"Kak Sean, akhirnya kamu datang!" ucap Liora tersenyum dengan mata yang masih memancarkan kesedihan.
Sementara pria itu menutup pintu kamar hotel, lalu melangkah mendekati Liora dan langsung menarik Liora dalam dekapannya. "Kenapa kau mengkhianati Cintaku? Aku sangat mencintaimu, sangat sangat mencintaimu," ucap pria tersebut. Pria yang dianggap Sean oleh Liora itu juga terlihat kacau, ia juga mabuk dan salah memasuki kamar Liora, hingga pria itu melihat Liora seperti wajah kekasihnya. "Aku juga sangat mencintaimu, Kak! Tapi pertanyaanmu itu kamu terbalik, seharusnya aku yang bertanya seperti itu sama kamu, kenapa kamu mengkhianati ku dan memilih wanita lain untuk menjadi istrimu? Padahal, kamu sangat tahu bahwa aku itu tidak bisa hidup tanpa kamu, Kak." Liora menatap pria itu sendu. "Dan lihat, karena aku terlalu mencintai Kak Sean aku dikhianati kembali," ucap Liora seraya mendorong tubuh pria tersebut hingga jatuh ke tempat tidur. "Kak Sean?" Pria itu mengerutkan kening, dengan tubuh yang mencoba bangkit dari tempat tidur. "Jadi nama selingkuhanmu itu Sean?" tanya Pria itu yang melangkah mendekati Liora. "Selingkuhan?" Liora bingung dengan tangan yang memegang kepalanya dengan tubuh yang terseok-seok. "Iya, Selingkuhanmu itu Sean 'kan? Jangan panggil aku Ronald jika aku tidak bisa membuatmu menjadi milikku malam ini," ucap Pria itu tersenyum sinis. Liora tertawa mendengar ucapan Ronald. Lalu, ia mendorong tubuh Ronald kembali hingga pria itu jatuh terlentang di atas tempat tidur dengan Liora yang langsung menimpa tubuh pria itu. "Aku tidak memanggilmu Ronald, aku memanggilmu Kak Sean, lalu di mana salahnya? Kamu itu Kak Sean 'kan?" tanya Liora dengan jarak wajah yang begitu lekat. "Kamu itu mabuk Sherly! Terserah kamu mau memanggilku apa! Aku tidak peduli." Setelah itu, Ronald membalik tubuh Liora hingga kini wanita itu kini berada di bawah kungkungan pria tersebut. Lalu, Ronald langsung mendekatkan bibirnya hingga bibir keduanya kini menempel sempurna dengan Ronald yang melu@tnya habis. "Ini 'kan yang kamu inginkan?" tanya Ronald dengan senyum penuh luka. Liora yang menatap Ronald seperti Sean, ia langsung menganggukkan kepala dengan wajah yang begitu berbinar. "Iya, bahkan aku menginginkan lebih." Liora tersenyum tanpa mengalihkan tatapannya dari Ronald. Ronald yang sedang patah hati dan mabuk berat, tanpa berpikir panjang, ia langsung menyerang Liora dengan Liora yang menyambutnya dengan senang hati. Kedua insan yang sama-sama patah hati dan terpengaruh dengan alkohol itu, kini benar-benar melakukan sesuatu yang seharusnya tidak dilakukan di luar pernikahan. Baik Ronald maupun Liora sama-sama senang dan melakukan layaknya suami istri yang sesungguhnya. "Terima kasih, Sayang!" ucap Ronald yang kini menoleh pada Liora. "Aku yang seharusnya berterima kasih, karena akhirnya Kak Sean sadar bahwa aku hanya menginginkan Kak Sean bukan yang lain." Ronald yang mendengar Liora memanggilnya dengan nama Sean, ia langsung menarik Liora dalam dekapannya. "Kenapa kamu masih menyebutku Sean, kamu masih mabuk ya? Aku ini Ronald, bukan Sean." Liora tergelak mendengar ucapan Ronald. "Aku memang mabuk, Kak! Makanya aku pusing," ucap Liora yang mencoba menjauhkan tubuh Ronald dari tubuhnya. "Sherly, kenapa kamu mendorongku, aku hanya ingin memelukmu." Ronald menatap Liora dengan wajah sendu. Liora yang mendengar Ronald kembali memanggilnya Sherly, ia memanyunkan bibirnya. "Kenapa Kak Sean terus memanggilku Sherly? Aku ini Liora, Kak! Aku Liora." Liora mengerucutkan bibirnya. Ronald mencoba mengucek-ngucek matanya, dan sesekali ia