Keesokan harinya.
Liora menggeliat, lalu ia menguap dan mengerjap-ngerjapkan mata untuk menyesuaikan penglihatannya dengan keadaan sekitar. Wanita itu mengerutkan kening saat ia tidak sengaja menyentuh sebuah tangan yang melingkar di pinggangnya. "Tangan siapa ini?" Jantung Liora berdetak tak karuan, ia yang tidur memunggungi Ronald, kini perlahan membalik tubuhnya, hingga tanpa sengaja hidung wanita itu bersentuhan dengan hidung pria yang telah menghabiskan malam dengannya. Liora begitu terkejut saat melihat keberadaan Ronald, hingga tanpa sadar wanita itu langsung mendorong tubuh Ronald, yang membuat pria itu jatuh dari tempat tidur sampai berhasil membuat pria itu terbangun dari mimpinya. "Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Liora saat pria itu bangkit dari posisinya sambil mengucek-ngucek matanya untuk menyesuaikan penglihatannya. "Duh, kenapa aku bisa jatuh dari tempat tidur sih, dan kenapa aku seperti mendengar orang yang sedang ngomel-ngomel?" Ronald masih setengah sadar. Liora yang melihat kesadaran Ronald belum kembali, ia pun mengambil bantal dan langsung melemparkan ke arah pria itu kasar. "Bangun atau aku laporkan kamu ke polisi atas tuduhan pencabul@n!" ancam Liora. Deg Ronald begitu terkejut mendengar ancaman wanita yang bersamanya, hingga hampir saja ia berteriak, beruntung Liora langsung bangkit dari posisinya dan membungkam mulut pria tersebut tanpa menyadari bahwa selimut di tubuhnya sudah melorot. "Jangan berisik! Yang di rugikan di sini itu aku, jadi jangan coba-coba berteriak yang seakan-akan kamu korbannya," ucap Liora dengan suara dingin serta tubuh yang telanj@ng bulat. Melihat pemandangan langka itu, jantung Ronald berdetak lebih kencang dari biasanya. Berada di dekat Liora dengan tubuh yang sama-sama polos membuat junior pria itu kembali menegang. Sementara Liora yang menyadari hal itu, ia langsung mendorong tubuh Ronald dan langsung menyambar selimut di atas ranjang untuk menutupi tubuh polosnya. "Sial!" umpat Liora dengan wajah kesal. Sementara Ronald masih terpaku, ia melihat dengan jelas bercak merah di atas tempat tidur hingga membuat pria itu menyadari bahwa dialah orang pertama yang menyentuh wanita tersebut. "Apa yang sudah aku lakukan?" Ronald memejamkan matanya erat. "Lebih baik sekarang kamu pergi dari kamarku Sekarang! Jangan lupa pakai pakaianmu dulu!" ucap Liora datar tanpa ekspresi. "Ini kamarku, seharusnya kamu yang keluar," ucap Ronald dengan wajah yang meyakinkan. "Jika ini benar kamarmu, lalu di mana barang-barangmu?" tanya Liora dingin. Ia menatap sekelilingnya dan benar saja bahwa kamar hotel itu sedikit berbeda dengan kamar yang ia tempati sebelumnya. "Apa benar aku yang salah kamar?" tanya Ronald ragu. "Jika kamu tidak percaya, kamu bisa cek nomor di pintu depan." Liora menatap Ronald menatap kekesalan pas pria tersebut. Liora yang malas meladeni Ronald, ia memilih melangkah menuju kamar mandi. Namun, langkah Liora terhenti saat Ronald memegang pergelangan tangan wanita tersebut. Liora menoleh, lalu menatap Ronald dengan tatapan tajam. "Mau apa lagi?" Wanita itu menghempaskan tangan Ronald kasar. Sementara Ronald menatap wajah Liora penuh keseriusan. "Urusan kita belum selesai," ucap Ronald. Liora memutar bola matanya malas. "Kita bersihkan diri dulu, nanti kita ketemu lagi!" ucap Liora. Setelah itu, Liora melangkah dengan selimut yang melilit di tubuhnya. Sementara Ronald menatap Liora sambil memijit pelipisnya dengan