempat Linda terbaring lemah. Sementara itu, Vivian tampak terpaku di tempatnya, bagaikan patung yang tidak bisa berbicara. Merasakan kecemasan Darryl yang tulus, kedua orang tua Linda menghela nafas lega, berharap bahwa kebohongan mereka belum terbongkar. "Dokter masih belum bisa memastikan kapan Linda akan sadar, Nak. Kasihan sekali anakku ini, seharusnya dia yang menjadi istrimu sekarang, tapi takdir berkata lain," ucap ibu Linda dengan derai air mata palsu yang mengalir di pipinya. Wajahnya tampak murung dan kesedihan terpancar jelas dari matanya. Vivian, yang berdiri di samping suaminya, hanya bisa mencibir dengan bibirnya tanpa mengeluarkan suara. Hatinya bergolak, namun ia berusaha keras untuk tidak menunjukkan emosinya di depan ibu Linda. "Paman dan Bibi, jangan cemas. Kalau Linda sadar, aku akan tetap menikahinya," ucap Darryl seraya melirik ke arah Vivian. Senyuman sinis terukir di wajahnya, berharap wanita itu marah dan cemburu. Mamanya Linda tersenyum sinis melihat reaksi Vivian. Ia merasa puas melihat wanita yang tidak disukainya itu tersiksa. Dalam hati, ia berharap Linda segera sadar dan menggantikan posisi Vivian sebagai istri Darryl. Darryl dan mamanya Linda tersenyum puas saat mereka keluar dari ruangan Linda, meninggalkan Vivian untuk menemani dan merawat Linda. Vivian menelan ludah, menegangkan otot wajahnya, dan merasa tidak nyaman dengan perintah yang diberikan kepadanya. Namun, ia tidak punya pilihan selain mengikuti perintah itu. Sambil menggigit bibir bawahnya, Vivian mulai mengompres tubuh Linda yang terbaring lemah di tempat tidur. Tangan gemetar, hatinya berdebar kencang saat ia mencoba menjalani tugas yang diberikan kepadanya. "Sabar, Vivian. Ini hanya sementara," gumamnya dalam hati. Namun, syok yang lebih besar menunggu Vivian saat ia mencabut selimut yang menutupi tubuh Linda. Pemandangan yang mengerikan menghampiri matanya. Bekas cupang yang masih terlihat meskipun sudah mulai pudar bertebaran di seluruh tubuh Linda, membuat Vivian merasa ngeri dan iba serta penasaran. "Bagaimana ini bisa terjadi?" desah Vivian pelan, sambil mengusap bekas cupang dengan hati-hati. Ia tahu pasti siapa yang telah melakukan ini pada Linda, dan rasa penasaran yang mendalam mulai memenuhi hatinya. Vivian menggigit bibirnya lagi, mencoba untuk tetap tenang dan fokus pada tugas yang diberikan kepadanya. Namun entah apa yang ada dalam pikiran Vivian, ia malah mengambil hambat bekas cupang itu dan menyimpannya di galeri ponselnya. Siapa tahu suatu saat akan berguna untuk dirinya. Setelah selesai membersihkan tubuh Linda, Vivian pun melangkah menuju ke jendela ruangan itu. Menatap pemandangan yang ada. Beberapa saat, pintu kembali terbuka dan Vivian bisa mendengar suara tawa mamanya Linda. Vivian mengusap air matanya yang entah kenapa mengalir membasahi pipinya. “Apakah kau sudah melakukan tugasnya? “ tanya mamanya Linda. “Sudah, “ jawab Vivian. Sontak papanya Linda teringat, jika masih ada beberapa bekas di bagian dada putrinya itu. Ia melotot ke arah istrinya, berharap istrinya mengerti, namun sepertinya istrinya itu fokus untuk meremehkan Vivian. “Tuan bisakah aku keluar, aku mau lihat-lihat luar sebentar, “ ucap Vivian. “Hmm, “ jawab Darryl. Tidak menunggu waktu yang lama Vivian keluar dari ruangan itu. Namun siapa sangka Darryl mengikutinya. “Kenapa tuan mengikutiku? “ tanya Vivian. “Kau tidak menyakiti Linda kan?”tanya Darryl membuat langkah Vivian terhenti. “Atas dasar apa tuan menuduh saya seperti itu? “ tanya Vivian balik. “Aku mengerti orang sepertimu akan menggunakan segala cara untuk mendapatkan apa yang kalian inginkan. Aku yakin