Sore harinya.
Liora kini melamun di ruang keluarga, wanita itu terus memikirkan tentang ucapan Langit, haruskah ia melakukan sesuatu yang nekat seperti Pelangi agar ia bisa bersama dengan Sean? "Malam ini, Kak Sean akan mengenalkan calon istrinya. Mungkin Langit benar, aku harus menurunkan harga diriku demi cintaku. Seharusnya apa yang aku lakukan itu bisa dikatakan perjuangan 'kan? Bukan murahan." Liora bermonolog dengan dirinya sendiri. Setelah lama di ruang keluarga, tiba-tiba ia mendengar suara langkah kaki mendekat yang membuat wanita itu menoleh dan perlahan mengembangkan senyum. "Kak Sean?" Melihat senyum di wajah sang sepupu, Sean hendak balik badan untuk menjauh. Ia tidak ingin Liora terus berharap yang akan semakin menyakiti keduanya. Akan tetapi, sebelum Sean melangkah menjauh. Liora langsung mengejar pria itu dan mencengkram pergelangan tangan pria itu. "Tunggu, Kak!" Sean menatap tangan Liora yang menggenggam tangannya. "Ada apa, Yora?" Liora tersenyum. "Ikut aku, Kak!" Liora menarik pria itu menuju pintu keluar. "Kamu ingin membawaku kemana?" tanya Sean seraya mengikuti langkah wanita itu. "Kita ke taman. Aku ingin memberi Kakak kejutan," ucap Liora. Sean tersenyum sambil menatap wajah Liora dari samping. Ia ingin mencintai wanita itu, namun larangan sepupu menikah di keluarganya membuat Sean memilih untuk memendam perasaannya pada wanita tersebut. Sesampainya di tempat dimana ia dan Liora banyak menghabiskan waktu bersama, Sean mengerutkan kening dan menatap taburan kelopak bunga mawar merah yang membentuk hati di tengah-tengah taman. "Kamu mau apa, Yora?" Sean menatap Liora yang melangkah mendekati bunga mawar merah yang mekar dengan begitu indah di taman tersebut. Mendengar pertanyaan dari sang sepupu, Liora tersenyum. Lalu, ia memetik bunga tersebut dan menatapnya dengan senyum yang begitu sendu. "Meski aku tahu bahwa aku akan di tolak, tapi setidaknya aku sudah berjuang demi cintaku." Liora tersenyum. Setelah itu, Liora balik badan. Ia melangkah mendekati Sean dan berdiri di hadapan pria tersebut. Wanita itu mengembangkan senyum dengan Sean yang menatap Liora dengan wajah datar tanpa ekspresi. "Kamu mau apa?" tanya Sean curiga. Tanpa kata, Liora perlahan menjatuhkan tubuhnya dia hadapan Sean, ia langsung melakukan apa yang Langit katakan padanya, ia ingin membuktikan bahwa perasaannya pada Sean bukan main-main. "I Love You, Kak Sean! Aku mencintaimu dan aku tidak bisa hidup tanpamu. Aku mohon terimalah cintaku, Kak! Jangan menikah dengannya, tapi menikahlah denganku!" Liora bertekuk lutut sambil memberikan satu tangkai bunga mawar merah pada Sean. Ia berharap keajaiban datang padanya, meskipun Liora sadar bahwa keajaiban itu tidak mungkin ada. Melihat perjuangan Liora, Sean ikut terluka. Namun, ia sudah memiliki tekat yang bulat dan memutuskan untuk menjauhi Liora demi kebaikan wanita yang dicintainya tersebut. Air mata Sean hendak jatuh, namun ia segera mengalihkan tatapannya dan langsung melangkahkan kakinya meninggalkan tempat tersebut. Liora yang mendapat penolakan dari pria yang ia cintai, ia tidak kuasa membendung air matanya. Gadis itu menangis sejadi-jadinya hingga membuat Langit yang menatap Liora dari kejauhan menjadi tidak tega dan mengayunkan langkahnya mendekat. Sesampainya di sana, Langit menjatuhkan tubuhnya di hadapan Liora yang sedang duduk bersimpuh sambil menangis pilu. Ia merasa bersalah