melihat wajah Liora yang bukan Sherly, tapi beberapa saat kemudian wajah Liora berubah menjadi Sherly kembali hingga membuat Ronald memejamkan matanya. "Sudahlah, kita tidur saja! Aku sangat pusing," ucap Ronald. Liora menganggukkan kepalanya dengan senyum yang selalu tersemat di bibirnya. "Boleh aku tidur sambil memeluk Kakak?" Liora menatap Ronald manja. Ronald tersenyum. "Tentu saja. Aku juga ingin tidur sambil memelukmu." Ronald menarik tubuh Liora hingga mereka kini tidur seranjang berdua seperti suami istri pada umumnya. "Kamu tahu, tidak? Sebenarnya aku sangat ingin marah padamu, tapi setelah aku tahu kamu tidak tersentuh oleh pria manapun, aku tidak bisa marah, apalagi membencimu." Ronald tersenyum. Liora pun menyentuh dada bidang Ronald, lalu ia memainkan jari jemarinya di sana dengan Ronald yang menikmati sentuhan wanita tersebut. "Bagaimana mungkin aku bisa di sentuh pria lain, Kak? Aku tidak mungkin mengizinkannya, karena aku hanya mencintai Kakak dan aku tidak mungkin bisa mencintai pria lain selain Kakak," ucap Liora tersenyum. Ronald pun juga terus mengembangkan senyum, sambil membelai rambut wanita yang dikira kekasihnya tersebut dengan begitu lembut. "Aku pikir kamu selingkuh, makanya aku marah sama kamu tadi." "Rasanya aku belum bisa percaya bahwa aku yang menyentuhmu pertama kalinya. Maaf, jika tadi aku kasar," ucap Ronald setengah sadar. "Memanggil aku bisa selingkuh dengan siapa, Kak? Sekalipun aku dekat dengan Langit, tapi dia sudah ku anggap seperti adikku sendiri," ucap Liora. "Langit? Siapa Langit? Kenapa kamu bicara semakin ngawur? Tadi kamu bilang pria itu Sean, sekarang langit." Ronald memegang kepalanya yang terasa berputar. "Apa mungkin aku sedang bermimpi?" Mendengar ucapan Ronald, Liora tertawa melempem. "Kamu benar, Kak! Sepertinya kita berada di dunia mimpi. Jika kita di dunia nyata, Kakak mana mungkin mau dekat denganku?" Liora tiba-tiba memasang wajah sedihnya kembali. "Kapan aku tidak mau dekat denganmu? Aku memang selalu sibuk bekerja, tapi aku tidak pernah melupakan kamu," ucap Ronald. "Kakak bohong, buktinya Kakak memilih wanita lain," ucap Liora sendu. "Tidak. Tidak ada wanita lain. Kamu satu-satunya wanita yang aku cintai," ucap Ronald. "Benar?" tanya Liora manja. "He'em," jawab Ronald. "Mimpi kita sudah kemana-mana, Sayang. Lebih baik kita tidur tenang yok!" ajak Ronald. Liora mengangguk-anggukkan kepalanya. "Tapi jika ini dunia nyata, bagaimana jika aku hamil, Kak? Dalam mimpi ini kita tidak memakai pengaman." Liora memejamkan mata dalam pelukan Ronald, dengan salah satu lengan Ronald yang menjadi bantalan. "Aku akan tanggung jawab," ucap Ronald dengan mata yang juga mulai terpejam. "Jika semua orang menentang kita?" Mata Liora kembali terbuka. Namun, masih belum sadar. "Aku akan tetap menikahi kamu," ucap Ronald. "Yakin?" tanya Liora manja. "Sangat Yakin," jawab Ronald sambil mengangguk-anggukan kepalanya. "Terima kasih, Kak! Kakak memang yang terbaik," ucap Liora dengan senyum sumringah. "Sama-sama." Ronald mengecup kepala Liora dengan Liora yang semakin menenggelamkan kepalanya dalam dada bidang pria tersebut. "Meskipun ini dunia nyata setidaknya aku lega, karena Kakak mau menikahiku," ucap Liora tersenyum. "Aku tidak akan pernah meninggalkan kamu sendirian, apalagi sampai menanggung kesalahan karenaku," ucap Ronald. "Terima kasih, Kak!" Liora tersenyum. "He'em," jawab Ronald seiring kesadaran keduanya yang menghilang.Kak Sean ... aku mencintaimu! Aku mohon terimalah cintaku! Jangan menikah dengannya, tapi menikahlah denganku!"Liora menjatuhkan tubuhnya dan bertekuk