Share

Bab 5 Vivian Bersumpah

Selama dalam perjalanan, tidak ada yang bersuara di antara keduanya. Semuanya hanya fokus pada pikirannya masing-masing. Vivian menatap ke arah jendela, menikmati pemandangan yang ada. Sedangkan Darryl sengaja tidak menawarkan vivian apapun, bahkan sekedar minuman saja Darryl tidak menawarkan. Ia meminum sendiri air yang ada di mobilnya. Namun tanpa Daryl sadari, ternyata, Vivian jauh lebih pintar dari yang ia pikirkan. Tas rajut yang Vivian bawa ternyata berisi beberapa bungkus roti dan juga beberapa minuman yang ia bawa dari rumah tadi. Ia sudah mengira hal ini akan terjadi, apalagi ketika Noah mengatakan kalau perjalanan ini akan memakan waktu kurang lebih tiga jam.

‘Pinter juga tuh cewek sialan!’ gerutu Darryl seraya terus membawa mobilnya. Sedangkan VIvian terus ,mengunyah roti yang ia pegang tanpa menawarkan pada Darryl.

“Apakah masih lama?” tanya Vivian setelah menghabiskan satu bungkus roti dan satu botol kecil minuman.

“Heem,” jawab Darryl.

“Baiklah, aku tidur saja kalau begitu. Kalau sudah sampai bangunin, ya,” ucap Vivian seraya menyandarkan tubuhnya dengan nyaman, lalu memejamkan matanya. Tentu itu membuat perhatian Darryl teralihkan. BIsa-bisanya dia memerintahkan Darryl untuk membangunkannya, memangnya dia ratu?.

“Aku akan membuangmu nanti,’ucap Darryl

‘Oh, baguslah, jadi aku akan aman tidak usah balik lagi ke kediamanmu,” jawab Vivian seraya terus memejamkan matanya. Merasa kesal mendengar jawaban Vivian, membuat Darryl langsung memukul setir mobilnya karena menahan kesal.

****

“Apakah kau yakin?” tanya Tuan Rahadian.

“Saya sangat yakin Tuan, dan juga saya juga menemukan beberapa pesan mesra antara nona Linda dengan tuan Aldo,” ucap Pak Sam. Tentu Tuan Rahadian langsung percaya dengan apa yang dikatakan pak Sam, apalagi Pak sam sudah bekerja dengannya lebih dari dua puluh tahun, tidak ada gunanya bagi pak Sam membuat cerita seperti itu.

“Ini pesan yang saya temukan di ponsel Nona Linda tuan,”ucap Pak Sam seraya menyerahkan ponselnya.

Terlihat Tuan Rahadian membaca pesan itu secara keseluruhan, ia tidak menyangka jika Linda yang sudah dianggap seperti anaknya sendiri akan berkhianat seperti ini.

“Apakah tuan Darryl berhak tahu masalah ini tuan?” tanya Pak Sam.

“Jangan dulu, kita lihat, sejauh mana hubungan antara Darryl dan juga Vivian, jika Darryl tidak bisa menghargai Vivian, maka tunjukkan semua bukti padanya, namun … Sebelum itu aku ingin meminta dia mencari sendiri kebenaran tentang kecelakan yang menimpa Linda, Apakah orang tua Linda mengetahui hal ini?” tanya Tuan Rahadian.

“Kemungkinan mereka tahu tuan, karena itulah mereka tidak membawa Nona Linda ke rumah sakit di sini, karena beberapa tanda merah itu masih ada yang membekas,” ucap Pak Sam.

“Kau juga selidiki siapa dokter dan polisi yang menangani kecelakaan itu,” ucap Tuan Rahadian.

“Siap Tuan, “seru Pak Sam.

****

“Sedangkan di sisi lain, Darryl dan Vivian kini sudah sampai di rumah sakit yang dikirimkan oleh orang tua Linda waktu itu.