karena ia berpikir Sean akan luluh jika Liora melakukan sama seperti apa yang Pelangi lakukan, karena saat menatap Liora, ia seakan melihat Pelangi dalam diri wanita itu. "Maaf..." Langit meraih kepala wanita itu, dan langsung mendekapnya erat. Liora yang merasa sesak, tangisan wanita itu semakin kencang hingga membuat Langit memejamkan matanya dan membelai kepala wanita itu erat. "Aku gagal, Lang! Aku gagal." Liora terus menangis dalam dekapan Langit. "Jika Kak Sean bukan jodoh kamu, kamu pasti akan menemukan penggantinya yang lebih baik. Kamu harus sabar," ucap Langit tanpa melepaskan pelukannya. "Mungkin jodohku memang bukan Kak Sean, tapi pria yang telah dijodohkan oleh orang tuaku," ucap Liora sesegukan. "Aku menolaknya karena aku pikir aku bisa mendapatkan Kak Sean, Lang! Tapi nyatanya apa?" Liora terus menerjunkan air matanya tanpa henti. "Kak Sean Sekarang sudah punya calon istri, dan aku pun sama, aku juga akan menyetujui perjodohan orang tuaku," ucap Liora. "Jangan terlalu buru-buru mengambil keputusan, Yora! Aku tidak ingin kamu menyesal!" ucap Langit menasehati. "Aku tidak punya pilihan lain, Lang!" "Bukankah cara melupakan seseorang adalah menemukan yang baru, jadi besok aku akan berangkat ke London untuk menemuinya!" ucap Liora yang masih menangis dalam pelukan Langit. "Apa kamu yakin, Yora?" tanya Langit kembali. Liora menjauhkan kepalanya dari dekapan pria itu, lalu ia tersenyum dan mengangguk sambil menghapus air matanya yang terus jatuh berguguran. "Iya, aku yakin Lang! Aku akan mencoba membuka hati untuk pria lain, agar aku bisa melupakan Kak Sean," jawab Liora seraya menatap Langit sendu. "Ya sudah, kamu jangan sedih lagi! Kamu terlihat jelek kalau nangis seperti ini," ucap Langit, menarik hidung wanita tersebut. Sean yang melihat pemandangan itu dari kejauhan, ia memejamkan matanya erat. Ia tidak menyangka bahwa Liora sangat nekat, bahkan ia mendengarkan ucapan Langit untuk melamarnya lebih dulu demi memperjuangkan cintanya. "Jadi, semua ini ide dari Langit?" Sean yang mendengar obrolan dua sepupunya, ia hanya tersenyum sendu, ia tidak menyangka bahwa Langit memberikan ide konyol pada Liora, dengan Liora yang mendengarkan saran dari pria tersebut. "Aku tidak tahu harus marah atau berterima kasih padamu, Lang! Kamu sudah memberikan ide gila pada Liora, tapi kamu juga yang bisa menenangkan Liora setelah aku membuatnya sedih," ucap Sean. Sean terus memperhatikan dua sepupunya dari kejauhan, hingga tidak lama kemudian ia dikejutkan dengan suara dering ponsel di saku celananya. [Kamu di mana, Nak?] "Aku di luar, Mom! Sebentar lagi masuk," ucap Sean. "Kenapa, Mom?" tanya Sean dengan wajah bingung. [Tidak ada apa-apa. Aku hanya bingung karena mobil kamu sudah ada di halaman, tapi tidak melihat kamu di mana-mana," ucap Freya.] "Tunggu sebentar lagi, Mom! Aku akan segera kembali," ucap Sean. [Iya, Nak! Cepetan masuk! Mommy mau masak. Mommy ingin bertanya tentang apa yang disukai dan yang tidak di sukai oleh calon istrimu," ucap Freya.] "Iya, Mom! Sean akan segera masuk." [Hati-hati, ya!] "Iya." Sambungan terputus. Setelah itu, Sean kembali mengarahkan tatapannya pada Liora, ia merasa sakit saat melihat Liora terus mencoba tersenyum di hadapan Langit, meski air matanya terus berjatuhan tanpa henti. "Maafkan aku, Yora! Aku tidak ingin menyakitimu seperti ini, tapi kita memang tidak di takdirkan untuk bersama. Mungkin, ini