"Kata tuan, semoga perasaan nyonya tidak berubah seperti bunga edelweiss ini yang tak pernah mati disetiap musim." Astagfirullah apa-apaan si Reza ini. Bikin malu saja. Mau taruh dimana coba mukaku yang sudah merah ini.Farhan berlalu dan aku masih bengong tak percaya Reza senekat ini. Dari jauh dia mengedipkan mata sambil tangannya berbentuk finger love, itu orang maksudnya apa coba. Sok romantis sekali."Nona tau ga? Konon, edelweiss menjadi simbol cinta sejati, karena mekar dan tidak layu dalam waktu yang lama. Mitos tentang bunga edelweis ini berkembang ketika seseorang memberikan bunga ini pada kekasihnya, maka hubungan dari pasangan kekasih tersebut pun akan abadi." Fatia sudah seperti guru biologi yang menjelaskan bunga edelweiss. Eh, pakai bawa mitos segala.Tak ingin diserbu warga aku pun masuk ke rumah bersama Shaka. Sampai digosipin untuk hati-hati nanti dijadikan istri kedua. Wooi, aku neh bukan istri keduanya, tapi istri sahnya yang sudah dini
Fatia turut mundur tak berani ikut campur, bukannya yang mau konseling artis kesayangan Fatia, kenapa justru tuan terhormat yang datang atau jangan-jangan Fatia ada andil disini. Hm, awas aja kalau benar."Iya, aku memang meminta modelku yang daftar, hanya itu aku bisa bertatap muka langsung denganmu."Hening.Sekarang aku yang bingung memulai darimana pembicaraan ini. Rasanya hatiku masih sakit dengan perlakuannya tiga tahun yang lalu."Maafkan aku ...." kenapa dia jadi mellow begini."Aku memang salah, tapi harusnya sebelum menghilang kau bertanya dulu padaku bukan pergi menjauh dariku begitu saja.""Bagaimana aku masih bisa berfikir waras jika sikapmu seperti itu, selalu menyakitiku." Aku langsung membela diri."Kapan aku menyakitimu ...?"Lagi, dia merasa tidak pernah tersakiti. Begini orang yang selalu hidup bergelimang harta. Kebiasaan semua keinginannya harus dituruti.
Bahkan dikesempatan kedua pun aku masih menyisakan rasa untukmu. Rasa yang harusnya ingin kukubur hingga tak ingin bertemu denganmu lagi. Namun, lagi lagi aku tak bisa mengelak rasa yang ada dihatiku."Maafkan aku yang selalu membuatmu terluka, Nin. Aku tidak ingin jadi gila karena kehilanganmu lagi, aku sadar aku adalah manusia biasa yang masih banyak egoAku berharap kau paham akan itu ...." Dia masih duduk berlutut denganku."Aku bukan tidak paham, tapi tidak mudah bagiku untuk menerima tuan kembali.""Apakah tidak ada kesempatan yang kedua untukku, Nin."Kali ini aku yang dilema. Bahkan dikesempatan yang kedua pun aku masih menyisakan rasa untuknya. Apa serapuh ini aku padanya.&nbs
Entah mengapa aku selalu merasa nyaman dengan dokter Gunawan. Dia selalu bijak memberiku sebuah gambaran untuk kebaikan di masa depanku.Kadang diam pun bukan mengurangi masalah yang ada justru bisa jadi menambah masalah yang baru tanpa ada penyelesaian. Saatnya bagiku berpikir bijak untuk hal ini. Bersama atau berpisah."Bahkan aku siap untuk menjadi penopang dalam hidupmu, dik. Jika Reza kembali mengecewakanmu," sambung dokter Gunawan dengan mantap."Tapi aku tidak akan melepaskan istriku sedikit pun dokter jomlo!" siapa lagi yang berteriak kalau bukan tuan Reza yang terhormat. Dia menenteng dua bungkus makanan. Martabak manis dan martabak telur dia bawa. Niat sekali memang itu orang."Kenapa dokter begitu pucat sekali, sebaik nya dokter istirahat daripada menganggu istri orang." Idiih benar-benar ini orang, Fatia justru senyum-senyum tidak jelas lucu kali melihat dua laki-laki keren yang memperebutkanku.Dua bungkus mak