lutut di hadapan pria yang sangat ia cintai, ia mengangkat tangannya dengan memegang sebuah cincin, berharap Sean menerima lamarannya.Sean menoleh, menatap Liora, yang statusnya masih sepupu, kini berusaha untuk mengejarnya."Maaf, Yora! Aku tidak bisa."Sean menatap sepupunya tidak tega, air matanya hendak jatuh namun ia segera mengalihkan tatapannya dari wanita itu, lalu melangkahkan kakinya meninggalkan tempat tersebut.Sementara Liora terdiam, ia menatap punggung Sean yang menjauh, lalu ia bersimpuh dengan air mata yang mulai mengalir dari kedua pelupuk matanya."Kenapa kamu begitu tega, Kak? Aku begitu mencintaimu hingga aku tidak bisa mencintai orang lain." Liora menangis terisak-isak, hingga tubuh wanita itu bergetar hebat karena patah hati yang sangat membuatnya sakit.Setelah mendapatkan penolakan dari Sean, Liora perlahan ba
Setelah mendapatkan Penolakan dari Sean, Liora melangkahkan memasuki mansion dengan wajah kesal."Yora, wey ... !"Liora yang mendengar namanya dipanggil, ia langsung menoleh dan menatap seorang pria yang duduk di sofa ruang keluarga dengan kaki yang dinaikkan ke atas meja."Langit?" Liora mengerutkan kening. Lalu, ia melangkahkan kakinya mendekati pria yang memanggilnya tersebut.Sementara, pria itu langsung beranjak dan berdiri di hadapan Liora sambil tersenyum yang terlihat menyebalkan di mata Liora. "Kamu ngapain di sini?" tanya Liora."Kenapa kamu terkejut? Aku di sini ya karena ini rumah Om ku, lah ...," ucap Langit ( Sepupu Sean dari Daddy, Sementara Liora Sepupu Sean dari Mommy)."Males ngomong sama kamu! Mana Mentari? Dia di sini 'kan?" tanya Liora menanyakan kakak kandung Langit sekaligus sahabatnya tersebut."Aku ke sini sendiri, lagi pula aku sudah lama di Paris, hanya saja aku baru sempat mampir," jawab pria itu."Jika kamu sudah lama di Paris, kenapa kamu tidak tinggal d
Di belahan dunia lain, terdapat seorang CEO muda duduk di kursi kebesarannya dengan sekretaris yang berdiri di samping pria tersebut."Aku mau pulang lebih awal. Aku akan ke butik, aku akan memberi kejutan pada calon istriku!" ucap Pria itu tersenyum."Apa perlu aku antar, Tuan?" tanya sang sekretaris."Tidak, tidak perlu. Aku ingin mengemudi sendiri hari ini, kamu selesaikan saja pekerjaan di sini," titah Pria tersebut."Baik, Tuan!" jawab sang sekretaris sambil membungkukkan sedikit tubuhnya.Setelah itu, Ia balik badan dan mengayunkan langkahnya menuju pintu keluar dengan para karyawan yang menunduk hormat saat pria itu melewati mereka.***Ronald Cullen, seorang pengusaha sukses di usianya yang masih muda. Pria itu memiliki kekasih yang bernama Sherly. Ia sangat mencintai wanita itu dan selalu mengabulkan apapun yang di inginkan oleh wanita tersebut.Setelah selesai bekerja, Ronald berencana untuk mengajak sang kekasih makan malam bersama. Pria itu sengaja tidak memberi kabar
Sore harinya.Liora kini melamun di ruang keluarga, wanita itu terus memikirkan tentang ucapan Langit, haruskah ia melakukan sesuatu yang nekat seperti Pelangi agar ia bisa bersama dengan Sean?"Malam ini, Kak Sean akan mengenalkan calon istrinya. Mungkin Langit benar, aku harus menurunkan harga diriku demi cintaku. Seharusnya apa yang aku lakukan itu bisa dikatakan perjuangan 'kan? Bukan murahan." Liora bermonolog dengan dirinya sendiri.Setelah lama di ruang keluarga, tiba-tiba ia mendengar suara langkah kaki mendekat yang membuat wanita itu menoleh dan perlahan mengembangkan senyum."Kak Sean?"Melihat senyum di wajah sang sepupu, Sean hendak balik badan untuk menjauh. Ia tidak ingin Liora terus berharap yang akan semakin menyakiti keduanya.Akan tetapi, sebelum Sean melangkah menjauh. Liora langsung mengejar pria itu dan mencengkram pergelangan tangan pria itu. "Tunggu, Kak!"Sean menatap tangan Liora yang menggenggam tangannya. "Ada apa, Yora?"Liora tersenyum. "Ikut aku, Kak!" L