memang yang terbaik untuk kita berdua." Sean membatin.Malam Harinya.Sean kini sudah berada di mejan makan bersama keluarganya dengan Langit yang memutuskan untuk menginap di mansion tersebut."Lang, Liora di mana? Kata Tantemu dia bersama kamu?" tanya David (ayah Sean ) menatap keponakannya yang sedang sibuk memainkan ponsel.Langit berhenti bermain ponsel, ia beralih menatap sang Om dengan senyum yang mengukir bibirnya. "Liora payah hati, Om! Dia sedang ... "Pletak ...Centong nasi melayang di kepalanya. "Apa sih, Om! Aku 'kan cuma ... ""Mau Om tambah?" tanya David menaik turunkan alisanya."Nggak Om, aku diam nih, aku diam!" ucap Langit pasrah."Ratu ... Coba kamu lihat Liora ke kamarnya, Nak!" perintah Freya pada putri bungsunya."Tidak perlu, Tante! Yora di sini."Liora mencoba menerbitkan senyum, lalu ia melangkah menuju kursi yang biasa ia duduki. Namun, setelah mengingat Sean memilih wanita lain, wanita itu mengayunkan langkahnya mendekati Langit dan langsung duduk di samping pria tersebut.Langit menoleh, lalu menatap Liora de
"Kak Sean, akhirnya kamu datang!" ucap Liora tersenyum dengan mata yang masih memancarkan kesedihan.Sementara pria itu menutup pintu kamar hotel, lalu melangkah mendekati Liora dan langsung menarik Liora dalam dekapannya."Kenapa kau mengkhianati Cintaku? Aku sangat mencintaimu, sangat sangat mencintaimu," ucap pria tersebut.Pria yang dianggap Sean oleh Liora itu juga terlihat kacau, ia juga mabuk dan salah memasuki kamar Liora, hingga pria itu melihat Liora seperti wajah kekasihnya."Aku juga sangat mencintaimu, Kak! Tapi pertanyaanmu itu kamu terbalik, seharusnya aku yang bertanya seperti itu sama kamu, kenapa kamu mengkhianati ku dan memilih wanita lain untuk menjadi istrimu? Padahal, kamu sangat tahu bahwa aku itu tidak bisa hidup tanpa kamu, Kak." Liora menatap pria itu sendu."Dan lihat, karena aku terlalu mencintai Kak Sean aku dikhianati kembali," ucap Liora seraya mendorong tubuh pria tersebut hingga jatuh ke tempat tidur."Kak Sean?" Pria itu mengerutkan kening, dengan t
Keesokan harinya.Liora menggeliat, lalu ia menguap dan mengerjap-ngerjapkan mata untuk menyesuaikan penglihatannya dengan keadaan sekitar.Wanita itu mengerutkan kening saat ia tidak sengaja menyentuh sebuah tangan yang melingkar di pinggangnya. "Tangan siapa ini?"Jantung Liora berdetak tak karuan, ia yang tidur memunggungi Ronald, kini perlahan membalik tubuhnya, hingga tanpa sengaja hidung wanita itu bersentuhan dengan hidung pria yang telah menghabiskan malam dengannya.Liora begitu terkejut saat melihat keberadaan Ronald, hingga tanpa sadar wanita itu langsung mendorong tubuh Ronald, yang membuat pria itu jatuh dari tempat tidur sampai berhasil membuat pria itu terbangun dari mimpinya."Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Liora saat pria itu bangkit dari posisinya sambil mengucek-ngucek matanya untuk menyesuaikan penglihatannya."Duh, kenapa aku bisa jatuh dari tempat tidur sih, dan kenapa aku seperti mendengar orang yang sedang ngomel-ngomel?" Ronald masih setengah sadar.Li