“Hei, sudah sampai! “ ujar Darryl yang langsung membuat Vivian terbangun.

Vivian pun mengusap wajahnya yang memang jarang tersentuh make up. Namun jika Vivian ditatap, kecantikannya sungguh sangat terpancar.

“Ayo masuk! “ ucap Darryl.

“Maaf tuan, anda di depan, kalau saya di depan, saya pastikan anda kana tersesat, “ ucap Vivian seraya menundukkan wajahnya.

“Bilang saja kalau kau buta arah, katrok! “ ujar Darryl seraya melangkah terlebih dahulu dan Vivian mengikuti dari belakang. Darryl memencet tombol lift yang akan membawanya ke ruangan Linda, tentu Darryl yang membiayai perawatan Linda. Sesampainya di depan ruangan Linda yang kebetulan sedikit terbuka, Darryl sedikit mendengar perbincangan mamanya Linda.

“Semoga saja Darryl tidak tahu apa-apa, Pa, “ucap mamanya Linda.

“Tidak tahu apa maksudnya tante? “ tanya Darryl membuat kedua orang tua Linda begitu terkejut.

Tiba-tiba, ibu Linda menoleh ke arah suaminya dengan tatapan penuh kekhawatiran. "Nak Darryl, sejak kapan kamu ada di sini?" tanya ayah Linda dengan suara gemetar, Tentu Vivian sadar bahwa mereka menyembunyikan sesuatu dari Daryyl. "Baru saja, Paman. Bagaimana keadaannya sekarang?" Darryl bertanya dengan ekspresi penuh kepedulian, seraya mendekati ranjang tempat Linda terbaring lemah. Sementara itu, Vivian tampak terpaku di tempatnya, bagaikan patung yang tidak bisa berbicara. Merasakan kecemasan Darryl yang tulus, kedua orang tua Linda menghela nafas lega, berharap bahwa kebohongan mereka belum terbongkar.

"Dokter masih belum bisa memastikan kapan Linda akan sadar, Nak. Kasihan sekali anakku ini, seharusnya dia yang menjadi istrimu sekarang, tapi takdir berkata lain," ucap ibu Linda dengan derai air mata palsu yang mengalir di pipinya. Wajahnya tampak murung dan kesedihan terpancar jelas dari matanya.

Vivian, yang berdiri di samping suaminya, hanya bisa mencibir dengan bibirnya tanpa mengeluarkan suara. Hatinya bergolak, namun ia berusaha keras untuk tidak menunjukkan emosinya di depan ibu Linda.

"Paman dan Bibi, jangan cemas. Kalau Linda sadar, aku akan tetap menikahinya," ucap Darryl seraya melirik ke arah Vivian. Senyuman sinis terukir di wajahnya, berharap wanita itu marah dan cemburu.

Mamanya Linda tersenyum sinis melihat reaksi Vivian. Ia merasa puas melihat wanita yang tidak disukainya itu tersiksa. Dalam hati, ia berharap Linda segera sadar dan menggantikan posisi Vivian sebagai istri Darryl.

Darryl dan mamanya Linda tersenyum puas saat mereka keluar dari ruangan Linda, meninggalkan Vivian untuk menemani dan merawat Linda. Vivian menelan ludah, menegangkan otot wajahnya, dan merasa tidak nyaman dengan perintah yang diberikan kepadanya. Namun, ia tidak punya pilihan selain mengikuti perintah itu.

Sambil menggigit bibir bawahnya, Vivian mulai mengompres tubuh Linda yang terbaring lemah di tempat tidur. Tangan gemetar, hatinya berdebar kencang saat ia mencoba menjalani tugas yang diberikan kepadanya. "Sabar, Vivian. Ini hanya sementara," gumamnya dalam hati.