tangan satunya yang ia letakkan di pinggang. Setelah itu, Ronald mengambil pakaiannya yang berserakan di lantai dan memakainya kembali. Lalu, keluar dari kamar Liora dan kembali ke kamarnya sendiri. Begitu sampai di depan pintu, ia menggeleng-gelengkan kepalanya, karena efek mabuk berat. Hinga ia sampai salah lihat nomor kamar dan memasuki kamar lain. "Ternyata memang aku yang salah," gumam Ronald. Setelah itu, ia melangkah menuju kamar yang ia tempati yang terletak di seberang kamar Liora. Ronald menutup pintu, lalu ia langsung ngambil handuk untuk membersihkan diri. Sesampainya di kamar mandi, ia menatap pantulan dirinya di depan cermin, ia tersenyum saat mendapati tubuhnya di penuhi dengan tanda merah. "Ternyata bukan hanya tubuh wanita itu saja yang dipenuhi dengan tanda merah, bahkan leherku hampir tak terlihat saking banyaknya tanda yang diberikan wanita itu," ucap Ronald tersenyum-senyum sendiri. "Sial! Kenapa aku jadi memikirkannya?" gumam Ronald sambil menggeleng-gelengkan kepala. Sementara di kamar mandi yang lain. Liora tengah menenggelamkan dirinya di bak mandi. Ia ingin menyalahkan pria yang telah merenggut kesuciannya, namun ingatan Liora tidak hilang sepenuhnya hingga membuat wanita itu hanya bisa menghembuskan nafasnya kasar. Meskipun ia hanya mengingat samar-samar kejadian semalam, namun ia yakin bahwa dirinyalah yang lebih bersemangat untuk ber cint@ dengan pria itu. Ia juga yakin bahwa kesalahan tersebut bukan sepenuhnya kesalahan pria yang telah menidurinya tersebut. "Ini benar-benar gila, kenapa aku selalu memikirkan Kak Sean sih? Padahal jelas-jelas Kak Sean sudah tidak perduli padaku," ucap Liora dengan wajah kesal hingga membuat wanita itu bangkit dan langsung melangkah menuju cermin. Sama seperti yang dilakukan Ronald, ia juga menatap pantulan dirinya yang dipenuhi dengan tanda merah. "Sial!" umpat Liora. Wanita itu melihat dengan jelas tubuh Ronald dengan tanda yang sama, bahkan tanda tersebut lebih banyak dibandingkan yang ada pada tubuhnya. "Aku tidak menyangka bahwa aku bisa sebuas itu." * * * Setelah selesai membersihkan diri, Ronald menemui Liora kembali, setelah itu keduanya menyewa ruang VIP agar tidak ada yang mencuri dengar pembicaraan keduanya. "Aku akan menikahimu," ucap Ronald tanpa basa basi. Liora yang bertekad untuk membentengi hatinya, ia mengeluarkan sebuah cek dari tas yang ia bawa, dan menyerahkan pada Ronald sambil menatap pria itu dingin. Ronald mengerutkan kening, lalu menatap Liora dengan wajah bingung. "Apa maksudmu memberiku cek?" tanya Ronald. "Kamu tidak perlu bertanggung jawab, aku sadar bahwa aku yang salah karena memulainya lebih dulu. Jadi, anggap saja cek ini kompensasi dariku karena aku telah merugikanmu semalam," ucap Liora yang masih memasang wajah datar. Deg Ronald terkejut mendengar ucapan Liora hingga tangan pria itu perlahan terkepal. "Aku tidak menyangka bahwa semua wanita itu sama." Ronald meremas cek yang Liora berikan sambil menatap wanita itu menatap Liora tajam. Sementara Liora bersikap acuh tidak acuh, ia tidak perduli dengan reaksi Ronald. Namun, ia yakin dengan keputusannya bahwa ia selamanya akan melajang dan sampai kapanpun ia tidak akan pernah menikah. Setelah itu, Ronald berdiri. Lalu, ia merobek cek dari Liora dan menaburkan sobekan cek tersebut di atas kepala Liora hingga membuat Liora dihujani taburan cek pemberiannya. "Aku bukan gigolo. Jika memang itu yang kamu inginkan, aku akan pergi tanpa menanyakan