Satu Bulan Berlalu.Liora memutuskan untuk kembali ke rumah orang tuanya di Indonesia setelah kejadian di malam itu bersama Ronald. Ia ingin membuang kenangannya bersama Sean, Gala maupun seseorang yang telah merenggut kesuciannya.Wanita itu fokus berkarir, dan tidak pernah berencana untuk menikah, sikapnya dingin pada semua pria membuat Adrian dan Raya ( Orang tua Liora ) khawatir pada sang putri, bahkan wanita itu selalu menolak setiap kali Adrian dan Raya mengatur perjodohan untuk putrinya tersebut.Beberapa kali Raya mencoba menjodohkan Liora, namun berakhir kegagalan karena Liora selalu membuat pria yang dijodohkan dengannya ketakutan.***Pagi hariLiora kini sarapan dengan keluarganya, wajah ceria yang biasa Liora tampakkan, kini menghilang entah kemana. Sejak pernikahan Sean dan Kematian Gala, sikap Liora berubah dingin hingga tidak ada sedikitpun senyuman di wajah wanita tersebut."Dek, apa kamu ingin berangkat bersamaku ke kantor?" tanya Marcell ( Kakak kandung Liora ) me
Setelah meeting selesai, Liora membereskan berkas-berkas yang berserakan di atas meja, dengan Ronald yang terus memandangi wajah wanita yang pernah ia tiduri. "Pantas saja kamu ingin membayar ku malam itu, ternyata kamu dari keluarga Aditama. Aku tidak menyangka kalau Tuan Adrian Aditama memiliki putri arogan dan suka mengambil keuntungan dari orang lain." Ronald menarik sebelah sudut bibirnya. Sementara Liora, ia langsung menghentikan gerakan tangannya mendengar ucapan Ronald, dan menatap pria itu dengan begitu tajam. "Apa maksudmu?" tanya Liora. "Aku tidak punya maksud apa-apa, hanya saja aku sadar bahwa kamu tidak mungkin sembarangan menikah dengan pria yatim piatu sepertiku." Ronald menatap Liora sinis. Sementara Liora hanya menghela nafas mendengar ucapan pria tersebut. "Asalkan kamu tahu, aku tidak pernah menilai seseorang dari segi kasta atau apapun itu yang bersangkutan dengan derajat. Tapi, aku sudah memutuskan untuk melajang seumur hidup, dan tidak ingin berurusan den
Liora terus memberontak dan mencoba melepaskan diri dari Ronald. Namun, pria itu seakan tuli, ia kini membawa Liora masuk ke dalam mobil dengan Liora yang terus menatap pria itu tajam."Ronald, apa-apaan kamu? Lepaskan aku!" Liora tidak berhenti memberontak."Sudah diam! Aku tidak akan menyakitimu! Jadi, patuhlah! Aku hanya menginginkan yang terbaik," ucap Ronald."Terbaik?" Wajah Liora memerah penuh amarah."Terbaik dengan mengikatku seperti ini, hah?"Tanpa menjawab ucapan Liora, Ronald kini menghidupkan mesin mobilnya, lalu ia melajukan mobil perlahan dan meninggalkan rumah sakit tersebut."Turunkan aku, kamu mau membawaku ke ke mana?"Ronald tidak menjawab, ia hanya menghubungi sekretarisnya dan meminta sang sekretaris untuk menyiapkan sesuatu yang ia butuhkan."Apa maksudmu meminta sekretaris kamu untuk menyiapkan KK dan KTP segala?""Sudah diam!""Aku tidak mau ya kabur sama kamu!" Liora terus terus untuk melepaskan diri, namun ia tidak berhasil hingga beberapa saat kemudi mobil
Kak Sean ... aku mencintaimu! Aku mohon terimalah cintaku! Jangan menikah dengannya, tapi menikahlah denganku!"Liora menjatuhkan tubuhnya dan bertekuk lutut di hadapan pria yang sangat ia cintai, ia mengangkat tangannya dengan memegang sebuah cincin, berharap Sean menerima lamarannya.Sean menoleh, menatap Liora, yang statusnya masih sepupu, kini berusaha untuk mengejarnya."Maaf, Yora! Aku tidak bisa."Sean menatap sepupunya tidak tega, air matanya hendak jatuh namun ia segera mengalihkan tatapannya dari wanita itu, lalu melangkahkan kakinya meninggalkan tempat tersebut.Sementara Liora terdiam, ia menatap punggung Sean yang menjauh, lalu ia bersimpuh dengan air mata yang mulai mengalir dari kedua pelupuk matanya."Kenapa kamu begitu tega, Kak? Aku begitu mencintaimu hingga aku tidak bisa mencintai orang lain." Liora menangis terisak-isak, hingga tubuh wanita itu bergetar hebat karena patah hati yang sangat membuatnya sakit.Setelah mendapatkan penolakan dari Sean, Liora perlahan ba