kau sudah melakukan sesuatu pada Linda, kan? Karena itulah kau minta keluar dari ruangannya, aku yakin, sifatmu itu adalah keturunan dari orang tuamu yang tidak mendidikmu dan menjadikanmu wanita….” Plak… Satu tamparan kini telah mengenai pipi Darryl untuk pertama kalinya. Tatapan tajam dengan mata yang merah, Vivian memberanikan diri menatap mata Darryl. “Saya tidak tahu, didikan seperti apa yang sudah anda terima dari keluarga terhormat anda, sehingga membuat anda selalu berpikiran buruk pada orang lain. Saya miskin, tapi saya selalu diajarkan untuk menghargai orang lain. Jika bukan karena ayah anda meminta saya meneruskan pernikahan ini apakah saya akan bertahan? Cuih… Apakah anda pikir, saya tertarik pada anda?” ucap Vivian dengan begitu emosi, ia langsung pergi meninggalkan Darryl. Vivian tidak ingin Darryl melihatnya menangis. Sedangkan Darryl tidak menyangka akan mendapatkan tamparan dan bahkan wanita itu meludah seolah jijik dan tidak akan tertarik dengannya. ‘Aku berjanji, akan membuat anda menyesal tuan Darryl Rahadian. Kau boleh menghinaku tapi jangan bawa-bawa didikan orang tuaku. Sampai kapanpun, akan aku ingat selalu ucapanmu itu, ‘ batin Vivian.Darryl masih tercengang menatap kepergian Vivian dengan tangan masih memegang pipinya. Ini pertama kalinya ia ditampar oleh seorang wanita. Bahkan ini pertama kalinya juga, ia merasakan tamparan dalam hidupnya. ‘Apakah dia sudah gila? Bahkan dia berani menamparku, sial! ‘ Rutuk Darryl seraya melihat ke arah sekitar. *** “Kita masih berhasil mempengaruhi Darryl, Pa. Itu tandanya posisi Linda masih aman, “ ucap Ibunya Linda. “Kenapa kita ceroboh, Ma. Lihatlah, wanita itu benar-benar membersihkan tubuh Linda, bagaimana jika ia melihat bekas itu? “ tanya papanya Linda membuat mata makanya Linda membulat dengan sempurna. “Oh Tuhan, kenapa mama bisa lupa akan hal itu pa. Bagaimana jika wanita itu menceritakan ini pada Darryl? “ tanya mamanya Linda. Terlihat sekali wajah kedua orang tua Linda pucat pasi, mereka terlihat berfikir, namun mereka langsung mematung ketika melihat pintu ruangan itu terbuka. Bibir mereka semakin terlihat pucat, kala melihat wajah Darryl yang tidak sab
“Tuan, nona Linda belum sadarkan diri, dan… sekarang tuan Darryl sudah ada di rumah sakit untuk menemuinya,” ucap asisten laki-laki itu. Terlihat laki-laki itu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya, ia menatap lurus ke arah kuat jendela. Ia baru saja juga sembuh dari kecelakaan yang menimpanya. Namun ada hal yang paling ia cemaskan. “Bagaimana istri Darryl yang sekarang? Siapa namanya dan dari mana dia? “ tanya sosok itu. “Namanya nona Vivian, penampilannya sederhana, namun saya mendengar jika ia afalan mahasiswi paling pintar di kampusnya. Hanya saja ia lahir dari keluarga dari kalangan bawah, “ lapor sang asisten. “Apakah Darryl mencurigakan sesuatu dalam kecelakaan Linda? “ tanya laki-laki itu. “Sepertinya tidak tuan, hanya saja pas kecelakaan itu terjadi, ada orangnya tuan Rahadian, ketika Anak buah saya mencarinya, ia sudah tidak ada, “ ucap sang asisten. Laki-laki itu terdiam, “ Aku akan menemui Darryl nantinya. Aku harap semuanya masih tertutup rapat, “