tanggung jawab lagi. Jangan lupa panggil aku kembali jika kamu haus akan buaian," ucap Ronald dengan wajah merah padam. Setelah itu, Ronald mengambil tangan Liora dan meletakkan sesuatu di sana. "Ini kartu namaku! Hubungi aku jika kamu membutuhkan sesuatu," ucap Ronald menahan amarah. Ronald yang awalnya merasa bersalah pada Liora, kini berubah dengan perasaan kesal saat mendengar ucapan demi ucapan yang terlontar dari bibir wanita tersebut. Sementara Liora, menahan luka yang begitu dalam di hatinya hingga ia tidak ingin dekat dengan pria manapun. Setelah Ronald memberikan kartu namanya, pria itu pun pergi mengayunkan langkahnya menuju pintu Keluar, meninggalkan Liora yang masih duduk sambil menatap punggung pria itu yang menjauh. Setelah bayangan Ronald menghilang dibalik pintu, ia beralih menatap kartu nama yang masih ia pegang. "Ronald Cullen?" gumam wanita tersebut.Kak Sean ... aku mencintaimu! Aku mohon terimalah cintaku! Jangan menikah dengannya, tapi menikahlah denganku!"Liora menjatuhkan tubuhnya dan bertekuk lutut di hadapan pria yang sangat ia cintai, ia mengangkat tangannya dengan memegang sebuah cincin, berharap Sean menerima lamarannya.Sean menoleh, menatap Liora, yang statusnya masih sepupu, kini berusaha untuk mengejarnya."Maaf, Yora! Aku tidak bisa."Sean menatap sepupunya tidak tega, air matanya hendak jatuh namun ia segera mengalihkan tatapannya dari wanita itu, lalu melangkahkan kakinya meninggalkan tempat tersebut.Sementara Liora terdiam, ia menatap punggung Sean yang menjauh, lalu ia bersimpuh dengan air mata yang mulai mengalir dari kedua pelupuk matanya."Kenapa kamu begitu tega, Kak? Aku begitu mencintaimu hingga aku tidak bisa mencintai orang lain." Liora menangis terisak-isak, hingga tubuh wanita itu bergetar hebat karena patah hati yang sangat membuatnya sakit.Setelah mendapatkan penolakan dari Sean, Liora perlahan ba
Setelah mendapatkan Penolakan dari Sean, Liora melangkahkan memasuki mansion dengan wajah kesal."Yora, wey ... !"Liora yang mendengar namanya dipanggil, ia langsung menoleh dan menatap seorang pria yang duduk di sofa ruang keluarga dengan kaki yang dinaikkan ke atas meja."Langit?" Liora mengerutkan kening. Lalu, ia melangkahkan kakinya mendekati pria yang memanggilnya tersebut.Sementara, pria itu langsung beranjak dan berdiri di hadapan Liora sambil tersenyum yang terlihat menyebalkan di mata Liora. "Kamu ngapain di sini?" tanya Liora."Kenapa kamu terkejut? Aku di sini ya karena ini rumah Om ku, lah ...," ucap Langit ( Sepupu Sean dari Daddy, Sementara Liora Sepupu Sean dari Mommy)."Males ngomong sama kamu! Mana Mentari? Dia di sini 'kan?" tanya Liora menanyakan kakak kandung Langit sekaligus sahabatnya tersebut."Aku ke sini sendiri, lagi pula aku sudah lama di Paris, hanya saja aku baru sempat mampir," jawab pria itu."Jika kamu sudah lama di Paris, kenapa kamu tidak tinggal d
Di belahan dunia lain, terdapat seorang CEO muda duduk di kursi kebesarannya dengan sekretaris yang berdiri di samping pria tersebut."Aku mau pulang lebih awal. Aku akan ke butik, aku akan memberi kejutan pada calon istriku!" ucap Pria itu tersenyum."Apa perlu aku antar, Tuan?" tanya sang sekretaris."Tidak, tidak perlu. Aku ingin mengemudi sendiri hari ini, kamu selesaikan saja pekerjaan di sini," titah Pria tersebut."Baik, Tuan!" jawab sang sekretaris sambil membungkukkan sedikit tubuhnya.Setelah itu, Ia balik badan dan mengayunkan langkahnya menuju pintu keluar dengan para karyawan yang menunduk hormat saat pria itu melewati mereka.***Ronald Cullen, seorang pengusaha sukses di usianya yang masih muda. Pria itu memiliki kekasih yang bernama Sherly. Ia sangat mencintai wanita itu dan selalu mengabulkan apapun yang di inginkan oleh wanita tersebut.Setelah selesai bekerja, Ronald berencana untuk mengajak sang kekasih makan malam bersama. Pria itu sengaja tidak memberi kabar