Setelah mendapatkan Penolakan dari Sean, Liora melangkahkan memasuki mansion dengan wajah kesal."Yora, wey ... !"Liora yang mendengar namanya dipanggil, ia langsung menoleh dan menatap seorang pria yang duduk di sofa ruang keluarga dengan kaki yang dinaikkan ke atas meja."Langit?" Liora mengerutkan kening. Lalu, ia melangkahkan kakinya mendekati pria yang memanggilnya tersebut.Sementara, pria itu langsung beranjak dan berdiri di hadapan Liora sambil tersenyum yang terlihat menyebalkan di mata Liora. "Kamu ngapain di sini?" tanya Liora."Kenapa kamu terkejut? Aku di sini ya karena ini rumah Om ku, lah ...," ucap Langit ( Sepupu Sean dari Daddy, Sementara Liora Sepupu Sean dari Mommy)."Males ngomong sama kamu! Mana Mentari? Dia di sini 'kan?" tanya Liora menanyakan kakak kandung Langit sekaligus sahabatnya tersebut."Aku ke sini sendiri, lagi pula aku sudah lama di Paris, hanya saja aku baru sempat mampir," jawab pria itu."Jika kamu sudah lama di Paris, kenapa kamu tidak tinggal d
Liora terus memberontak dan mencoba melepaskan diri dari Ronald. Namun, pria itu seakan tuli, ia kini membawa Liora masuk ke dalam mobil dengan Liora yang terus menatap pria itu tajam."Ronald, apa-apaan kamu? Lepaskan aku!" Liora tidak berhenti memberontak."Sudah diam! Aku tidak akan menyakitimu! Jadi, patuhlah! Aku hanya menginginkan yang terbaik," ucap Ronald."Terbaik?" Wajah Liora memerah penuh amarah."Terbaik dengan mengikatku seperti ini, hah?"Tanpa menjawab ucapan Liora, Ronald kini menghidupkan mesin mobilnya, lalu ia melajukan mobil perlahan dan meninggalkan rumah sakit tersebut."Turunkan aku, kamu mau membawaku ke ke mana?"Ronald tidak menjawab, ia hanya menghubungi sekretarisnya dan meminta sang sekretaris untuk menyiapkan sesuatu yang ia butuhkan."Apa maksudmu meminta sekretaris kamu untuk menyiapkan KK dan KTP segala?""Sudah diam!""Aku tidak mau ya kabur sama kamu!" Liora terus terus untuk melepaskan diri, namun ia tidak berhasil hingga beberapa saat kemudi mobil
Setelah meeting selesai, Liora membereskan berkas-berkas yang berserakan di atas meja, dengan Ronald yang terus memandangi wajah wanita yang pernah ia tiduri. "Pantas saja kamu ingin membayar ku malam itu, ternyata kamu dari keluarga Aditama. Aku tidak menyangka kalau Tuan Adrian Aditama memiliki putri arogan dan suka mengambil keuntungan dari orang lain." Ronald menarik sebelah sudut bibirnya. Sementara Liora, ia langsung menghentikan gerakan tangannya mendengar ucapan Ronald, dan menatap pria itu dengan begitu tajam. "Apa maksudmu?" tanya Liora. "Aku tidak punya maksud apa-apa, hanya saja aku sadar bahwa kamu tidak mungkin sembarangan menikah dengan pria yatim piatu sepertiku." Ronald menatap Liora sinis. Sementara Liora hanya menghela nafas mendengar ucapan pria tersebut. "Asalkan kamu tahu, aku tidak pernah menilai seseorang dari segi kasta atau apapun itu yang bersangkutan dengan derajat. Tapi, aku sudah memutuskan untuk melajang seumur hidup, dan tidak ingin berurusan den