“Kau masih hidup rupanya?” ucap Darryl membuat tubuh Aldo seketika langsung membeku. Darryl mengamati Aldo dengan tatapan yang tajam dan penuh curiga. Udara di sekitar mereka terasa begitu berat, seolah menekan setiap kata yang terucap. Aldo, yang sebelumnya berdiri tegak, kini terlihat merosot, bahunya turun seakan menanggung beban berat."Aku... Aku," Aldo tergagap, mencoba menemukan kata yang tepat untuk mengelak. Nafasnya terengah-engah, jantungnya berdegup kencang, takut akan apa yang mungkin sudah diketahui oleh Darryl.Darryl melangkah mendekat, matanya tidak berkedip, menatap Aldo seolah ingin menembus jiwa. "Lagi ada panggilan dari orang tuamu, iya kan? Setidaknya kau kabari lah, ini langsung menghilang," ucapnya, suaranya datar namun menusuk.Aldo menarik napas lega, rasa ketakutan sejenak menguap, digantikan oleh rasa syukur karena Darryl belum mengetahui rahasianya yang sebenarnya. "Aku yakin kau sudah mendengar masalah pernikahanku yang kacau, iya kan?" Darryl bertanya la
Pak Mun dan istrinya kini berkunjung ke rumah Darryl. Mereka mengira, jika kehidupan Vivian akan jauh lebih baik setelah menjadi pengantin pengganti di kediaman tuan Rahadian, namun yang mereka lihat malah sebaliknya. Vivian berdiri dengan kedua tangan terguncang, bibirnya bergetar saat ia berbicara kepada paman dan bibinya yang terkejut mendengar pengakuannya. Rambutnya yang biasanya diikat rapi kini terurai, membingkai wajahnya yang pucat. Air mata mulai menggenang di matanya yang sayu. "Apakah ini yang paman inginkan? Sudah ya paman, bibi, aku di sini hanyalah babu gratisan. Aku sudah dua bulan di sini dan meninggalkan kuliahku, aku juga ingin melanjutkan apa yang aku inginkan!" suaranya meninggi, dipenuhi kekesalan dan keputusasaan.Paman dan bibinya, yang semula tersenyum lebar, kini saling pandang dengan raut muka yang berubah. Mereka tidak menyangka situasi Vivian seburuk itu. Bibinya, yang selama ini hanya mendengar cerita dari kejauhan, kini menutup mulutnya dengan tangan, m
Sinar mentari sore menyelinap melalui jendela kaca besar di ruang kerja Tuan Rahadian, menyoroti debu-debu yang berterbangan lembut di udara. Ruangan itu dipenuhi dengan aroma kayu mahoni dari meja kerja besar yang terletak tepat di tengah. Di sana, Vivian duduk tegang, mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut Tuan Rahadian dengan penuh perhatian.Malam Anita dan Adel, bersembunyi di balik pintu yang sedikit terbuka, mencoba menangkap setiap suara, namun hanya keheningan yang mampu mereka tangkap. Mata mereka saling bertukar pandangan, penuh kebingungan dan kekhawatiran.Tuan Rahadian, dengan ekspresi serius namun ada kelembutan di matanya, menunjuk pada seorang pria yang berdiri di sampingnya, “Vivian, dia adalah Alan, sepupu Darryl. Dia adalah CEO di perusahaan produk kecantikan yang sangat sukses.”Alan, pria berpostur tegap dengan rambut yang rapi, mengulurkan tangan dengan senyuman yang ramah. Vivian, yang tadinya tegang, perlahan merasa sebuah semangat baru mengalir dalam
Alan takjub dengan hasil make up Vivian. Matanya membuka dengan sempurna. “Perfect. Pantas kalau paman memintaku untuk mengajakmu, Vivian. Ternyata pilihan paman benar-benar berkualitas, “puji Alan. “ Benarkah tuan, saya hanya ingin bekerja dan bisa meneruskan kuliah saya, Tuan,” ucap Vivian. “Apakah uang dari suamimu tidak cukup untuk itu? “ tanya Alan. “Ogah, Tuan. Saya tidak akan memakai uang kutu kupret itu untuk biaya kuliahku, nanti malah gak berkah karena orangnya emosian dan sombong itu, “ ucap Vivian. Alan tertawa mendengar apa yang Vivian katakan. “Tapi kan, dia tampan. Diantara banyaknya wanita yang menginginkan Darryl, kaulah pemenangnya Vivian. Kau mendapatkan dia tanpa harus melalui proses yang berat seperti yang dilakukan wanita lainnya, “ ucap Alan. “Apakah tidak ada laki-laki lain, sehingga hanya dia yang menjadi rebutan. Aku rasa mereka hanya. Melihat wajah tanpa melihat bagaimana sikapnya, kalau aku mending cari yang sederhana tapi bisa menghargai o