Sore harinya.Liora kini melamun di ruang keluarga, wanita itu terus memikirkan tentang ucapan Langit, haruskah ia melakukan sesuatu yang nekat seperti Pelangi agar ia bisa bersama dengan Sean?"Malam ini, Kak Sean akan mengenalkan calon istrinya. Mungkin Langit benar, aku harus menurunkan harga diriku demi cintaku. Seharusnya apa yang aku lakukan itu bisa dikatakan perjuangan 'kan? Bukan murahan." Liora bermonolog dengan dirinya sendiri.Setelah lama di ruang keluarga, tiba-tiba ia mendengar suara langkah kaki mendekat yang membuat wanita itu menoleh dan perlahan mengembangkan senyum."Kak Sean?"Melihat senyum di wajah sang sepupu, Sean hendak balik badan untuk menjauh. Ia tidak ingin Liora terus berharap yang akan semakin menyakiti keduanya.Akan tetapi, sebelum Sean melangkah menjauh. Liora langsung mengejar pria itu dan mencengkram pergelangan tangan pria itu. "Tunggu, Kak!"Sean menatap tangan Liora yang menggenggam tangannya. "Ada apa, Yora?"Liora tersenyum. "Ikut aku, Kak!" L
Malam Harinya.Sean kini sudah berada di mejan makan bersama keluarganya dengan Langit yang memutuskan untuk menginap di mansion tersebut."Lang, Liora di mana? Kata Tantemu dia bersama kamu?" tanya David (ayah Sean ) menatap keponakannya yang sedang sibuk memainkan ponsel.Langit berhenti bermain ponsel, ia beralih menatap sang Om dengan senyum yang mengukir bibirnya. "Liora payah hati, Om! Dia sedang ... "Pletak ...Centong nasi melayang di kepalanya. "Apa sih, Om! Aku 'kan cuma ... ""Mau Om tambah?" tanya David menaik turunkan alisanya."Nggak Om, aku diam nih, aku diam!" ucap Langit pasrah."Ratu ... Coba kamu lihat Liora ke kamarnya, Nak!" perintah Freya pada putri bungsunya."Tidak perlu, Tante! Yora di sini."Liora mencoba menerbitkan senyum, lalu ia melangkah menuju kursi yang biasa ia duduki. Namun, setelah mengingat Sean memilih wanita lain, wanita itu mengayunkan langkahnya mendekati Langit dan langsung duduk di samping pria tersebut.Langit menoleh, lalu menatap Liora de
"Kak Sean, akhirnya kamu datang!" ucap Liora tersenyum dengan mata yang masih memancarkan kesedihan.Sementara pria itu menutup pintu kamar hotel, lalu melangkah mendekati Liora dan langsung menarik Liora dalam dekapannya."Kenapa kau mengkhianati Cintaku? Aku sangat mencintaimu, sangat sangat mencintaimu," ucap pria tersebut.Pria yang dianggap Sean oleh Liora itu juga terlihat kacau, ia juga mabuk dan salah memasuki kamar Liora, hingga pria itu melihat Liora seperti wajah kekasihnya."Aku juga sangat mencintaimu, Kak! Tapi pertanyaanmu itu kamu terbalik, seharusnya aku yang bertanya seperti itu sama kamu, kenapa kamu mengkhianati ku dan memilih wanita lain untuk menjadi istrimu? Padahal, kamu sangat tahu bahwa aku itu tidak bisa hidup tanpa kamu, Kak." Liora menatap pria itu sendu."Dan lihat, karena aku terlalu mencintai Kak Sean aku dikhianati kembali," ucap Liora seraya mendorong tubuh pria tersebut hingga jatuh ke tempat tidur."Kak Sean?" Pria itu mengerutkan kening, dengan t
