Share

|99|. Merasa Mual dan Muntah

"Engga ah, Bi. Saya maluu.." Hana langsung menolak keras ide bi Titin itu. Membayangkannya saja, berhasil membuat daun telinganya memerah.

"Eiy, tidak perlu malu. Kan pak Pasha suaminya nyonya Hana"

"Iya tetap aja Bi saya maluu"

"Ya karena itu belajar pelan-pelan nyonya biar gak malu"

Hana menghembuskan nafas berat, menggeleng. Dipikirkan bagaimanapun, ia tidak cukup berani memanggil suaminya dengan sebutan 'sayang'.

"Engga ah Bi, lidah saya kayanya gak bakalan sanggup"

"Pft.." Bi Titin tidak dapat menahan tawanya melihat ekspresi wajah Hana.

"Itulah nyonya belajar dari sekarang. Di latih pelan-pelan, nanti kalau sudah terbiasa, pasti lidah nyonya tidak kaku lagi memanggil 'sayang' buat pak Pasha"

Hana menjilat bibir bawahnya, "Memangnya gak ada panggilan lain ya bi selain itu?"

"Eum..ada. Mas, kang mas, Abang..atau yang kebarat-baratan yang gaya anak zaman sekarang itu tu, hab-hab.."

"Hab-hab?"

"Bukan. Bibi lupa. Pokoknya hab-hab gitu"

"Maksud bi Titin hubby?"

"Ah, iya itu. Habbi"

H
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status