“Apa yang bapak pikirkan, apakah bapak memikirkan Vivian? “ tanya istrinya Pak Mun. “Tentu, Bu. Apa lagi setelah mendengar pengakuan Vivian dan ucapannya nyonya besar. Rasanya bapak sangat menyesal menikahkan Vivian dengan tuan muda, Vivian anak yang baik, dia rela kuliah sambil kerja demi tidak merepotkan kita, bapak pikir, menjadi pengganti nona Linda akan membuat hidupnya nyaman, tapi nyatanya… ? “ ucapan Pak Mun terhenti. Terlihat jelas penyesalan di wajahmu laki-laki tua yang menjadi nyaman dari Vivian itu. “Kalau ibu sih nyesel karena gak kebagian uang mahar Vivian. Ibu pikir akan ada uang apa kek yang bisa di kasih ke kita, eh nyatanya malah zonk. Dan ditambah penghinaan nyonya, untung bukan anak kita yang menggantikan. Kalau sampai anak kita, ibu gak tahu, bagaimana nasib anak kita yang gak pernah menyentuh cucian sama sekali, “ ujar istrinya pak Mun. “Hanya uang saja yang ibu pikirkan, aku akan bicarakan dengan tuan Rahadian nanti. Siapa tahu beliau bisa membantu agar
Deg… Lagi dan lagi, jantung Darryl dibuat terkejut dengan pengakuan papanya. Mengapa Darryl merasa tersinggung ketika papanya mengatakan jika Vivian adalah wanita satu-satunya yang tidak menginginkannya. “Papa mendapatkan gambar ini dari mana, Pa?” Tanya Darryl. “Apakah pertanyaan itu masih perlu aku jawab? Papa rasa kamu sudah tahu jawabannya, “ ucap Tuan Rahadian. Ingin rasanya Daril tidak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini, namun hatinya menolak untuk itu, rasa sakit kian begitu terasa, kala ia melihat wanita yang begitu dicintai memiliki banyak tanda merah di lehernya. Tak kuasa menahan malu serta rasa sakit hati, Darryl akhirnya keluar dari ruangan sang papa dan masuk ke ruangannya yang tak begitu jauh dari ruangan papanya. “Tuan kenapa, apakah ada sesuatu yang terjadi? “ tanya Noah. Namun Darryl kali ini tak menjawab ia terlalu malu jika ia menceritakan apa yang terjadi di ruangan papanya. “Noah, kau hubungi ibunya Linda, dan tanyakan, ada dimana merek
"Saya dan Pak Saga tidak memiliki hubungan apa pun selain hubungan mentor dan murid. Beliau hanya pembimbing saya," kata Vivian dengan nada tegas, tubuhnya mengeras seakan menolak segala tuduhan. "Karena pernikahan yang sama sekali tidak saya harapkan ini, saya terancam harus mengulang semester. Jadi, tuan, saya adalah korban sebenarnya dalam pernikahan ini."Dengan langkah yang terasa begitu berat, Vivian bangkit dari duduknya, langkahnya terhenti sejenak ketika dia menyadari gelasnya kosong, tidak ada setetes air pun yang bisa melegakan kerongkongannya yang tercekat. Dengan rasa frustrasi yang memuncak, ia meninggalkan ruangan menuju dapur untuk mengisi botolnya yang kosong. Saat Vivian kembali dari dapur, betapa terkejutnya ia menemukan Adel telah berdiri di sana, sarkasme tergambar jelas di wajahnya saat tertawa mengejek. Vivian merasakan hatinya teriris, air matanya hampir saja menetes, namun dia meneguk air dalam-dalam, mencoba menenangkan badai emosi yang menderanya. Ketika Vi
“Baiklah, kalau begitu… Aku kembali ke kantor dulu. Nanti aku akan datang lagi, “ ucap Darryl pada Linda. “Janji? “ tanya Linda yang di anggukkan kepala oleh Darryl. Tentu Linda tersenyum bahagia melihat itu. Ia merasa tidak ada yang berubah dalam sikap Darryl. Mungkin pertanyaan Darryl waktu baru datang hanyalah pertanyaan tak sesuai dengan hatinya. Namun tanpa Linda ketahui, Darryl tentu akan terus menyelidiki hal itu. Karena Darryl percaya jika ayahnya sudah mengatakan hal seperti itu maka itu adalah kebenarannya. Kini Darryl tinggal mencari bukti yang nyata. “Hati-hati, sampaikan salamku pada om dan tante, “ ucap Linda. “Mereka pasti akan kemari, “ ucap Darryl. “Aku pasti akan menunggu mereka, “ ucap Linda yang dibalas senyuman oleh Darryl. Darryl dan Noah pun pergi meninggalkan kediaman Linda. “Loh, Nak Darryl sudah mau pergi? Kenapa cepat sekali? “ tanya mamanya Linda. “Masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan, Tante. Nanti pasti akan mampir lagi,” uc