Malam Harinya.Sean kini sudah berada di mejan makan bersama keluarganya dengan Langit yang memutuskan untuk menginap di mansion tersebut."Lang, Liora di mana? Kata Tantemu dia bersama kamu?" tanya David (ayah Sean ) menatap keponakannya yang sedang sibuk memainkan ponsel.Langit berhenti bermain ponsel, ia beralih menatap sang Om dengan senyum yang mengukir bibirnya. "Liora payah hati, Om! Dia sedang ... "Pletak ...Centong nasi melayang di kepalanya. "Apa sih, Om! Aku 'kan cuma ... ""Mau Om tambah?" tanya David menaik turunkan alisanya."Nggak Om, aku diam nih, aku diam!" ucap Langit pasrah."Ratu ... Coba kamu lihat Liora ke kamarnya, Nak!" perintah Freya pada putri bungsunya."Tidak perlu, Tante! Yora di sini."Liora mencoba menerbitkan senyum, lalu ia melangkah menuju kursi yang biasa ia duduki. Namun, setelah mengingat Sean memilih wanita lain, wanita itu mengayunkan langkahnya mendekati Langit dan langsung duduk di samping pria tersebut.Langit menoleh, lalu menatap Liora de
"Kak Sean, akhirnya kamu datang!" ucap Liora tersenyum dengan mata yang masih memancarkan kesedihan.Sementara pria itu menutup pintu kamar hotel, lalu melangkah mendekati Liora dan langsung menarik Liora dalam dekapannya."Kenapa kau mengkhianati Cintaku? Aku sangat mencintaimu, sangat sangat mencintaimu," ucap pria tersebut.Pria yang dianggap Sean oleh Liora itu juga terlihat kacau, ia juga mabuk dan salah memasuki kamar Liora, hingga pria itu melihat Liora seperti wajah kekasihnya."Aku juga sangat mencintaimu, Kak! Tapi pertanyaanmu itu kamu terbalik, seharusnya aku yang bertanya seperti itu sama kamu, kenapa kamu mengkhianati ku dan memilih wanita lain untuk menjadi istrimu? Padahal, kamu sangat tahu bahwa aku itu tidak bisa hidup tanpa kamu, Kak." Liora menatap pria itu sendu."Dan lihat, karena aku terlalu mencintai Kak Sean aku dikhianati kembali," ucap Liora seraya mendorong tubuh pria tersebut hingga jatuh ke tempat tidur."Kak Sean?" Pria itu mengerutkan kening, dengan t
Malam Harinya.Sean kini sudah berada di mejan makan bersama keluarganya dengan Langit yang memutuskan untuk menginap di mansion tersebut."Lang, Liora di mana? Kata Tantemu dia bersama kamu?" tanya David (ayah Sean ) menatap keponakannya yang sedang sibuk memainkan ponsel.Langit berhenti bermain ponsel, ia beralih menatap sang Om dengan senyum yang mengukir bibirnya. "Liora payah hati, Om! Dia sedang ... "Pletak ...Centong nasi melayang di kepalanya. "Apa sih, Om! Aku 'kan cuma ... ""Mau Om tambah?" tanya David menaik turunkan alisanya."Nggak Om, aku diam nih, aku diam!" ucap Langit pasrah."Ratu ... Coba kamu lihat Liora ke kamarnya, Nak!" perintah Freya pada putri bungsunya."Tidak perlu, Tante! Yora di sini."Liora mencoba menerbitkan senyum, lalu ia melangkah menuju kursi yang biasa ia duduki. Namun, setelah mengingat Sean memilih wanita lain, wanita itu mengayunkan langkahnya mendekati Langit dan langsung duduk di samping pria tersebut.Langit menoleh, lalu menatap Liora de