Namun, syok yang lebih besar menunggu Vivian saat ia mencabut selimut yang menutupi tubuh Linda. Pemandangan yang mengerikan menghampiri matanya. Bekas cupang yang masih terlihat meskipun sudah mulai pudar bertebaran di seluruh tubuh Linda, membuat Vivian merasa ngeri dan iba serta penasaran.

"Bagaimana ini bisa terjadi?" desah Vivian pelan, sambil mengusap bekas cupang dengan hati-hati. Ia tahu pasti siapa yang telah melakukan ini pada Linda, dan rasa penasaran yang mendalam mulai memenuhi hatinya.

Vivian menggigit bibirnya lagi, mencoba untuk tetap tenang dan fokus pada tugas yang diberikan kepadanya. Namun entah apa yang ada dalam pikiran Vivian, ia malah mengambil hambat bekas cupang itu dan menyimpannya di galeri ponselnya. Siapa tahu suatu saat akan berguna untuk dirinya. Setelah selesai membersihkan tubuh Linda, Vivian pun melangkah menuju ke jendela ruangan itu. Menatap pemandangan yang ada.

Beberapa saat, pintu kembali terbuka dan Vivian bisa mendengar suara tawa mamanya Linda. Vivian mengusap air matanya yang entah kenapa mengalir membasahi pipinya.

“Apakah kau sudah melakukan tugasnya? “ tanya mamanya Linda.

“Sudah, “ jawab Vivian.

Sontak papanya Linda teringat, jika masih ada beberapa bekas di bagian dada putrinya itu. Ia melotot ke arah istrinya, berharap istrinya mengerti, namun sepertinya istrinya itu fokus untuk meremehkan Vivian.

“Tuan bisakah aku keluar, aku mau lihat-lihat luar sebentar, “ ucap Vivian.

“Hmm, “ jawab Darryl. Tidak menunggu waktu yang lama Vivian keluar dari ruangan itu. Namun siapa sangka Darryl mengikutinya.

“Kenapa tuan mengikutiku? “ tanya Vivian.

“Kau tidak menyakiti Linda kan?”tanya Darryl membuat langkah Vivian terhenti.

“Atas dasar apa tuan menuduh saya seperti itu? “ tanya Vivian balik.

“Aku mengerti orang sepertimu akan menggunakan segala cara untuk mendapatkan apa yang kalian inginkan. Aku yakin kau sudah melakukan sesuatu pada Linda, kan? Karena itulah kau minta keluar dari ruangannya, aku yakin, sifatmu itu adalah keturunan dari orang tuamu yang tidak mendidikmu dan menjadikanmu wanita….”

Plak…

Satu tamparan kini telah mengenai pipi Darryl untuk pertama kalinya.

Tatapan tajam dengan mata yang merah, Vivian memberanikan diri menatap mata Darryl.

“Saya tidak tahu, didikan seperti apa yang sudah anda terima dari keluarga terhormat anda, sehingga membuat anda selalu berpikiran buruk pada orang lain. Saya miskin, tapi saya selalu diajarkan untuk menghargai orang lain. Jika bukan karena ayah anda meminta saya meneruskan pernikahan ini apakah saya akan bertahan? Cuih… Apakah anda pikir, saya tertarik pada anda?” ucap Vivian dengan begitu emosi, ia langsung pergi meninggalkan Darryl. Vivian tidak ingin Darryl melihatnya menangis. Sedangkan Darryl tidak menyangka akan mendapatkan tamparan dan bahkan wanita itu meludah seolah jijik dan tidak akan tertarik dengannya.

‘Aku berjanji, akan membuat anda menyesal tuan Darryl Rahadian. Kau boleh menghinaku tapi jangan bawa-bawa didikan orang tuaku. Sampai kapanpun, akan aku ingat selalu ucapanmu itu, ‘ batin Vivian.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Pegy Saputra
Keren ceritanya kak
goodnovel comment avatar
Kolom Jembatan
Keren Pak Rahaduian, gak kayak anaknya bengek
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status