Keesokan harinya.Liora menggeliat, lalu ia menguap dan mengerjap-ngerjapkan mata untuk menyesuaikan penglihatannya dengan keadaan sekitar.Wanita itu mengerutkan kening saat ia tidak sengaja menyentuh sebuah tangan yang melingkar di pinggangnya. "Tangan siapa ini?"Jantung Liora berdetak tak karuan, ia yang tidur memunggungi Ronald, kini perlahan membalik tubuhnya, hingga tanpa sengaja hidung wanita itu bersentuhan dengan hidung pria yang telah menghabiskan malam dengannya.Liora begitu terkejut saat melihat keberadaan Ronald, hingga tanpa sadar wanita itu langsung mendorong tubuh Ronald, yang membuat pria itu jatuh dari tempat tidur sampai berhasil membuat pria itu terbangun dari mimpinya."Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Liora saat pria itu bangkit dari posisinya sambil mengucek-ngucek matanya untuk menyesuaikan penglihatannya."Duh, kenapa aku bisa jatuh dari tempat tidur sih, dan kenapa aku seperti mendengar orang yang sedang ngomel-ngomel?" Ronald masih setengah sadar.Li
"Kak Sean, akhirnya kamu datang!" ucap Liora tersenyum dengan mata yang masih memancarkan kesedihan.Sementara pria itu menutup pintu kamar hotel, lalu melangkah mendekati Liora dan langsung menarik Liora dalam dekapannya."Kenapa kau mengkhianati Cintaku? Aku sangat mencintaimu, sangat sangat mencintaimu," ucap pria tersebut.Pria yang dianggap Sean oleh Liora itu juga terlihat kacau, ia juga mabuk dan salah memasuki kamar Liora, hingga pria itu melihat Liora seperti wajah kekasihnya."Aku juga sangat mencintaimu, Kak! Tapi pertanyaanmu itu kamu terbalik, seharusnya aku yang bertanya seperti itu sama kamu, kenapa kamu mengkhianati ku dan memilih wanita lain untuk menjadi istrimu? Padahal, kamu sangat tahu bahwa aku itu tidak bisa hidup tanpa kamu, Kak." Liora menatap pria itu sendu."Dan lihat, karena aku terlalu mencintai Kak Sean aku dikhianati kembali," ucap Liora seraya mendorong tubuh pria tersebut hingga jatuh ke tempat tidur."Kak Sean?" Pria itu mengerutkan kening, dengan t
Malam Harinya.Sean kini sudah berada di mejan makan bersama keluarganya dengan Langit yang memutuskan untuk menginap di mansion tersebut."Lang, Liora di mana? Kata Tantemu dia bersama kamu?" tanya David (ayah Sean ) menatap keponakannya yang sedang sibuk memainkan ponsel.Langit berhenti bermain ponsel, ia beralih menatap sang Om dengan senyum yang mengukir bibirnya. "Liora payah hati, Om! Dia sedang ... "Pletak ...Centong nasi melayang di kepalanya. "Apa sih, Om! Aku 'kan cuma ... ""Mau Om tambah?" tanya David menaik turunkan alisanya."Nggak Om, aku diam nih, aku diam!" ucap Langit pasrah."Ratu ... Coba kamu lihat Liora ke kamarnya, Nak!" perintah Freya pada putri bungsunya."Tidak perlu, Tante! Yora di sini."Liora mencoba menerbitkan senyum, lalu ia melangkah menuju kursi yang biasa ia duduki. Namun, setelah mengingat Sean memilih wanita lain, wanita itu mengayunkan langkahnya mendekati Langit dan langsung duduk di samping pria tersebut.Langit menoleh, lalu menatap Liora de
Sore harinya.Liora kini melamun di ruang keluarga, wanita itu terus memikirkan tentang ucapan Langit, haruskah ia melakukan sesuatu yang nekat seperti Pelangi agar ia bisa bersama dengan Sean?"Malam ini, Kak Sean akan mengenalkan calon istrinya. Mungkin Langit benar, aku harus menurunkan harga diriku demi cintaku. Seharusnya apa yang aku lakukan itu bisa dikatakan perjuangan 'kan? Bukan murahan." Liora bermonolog dengan dirinya sendiri.Setelah lama di ruang keluarga, tiba-tiba ia mendengar suara langkah kaki mendekat yang membuat wanita itu menoleh dan perlahan mengembangkan senyum."Kak Sean?"Melihat senyum di wajah sang sepupu, Sean hendak balik badan untuk menjauh. Ia tidak ingin Liora terus berharap yang akan semakin menyakiti keduanya.Akan tetapi, sebelum Sean melangkah menjauh. Liora langsung mengejar pria itu dan mencengkram pergelangan tangan pria itu. "Tunggu, Kak!"Sean menatap tangan Liora yang menggenggam tangannya. "Ada apa, Yora?"Liora tersenyum. "Ikut aku, Kak!" L