“Darryl, kenapa kau bertanya seperti itu Nak. Apakah kau mendengar sesuatu, atau istrimu uang mengatakan hal itu? keji sekali fitnahan yang sudah istrimu itu berikan, Darryl. Tante benar-benar tidak menyangka, “ ucap mamanya Linda dengan memasang wajah yang begitu sedih. “Dia tidak mengatakan apapun, Tante. Jadi jangan salahkan dia dalam hal ini, “ ucap Darryl yang pertama kalinya membela Vivian. “Kau bahkan membelanya sekarang, Darryl. Apakah kau percaya dengan isu itu? “ tanya Linda memberanikan diri menatap manik mata Darryl. “Ini bukan masalah isu, Lin. Jika tidak mala katakan tidak. Baiklah… aku bahagia melihat kau sudah sembuh dan sehat seperti ini, “ ucap Darryl. “Noah, sudah membawakan hadiah untuk kalinya kamu ke rumah ini, “ ucap Darryl seraya melihat kearah Noah yang baru saja masuk kedalam kediaman Linda. Sebuah buket bunga besar kian terlihat begitu indah, membuat senyuman indah di bibir Linda dan kedua orang tuanya kembali terlihat. ***“Vivian, akhirnya kamu tahu
“Kau mau kemana?” tanya Mamanya Darryl ketika Vivian sudah rapi. “Kuliah, Ma, “ jawab Vivian. “Alah, kau sudah terlambat untuk kuliah. Biasanya kau sudah Wisuda dari dulu, “ ucapnya dengan nada merendahkan. “Lebih baik, sekarang kau buatkan aku minuman jus, udah panas tenggorokanku, dan… “Nona Vivian, mobilnya sudah siap. Tuan Rahadian meminta anda untuk tidak terlambat kuliah,” ucap Pak Sam, membuat nyonya Rahadian langsung terdiam. “Baik, Pak. Ma… Vivian berangkat dulu,” ucap Vivian seraya mengambil jangan mama mertuanya dan mencium punggung tangan itu tanpa izin. Seketika mata nyonya Rahadian membulat dengan sempurna. Namun ia hanya diam kala melihat Vivian sudah menjauh dan di ikuti oleh pak Sam.“Dasar, wanita sialan! Papa lagi, kenapa selalu membela anak itu. Isss… anakku lebih pantas mendapatkan wanita yang jauh lebih baik darinya. Ini dari Linda malah turun drastis. Gak bisa apa dapat yang jauh lebih atas dari Linda? Heran deh mama, bisa-bisanya cari pengganti yang udik k
Deg… Lagi dan lagi, jantung Darryl dibuat terkejut dengan pengakuan papanya. Mengapa Darryl merasa tersinggung ketika papanya mengatakan jika Vivian adalah wanita satu-satunya yang tidak menginginkannya. “Papa mendapatkan gambar ini dari mana, Pa?” Tanya Darryl. “Apakah pertanyaan itu masih perlu aku jawab? Papa rasa kamu sudah tahu jawabannya, “ ucap Tuan Rahadian. Ingin rasanya Daril tidak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini, namun hatinya menolak untuk itu, rasa sakit kian begitu terasa, kala ia melihat wanita yang begitu dicintai memiliki banyak tanda merah di lehernya. Tak kuasa menahan malu serta rasa sakit hati, Darryl akhirnya keluar dari ruangan sang papa dan masuk ke ruangannya yang tak begitu jauh dari ruangan papanya. “Tuan kenapa, apakah ada sesuatu yang terjadi? “ tanya Noah. Namun Darryl kali ini tak menjawab ia terlalu malu jika ia menceritakan apa yang terjadi di ruangan papanya. “Noah, kau hubungi ibunya Linda, dan tanyakan, ada dimana merek