Satu Bulan Berlalu.Liora memutuskan untuk kembali ke rumah orang tuanya di Indonesia setelah kejadian di malam itu bersama Ronald. Ia ingin membuang kenangannya bersama Sean, Gala maupun seseorang yang telah merenggut kesuciannya.Wanita itu fokus berkarir, dan tidak pernah berencana untuk menikah, sikapnya dingin pada semua pria membuat Adrian dan Raya ( Orang tua Liora ) khawatir pada sang putri, bahkan wanita itu selalu menolak setiap kali Adrian dan Raya mengatur perjodohan untuk putrinya tersebut.Beberapa kali Raya mencoba menjodohkan Liora, namun berakhir kegagalan karena Liora selalu membuat pria yang dijodohkan dengannya ketakutan.***Pagi hariLiora kini sarapan dengan keluarganya, wajah ceria yang biasa Liora tampakkan, kini menghilang entah kemana. Sejak pernikahan Sean dan Kematian Gala, sikap Liora berubah dingin hingga tidak ada sedikitpun senyuman di wajah wanita tersebut."Dek, apa kamu ingin berangkat bersamaku ke kantor?" tanya Marcell ( Kakak kandung Liora ) me
Keesokan harinya.Liora menggeliat, lalu ia menguap dan mengerjap-ngerjapkan mata untuk menyesuaikan penglihatannya dengan keadaan sekitar.Wanita itu mengerutkan kening saat ia tidak sengaja menyentuh sebuah tangan yang melingkar di pinggangnya. "Tangan siapa ini?"Jantung Liora berdetak tak karuan, ia yang tidur memunggungi Ronald, kini perlahan membalik tubuhnya, hingga tanpa sengaja hidung wanita itu bersentuhan dengan hidung pria yang telah menghabiskan malam dengannya.Liora begitu terkejut saat melihat keberadaan Ronald, hingga tanpa sadar wanita itu langsung mendorong tubuh Ronald, yang membuat pria itu jatuh dari tempat tidur sampai berhasil membuat pria itu terbangun dari mimpinya."Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Liora saat pria itu bangkit dari posisinya sambil mengucek-ngucek matanya untuk menyesuaikan penglihatannya."Duh, kenapa aku bisa jatuh dari tempat tidur sih, dan kenapa aku seperti mendengar orang yang sedang ngomel-ngomel?" Ronald masih setengah sadar.Li
"Kak Sean, akhirnya kamu datang!" ucap Liora tersenyum dengan mata yang masih memancarkan kesedihan.Sementara pria itu menutup pintu kamar hotel, lalu melangkah mendekati Liora dan langsung menarik Liora dalam dekapannya."Kenapa kau mengkhianati Cintaku? Aku sangat mencintaimu, sangat sangat mencintaimu," ucap pria tersebut.Pria yang dianggap Sean oleh Liora itu juga terlihat kacau, ia juga mabuk dan salah memasuki kamar Liora, hingga pria itu melihat Liora seperti wajah kekasihnya."Aku juga sangat mencintaimu, Kak! Tapi pertanyaanmu itu kamu terbalik, seharusnya aku yang bertanya seperti itu sama kamu, kenapa kamu mengkhianati ku dan memilih wanita lain untuk menjadi istrimu? Padahal, kamu sangat tahu bahwa aku itu tidak bisa hidup tanpa kamu, Kak." Liora menatap pria itu sendu."Dan lihat, karena aku terlalu mencintai Kak Sean aku dikhianati kembali," ucap Liora seraya mendorong tubuh pria tersebut hingga jatuh ke tempat tidur."Kak Sean?" Pria itu mengerutkan kening, dengan t
Malam Harinya.Sean kini sudah berada di mejan makan bersama keluarganya dengan Langit yang memutuskan untuk menginap di mansion tersebut."Lang, Liora di mana? Kata Tantemu dia bersama kamu?" tanya David (ayah Sean ) menatap keponakannya yang sedang sibuk memainkan ponsel.Langit berhenti bermain ponsel, ia beralih menatap sang Om dengan senyum yang mengukir bibirnya. "Liora payah hati, Om! Dia sedang ... "Pletak ...Centong nasi melayang di kepalanya. "Apa sih, Om! Aku 'kan cuma ... ""Mau Om tambah?" tanya David menaik turunkan alisanya."Nggak Om, aku diam nih, aku diam!" ucap Langit pasrah."Ratu ... Coba kamu lihat Liora ke kamarnya, Nak!" perintah Freya pada putri bungsunya."Tidak perlu, Tante! Yora di sini."Liora mencoba menerbitkan senyum, lalu ia melangkah menuju kursi yang biasa ia duduki. Namun, setelah mengingat Sean memilih wanita lain, wanita itu mengayunkan langkahnya mendekati Langit dan langsung duduk di samping pria tersebut.Langit menoleh, lalu menatap Liora de