Di belahan dunia lain, terdapat seorang CEO muda duduk di kursi kebesarannya dengan sekretaris yang berdiri di samping pria tersebut."Aku mau pulang lebih awal. Aku akan ke butik, aku akan memberi kejutan pada calon istriku!" ucap Pria itu tersenyum."Apa perlu aku antar, Tuan?" tanya sang sekretaris."Tidak, tidak perlu. Aku ingin mengemudi sendiri hari ini, kamu selesaikan saja pekerjaan di sini," titah Pria tersebut."Baik, Tuan!" jawab sang sekretaris sambil membungkukkan sedikit tubuhnya.Setelah itu, Ia balik badan dan mengayunkan langkahnya menuju pintu keluar dengan para karyawan yang menunduk hormat saat pria itu melewati mereka.***Ronald Cullen, seorang pengusaha sukses di usianya yang masih muda. Pria itu memiliki kekasih yang bernama Sherly. Ia sangat mencintai wanita itu dan selalu mengabulkan apapun yang di inginkan oleh wanita tersebut.Setelah selesai bekerja, Ronald berencana untuk mengajak sang kekasih makan malam bersama. Pria itu sengaja tidak memberi kabar
Setelah mendapatkan Penolakan dari Sean, Liora melangkahkan memasuki mansion dengan wajah kesal."Yora, wey ... !"Liora yang mendengar namanya dipanggil, ia langsung menoleh dan menatap seorang pria yang duduk di sofa ruang keluarga dengan kaki yang dinaikkan ke atas meja."Langit?" Liora mengerutkan kening. Lalu, ia melangkahkan kakinya mendekati pria yang memanggilnya tersebut.Sementara, pria itu langsung beranjak dan berdiri di hadapan Liora sambil tersenyum yang terlihat menyebalkan di mata Liora. "Kamu ngapain di sini?" tanya Liora."Kenapa kamu terkejut? Aku di sini ya karena ini rumah Om ku, lah ...," ucap Langit ( Sepupu Sean dari Daddy, Sementara Liora Sepupu Sean dari Mommy)."Males ngomong sama kamu! Mana Mentari? Dia di sini 'kan?" tanya Liora menanyakan kakak kandung Langit sekaligus sahabatnya tersebut."Aku ke sini sendiri, lagi pula aku sudah lama di Paris, hanya saja aku baru sempat mampir," jawab pria itu."Jika kamu sudah lama di Paris, kenapa kamu tidak tinggal d
Kak Sean ... aku mencintaimu! Aku mohon terimalah cintaku! Jangan menikah dengannya, tapi menikahlah denganku!"Liora menjatuhkan tubuhnya dan bertekuk lutut di hadapan pria yang sangat ia cintai, ia mengangkat tangannya dengan memegang sebuah cincin, berharap Sean menerima lamarannya.Sean menoleh, menatap Liora, yang statusnya masih sepupu, kini berusaha untuk mengejarnya."Maaf, Yora! Aku tidak bisa."Sean menatap sepupunya tidak tega, air matanya hendak jatuh namun ia segera mengalihkan tatapannya dari wanita itu, lalu melangkahkan kakinya meninggalkan tempat tersebut.Sementara Liora terdiam, ia menatap punggung Sean yang menjauh, lalu ia bersimpuh dengan air mata yang mulai mengalir dari kedua pelupuk matanya."Kenapa kamu begitu tega, Kak? Aku begitu mencintaimu hingga aku tidak bisa mencintai orang lain." Liora menangis terisak-isak, hingga tubuh wanita itu bergetar hebat karena patah hati yang sangat membuatnya sakit.Setelah mendapatkan penolakan dari Sean, Liora perlahan ba