Beranda / Romansa / Pernikahan di Balik Skandal / 1. Pembicaraan Empat Mata

Share

Pernikahan di Balik Skandal
Pernikahan di Balik Skandal
Penulis: Josie Milos

1. Pembicaraan Empat Mata

Eve menyesap sedikit tehnya. Dia mencoba mengacuhkan 4 pasang mata yang tengah memandangnya seakan menunggu sesuatu. Rasanya memang tidak nyaman, tetapi dia juga tidak mungkin kabur dari tempatnya kini duduk.

Eve belum menghitung 2 pasang mata lainnya yang tidak sedang memandangnya sekarang. Sepasang mata bengkak yang menunduk dan sepasang mata yang menengok ke arah lain sambil melipat tangannya di dada. Eve mengenal mereka semua.

“Kita harus bicara 4 mata,” kata Erick. Dia terbiasa mengajak Eve bicara empat mata sebelum memutuskan sesuatu yang besar. Masalah ini sudah mereka bahas sebelumnya, kemarin malam, tetapi Erick ingin memastikan apakah anaknya itu masih belum berubah pikiran.

“Ini tidak akan makan waktu lama, Aksa,” kata Erick pada seorang pria yang seumuran dengannya. Pria itu mengangguk pada Erick lalu membalas anggukan kepala Eve yang penuh hormat padanya.

“Pergilah. Kami akan menunggu di sini.” Aksa kembali memundurkan punggungnya untuk bersandar pada kursinya. Tangannya menggenggam tangan Diana, istrinya, untuk membuat dirinya sendiri tenang.

“Iya, Pa.” Eve mengangguk lalu bangkit berdiri mengikuti Erick yang berjalan di depannya menuju ke ruang kerja Erick.

Ruang kerja Erick sebenarnya bisa dibilang ruang kerja Eve juga karena Eve memang yang banyak mengerjakan urusan perusahaan di ruangan itu. Ruang kerja Erick yang sangat luas itu dipenuhi dengan buku dan berbagai perabotan dari kayu jati asli.

Eve duduk dengan tenang di sofa ruang kerja Erick. Matanya menatap lurus ke depan seakan sudah mengerti apa yang akan dikatakan ayahnya. Gaun merah muda yang dipakainya membuat Eve terlihat seperti gadis remaja.

“Apa yang Papa mau aku lakukan?”

“Ikuti rencana semula. Perubahan hanya pada adanya perjanjian pra-nikah.”

“Iya, Pa.”

Eve memang setuju dengan ayahnya, seperti biasanya. Bisa dibilang cara berpikir mereka mirip, menghadapi masalah dengan memikirkan efek jangka panjang. Efek jangka panjang ini yang sering terlupakan.

Erick memandang putrinya yang mengangguk dengan wajah datar itu. Eve memang jarang menunjukkan ekspresi apapun, terutama di hadapannya, dan jarang protes dengan keputusan yang dibuatnya. Anak itu seakan mengerti posisinya di dalam keluarga Daveno. Tanggung jawabnya yang besar membuatnya harus membereskan kekacauan yang dibuat oleh adik-adiknya.

“Dua tahun, cukup?”

“Papa rasa cukup.”

“Hak asuh di tangan siapa?”

“Kita, Daveno. Aku tidak mau kerja kerasmu sia-sia.”

“Mereka akan menolak.”

“Mungkin pada awalnya. Mereka toh punya cucu dari Darrren jadi ini bukan cucu pertama mereka. Tetapi mereka perlu mempertimbangkan masalah lain, daripada mereka kehilangan cucu. Jalani ini mungkin jalan terbaik yang bisa mereka tempuh menghadapi Aze yang terus-terusan mau menggugurkan kandungannya. Lagipula anak mereka itu juga tidak kalah bersalahnya!”

“Anak ini akan menggunakan nama keluarga mereka, Wongso.”

“Papa tidak keberatan dengan itu. Kita memiliki hubungan yang dekat dengan mereka.”

“Jadi perjanjian harus dibuat sejelas-jelasnya supaya tidak ada perpecahan dengan mereka.”

“Papa tidak mau nenekmu marah besar, Eve.”

Keluarga Wongso dan Daveno bisa dibilang memiliki ikatan persahabatan yang cukup lama dimulai dari ibu Erick dengan ayah Aksa. Hubungan ini berlanjut ke bisnis dan menurun pada anak-anak mereka. Akhirnya keinginan generasi pertama untuk mengeratkan hubungan pertemanan mereka ke dalam sebuah ikatan keluarga dengan perkawinan bisa terwujud, cucu-cucu mereka akan menikah. Meskipun langkah menuju ke pernikahan itu tidak sepenuhnya sesuai dengan rencana semula.

“Aku urus perjanjian pranikah, Papa yang negosiasi dengan mereka. Boleh?” tanya Eve. Meskipun dikatakan dengan nada bertanya, Erick bisa mendengar nada perintah di sana, tetapi dia tidak peduli, Eve memang benar.

“Tentu,” sahut Erick. Urusan keluarga memang seharusnya antar orang tua. Eve sudah cukup tangguh untuk menerima semua keputusan yang tentu tidak terasa adil ini.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
awal yang bagus.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
goodnovel comment avatar
Irwin rogate
ceritanya bag7s
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status