“Apa yang bapak pikirkan, apakah bapak memikirkan Vivian? “ tanya istrinya Pak Mun. “Tentu, Bu. Apa lagi setelah mendengar pengakuan Vivian dan ucapannya nyonya besar. Rasanya bapak sangat menyesal menikahkan Vivian dengan tuan muda, Vivian anak yang baik, dia rela kuliah sambil kerja demi tidak merepotkan kita, bapak pikir, menjadi pengganti nona Linda akan membuat hidupnya nyaman, tapi nyatanya… ? “ ucapan Pak Mun terhenti. Terlihat jelas penyesalan di wajahmu laki-laki tua yang menjadi nyaman dari Vivian itu. “Kalau ibu sih nyesel karena gak kebagian uang mahar Vivian. Ibu pikir akan ada uang apa kek yang bisa di kasih ke kita, eh nyatanya malah zonk. Dan ditambah penghinaan nyonya, untung bukan anak kita yang menggantikan. Kalau sampai anak kita, ibu gak tahu, bagaimana nasib anak kita yang gak pernah menyentuh cucian sama sekali, “ ujar istrinya pak Mun. “Hanya uang saja yang ibu pikirkan, aku akan bicarakan dengan tuan Rahadian nanti. Siapa tahu beliau bisa membantu agar
Alan takjub dengan hasil make up Vivian. Matanya membuka dengan sempurna. “Perfect. Pantas kalau paman memintaku untuk mengajakmu, Vivian. Ternyata pilihan paman benar-benar berkualitas, “puji Alan. “ Benarkah tuan, saya hanya ingin bekerja dan bisa meneruskan kuliah saya, Tuan,” ucap Vivian. “Apakah uang dari suamimu tidak cukup untuk itu? “ tanya Alan. “Ogah, Tuan. Saya tidak akan memakai uang kutu kupret itu untuk biaya kuliahku, nanti malah gak berkah karena orangnya emosian dan sombong itu, “ ucap Vivian. Alan tertawa mendengar apa yang Vivian katakan. “Tapi kan, dia tampan. Diantara banyaknya wanita yang menginginkan Darryl, kaulah pemenangnya Vivian. Kau mendapatkan dia tanpa harus melalui proses yang berat seperti yang dilakukan wanita lainnya, “ ucap Alan. “Apakah tidak ada laki-laki lain, sehingga hanya dia yang menjadi rebutan. Aku rasa mereka hanya. Melihat wajah tanpa melihat bagaimana sikapnya, kalau aku mending cari yang sederhana tapi bisa menghargai o
Sinar mentari sore menyelinap melalui jendela kaca besar di ruang kerja Tuan Rahadian, menyoroti debu-debu yang berterbangan lembut di udara. Ruangan itu dipenuhi dengan aroma kayu mahoni dari meja kerja besar yang terletak tepat di tengah. Di sana, Vivian duduk tegang, mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut Tuan Rahadian dengan penuh perhatian.Malam Anita dan Adel, bersembunyi di balik pintu yang sedikit terbuka, mencoba menangkap setiap suara, namun hanya keheningan yang mampu mereka tangkap. Mata mereka saling bertukar pandangan, penuh kebingungan dan kekhawatiran.Tuan Rahadian, dengan ekspresi serius namun ada kelembutan di matanya, menunjuk pada seorang pria yang berdiri di sampingnya, “Vivian, dia adalah Alan, sepupu Darryl. Dia adalah CEO di perusahaan produk kecantikan yang sangat sukses.”Alan, pria berpostur tegap dengan rambut yang rapi, mengulurkan tangan dengan senyuman yang ramah. Vivian, yang tadinya tegang, perlahan merasa sebuah semangat baru mengalir dalam
Pak Mun dan istrinya kini berkunjung ke rumah Darryl. Mereka mengira, jika kehidupan Vivian akan jauh lebih baik setelah menjadi pengantin pengganti di kediaman tuan Rahadian, namun yang mereka lihat malah sebaliknya. Vivian berdiri dengan kedua tangan terguncang, bibirnya bergetar saat ia berbicara kepada paman dan bibinya yang terkejut mendengar pengakuannya. Rambutnya yang biasanya diikat rapi kini terurai, membingkai wajahnya yang pucat. Air mata mulai menggenang di matanya yang sayu. "Apakah ini yang paman inginkan? Sudah ya paman, bibi, aku di sini hanyalah babu gratisan. Aku sudah dua bulan di sini dan meninggalkan kuliahku, aku juga ingin melanjutkan apa yang aku inginkan!" suaranya meninggi, dipenuhi kekesalan dan keputusasaan.Paman dan bibinya, yang semula tersenyum lebar, kini saling pandang dengan raut muka yang berubah. Mereka tidak menyangka situasi Vivian seburuk itu. Bibinya, yang selama ini hanya mendengar cerita dari kejauhan, kini menutup mulutnya dengan tangan, m