Sore harinya.Liora kini melamun di ruang keluarga, wanita itu terus memikirkan tentang ucapan Langit, haruskah ia melakukan sesuatu yang nekat seperti Pelangi agar ia bisa bersama dengan Sean?"Malam ini, Kak Sean akan mengenalkan calon istrinya. Mungkin Langit benar, aku harus menurunkan harga diriku demi cintaku. Seharusnya apa yang aku lakukan itu bisa dikatakan perjuangan 'kan? Bukan murahan." Liora bermonolog dengan dirinya sendiri.Setelah lama di ruang keluarga, tiba-tiba ia mendengar suara langkah kaki mendekat yang membuat wanita itu menoleh dan perlahan mengembangkan senyum."Kak Sean?"Melihat senyum di wajah sang sepupu, Sean hendak balik badan untuk menjauh. Ia tidak ingin Liora terus berharap yang akan semakin menyakiti keduanya.Akan tetapi, sebelum Sean melangkah menjauh. Liora langsung mengejar pria itu dan mencengkram pergelangan tangan pria itu. "Tunggu, Kak!"Sean menatap tangan Liora yang menggenggam tangannya. "Ada apa, Yora?"Liora tersenyum. "Ikut aku, Kak!" L
Di belahan dunia lain, terdapat seorang CEO muda duduk di kursi kebesarannya dengan sekretaris yang berdiri di samping pria tersebut."Aku mau pulang lebih awal. Aku akan ke butik, aku akan memberi kejutan pada calon istriku!" ucap Pria itu tersenyum."Apa perlu aku antar, Tuan?" tanya sang sekretaris."Tidak, tidak perlu. Aku ingin mengemudi sendiri hari ini, kamu selesaikan saja pekerjaan di sini," titah Pria tersebut."Baik, Tuan!" jawab sang sekretaris sambil membungkukkan sedikit tubuhnya.Setelah itu, Ia balik badan dan mengayunkan langkahnya menuju pintu keluar dengan para karyawan yang menunduk hormat saat pria itu melewati mereka.***Ronald Cullen, seorang pengusaha sukses di usianya yang masih muda. Pria itu memiliki kekasih yang bernama Sherly. Ia sangat mencintai wanita itu dan selalu mengabulkan apapun yang di inginkan oleh wanita tersebut.Setelah selesai bekerja, Ronald berencana untuk mengajak sang kekasih makan malam bersama. Pria itu sengaja tidak memberi kabar
Setelah mendapatkan Penolakan dari Sean, Liora melangkahkan memasuki mansion dengan wajah kesal."Yora, wey ... !"Liora yang mendengar namanya dipanggil, ia langsung menoleh dan menatap seorang pria yang duduk di sofa ruang keluarga dengan kaki yang dinaikkan ke atas meja."Langit?" Liora mengerutkan kening. Lalu, ia melangkahkan kakinya mendekati pria yang memanggilnya tersebut.Sementara, pria itu langsung beranjak dan berdiri di hadapan Liora sambil tersenyum yang terlihat menyebalkan di mata Liora. "Kamu ngapain di sini?" tanya Liora."Kenapa kamu terkejut? Aku di sini ya karena ini rumah Om ku, lah ...," ucap Langit ( Sepupu Sean dari Daddy, Sementara Liora Sepupu Sean dari Mommy)."Males ngomong sama kamu! Mana Mentari? Dia di sini 'kan?" tanya Liora menanyakan kakak kandung Langit sekaligus sahabatnya tersebut."Aku ke sini sendiri, lagi pula aku sudah lama di Paris, hanya saja aku baru sempat mampir," jawab pria itu."Jika kamu sudah lama di Paris, kenapa kamu tidak tinggal d