Sore harinya.Liora kini melamun di ruang keluarga, wanita itu terus memikirkan tentang ucapan Langit, haruskah ia melakukan sesuatu yang nekat seperti Pelangi agar ia bisa bersama dengan Sean?"Malam ini, Kak Sean akan mengenalkan calon istrinya. Mungkin Langit benar, aku harus menurunkan harga diriku demi cintaku. Seharusnya apa yang aku lakukan itu bisa dikatakan perjuangan 'kan? Bukan murahan." Liora bermonolog dengan dirinya sendiri.Setelah lama di ruang keluarga, tiba-tiba ia mendengar suara langkah kaki mendekat yang membuat wanita itu menoleh dan perlahan mengembangkan senyum."Kak Sean?"Melihat senyum di wajah sang sepupu, Sean hendak balik badan untuk menjauh. Ia tidak ingin Liora terus berharap yang akan semakin menyakiti keduanya.Akan tetapi, sebelum Sean melangkah menjauh. Liora langsung mengejar pria itu dan mencengkram pergelangan tangan pria itu. "Tunggu, Kak!"Sean menatap tangan Liora yang menggenggam tangannya. "Ada apa, Yora?"Liora tersenyum. "Ikut aku, Kak!" L
Di belahan dunia lain, terdapat seorang CEO muda duduk di kursi kebesarannya dengan sekretaris yang berdiri di samping pria tersebut."Aku mau pulang lebih awal. Aku akan ke butik, aku akan memberi kejutan pada calon istriku!" ucap Pria itu tersenyum."Apa perlu aku antar, Tuan?" tanya sang sekretaris."Tidak, tidak perlu. Aku ingin mengemudi sendiri hari ini, kamu selesaikan saja pekerjaan di sini," titah Pria tersebut."Baik, Tuan!" jawab sang sekretaris sambil membungkukkan sedikit tubuhnya.Setelah itu, Ia balik badan dan mengayunkan langkahnya menuju pintu keluar dengan para karyawan yang menunduk hormat saat pria itu melewati mereka.***Ronald Cullen, seorang pengusaha sukses di usianya yang masih muda. Pria itu memiliki kekasih yang bernama Sherly. Ia sangat mencintai wanita itu dan selalu mengabulkan apapun yang di inginkan oleh wanita tersebut.Setelah selesai bekerja, Ronald berencana untuk mengajak sang kekasih makan malam bersama. Pria itu sengaja tidak memberi kabar
Setelah mendapatkan Penolakan dari Sean, Liora melangkahkan memasuki mansion dengan wajah kesal."Yora, wey ... !"Liora yang mendengar namanya dipanggil, ia langsung menoleh dan menatap seorang pria yang duduk di sofa ruang keluarga dengan kaki yang dinaikkan ke atas meja."Langit?" Liora mengerutkan kening. Lalu, ia melangkahkan kakinya mendekati pria yang memanggilnya tersebut.Sementara, pria itu langsung beranjak dan berdiri di hadapan Liora sambil tersenyum yang terlihat menyebalkan di mata Liora. "Kamu ngapain di sini?" tanya Liora."Kenapa kamu terkejut? Aku di sini ya karena ini rumah Om ku, lah ...," ucap Langit ( Sepupu Sean dari Daddy, Sementara Liora Sepupu Sean dari Mommy)."Males ngomong sama kamu! Mana Mentari? Dia di sini 'kan?" tanya Liora menanyakan kakak kandung Langit sekaligus sahabatnya tersebut."Aku ke sini sendiri, lagi pula aku sudah lama di Paris, hanya saja aku baru sempat mampir," jawab pria itu."Jika kamu sudah lama di Paris, kenapa kamu tidak tinggal d
Kak Sean ... aku mencintaimu! Aku mohon terimalah cintaku! Jangan menikah dengannya, tapi menikahlah denganku!"Liora menjatuhkan tubuhnya dan bertekuk lutut di hadapan pria yang sangat ia cintai, ia mengangkat tangannya dengan memegang sebuah cincin, berharap Sean menerima lamarannya.Sean menoleh, menatap Liora, yang statusnya masih sepupu, kini berusaha untuk mengejarnya."Maaf, Yora! Aku tidak bisa."Sean menatap sepupunya tidak tega, air matanya hendak jatuh namun ia segera mengalihkan tatapannya dari wanita itu, lalu melangkahkan kakinya meninggalkan tempat tersebut.Sementara Liora terdiam, ia menatap punggung Sean yang menjauh, lalu ia bersimpuh dengan air mata yang mulai mengalir dari kedua pelupuk matanya."Kenapa kamu begitu tega, Kak? Aku begitu mencintaimu hingga aku tidak bisa mencintai orang lain." Liora menangis terisak-isak, hingga tubuh wanita itu bergetar hebat karena patah hati yang sangat membuatnya sakit.Setelah mendapatkan penolakan dari Sean, Liora perlahan ba