Tak ingin tetangga berpikir yang tidak-tidak aku terpaksa membangunkannya. Aku bahkan yakin dia hanya pura-pura tidur disamping Shaka."Bangun ...." Dia semakin memeluk erat Shaka."Tuan terhormat, bangun!" aku berteriak sedikit keras ditelinganya. Tak kuat dia akhirnya bangun juga."Ada apa lagi, sayang. Hm?" Ya Allah benar-benar menguji iman ini orang."Sayang, sayang, cepat pulang sana!" Teriakku ketus, benar-benar bikin emosi ini orang."Sabar, sayang. Abang gak akan kemana-mana kok. Sini peluk abang." Astagfirullah benar-benar pecicilan ini si bos resek.Kutarik tangannya, bukan marah dia malah tergelak terta
"Biarkan Nina memilih yang terbaik untuk hidupnya, tidak mudah baginya untuk bertahan sampai saat ini. Jika tuan Adytama cinta, dekati pelan-pelan karena dia sangat mencintai suaminya terlepas dari bagaimana sikapnya selama ini." Ucapan dokter Gunawan memang sangat bijak dan pemikirannya lebih dewasa, pantas Nina merasa nyaman berada di sampingnya. "Jika dia menolakku, maukah pak dokter yang menjaganya." "Bahkan belum tuan minta aku sudah mau. Namun, sayangnya Nina tidak melirikku sedikit pun. Jangan cepat menyerah lah, kejer ampe dapat. Kata orang pepet terus." Dia berucap sambil tersenyum. Tidak salah aku mampir ke tempat penginapannya. Entah mengapa ada secercah harapan dihatiku. Tak sabar menunggu sampai besok. "Semoga berhasil tuan Adytama karena aku juga sudah siap menggantikanmu lahir dan batin." Idiih ini dokter setelah memberi harapan melambung ke udara dia langsung begitu saja menghempaskanku ke bumi.
Malamnya aku sama sekali tidak bisa tidur. Sesekali kupandang bingkisan dari Reza. Aku benar-benar dibuat dilema olehnya. Bingkisan itu berisi gaun putih yang cantik sekali Kombinasi satin dan floral, dilengkapi dengan sepatu hak tinggi. Niat sekali agar aku datang ke tempat peresmiannya. Stelan Shaka juga tak kalah menarik sangat pas dan cocok untuk Shaka jika dipakai. "Gaunnya jangan cuma dilihat saja, nona sayangku." Hm, mulai dah Fatia inih, dia begitu pro dengan mantan tuannya. "Kalau aku jadi nona, aku akan melupakan masa lalu dan kembali pada tuan. Walau bagaimana pun dia juga sama tersiksanya dengan nona." Sejak kapan dia jadi pengamat tuannya si Fatia inih. Jadi semakin mumet bagaimana harus memutuskan. Aku tidak bisa begitu mudah memaafkan, sementara luka yang kurasakan begitu dalam olehnya.
"Kenalkan aku Pricilia kak, boleh kita bicara sebentar," ucapnya melemah. Ada nada memohon di suaranya."Boleh, mari silahkan masuk," jawabku halus.Kami duduk berdua, Shaka masih bermain mobil-mobilan di teras. Fatia langsung menuju dapur untuk menyiapkan ala kadarnya."Kak, maafkan aku sebelumnya yang datang tanpa ada pemberitahuan." Aku hanya membalas dengan senyuman."Kak Reza sebenarnya sangat mencintai kakak. Beberapa kali aku merayunya dia selalu menolak." Aku hanya menyimak apa yang diucapkan, dilihat dari arah dekat Pricilia ini masih muda dan sangat cantik sekali."Malam itu aku menaruh obat perangsang dan memberikan kak Reza alkohol. Aku sebenarnya tahu kak Reza adalah orang yang anti alkohol, tapi karena aku nekat dan tujuanku ingin mendapatkan hatinya akhirnya aku melakukannya tanpa sepengetahuannya. Dan ternyata kak Reza masuk ke dalam perangkapku hingga dia meminum alkohol y