Share

Bab 94: Cerai

Penulis: path
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-14 11:04:28

Sarapan pagi itu berlangsung hikmat. Semua orang bicara seperlunya saja. Winar yang biasanya aktif, diam saja. Bukan diam karena mengerti situasi yang sedang terjadi, tapi karena dia masih merasa kelelahan setelah bermain hingga malam hari kemarin. Feliz pun masih tertidur pulas.

Cahya yang berkali-kali ingin membahas kejadian kemarin, dicegah ibunya entah dengan tatapan membara sepanas lava gunung berapi ataupun tendangan bawah meja tak terlihat.

“Biarkan Tari tenang dulu,” bisik ibu pada Cahya saat Mentari telah kembali ke kamarnya.

“Tapi, Bu.” protes Cahya.

“Bila sudah tiba waktunya, dia sendiri yang akan angkat bicara. Tidak perlu memaksanya, hanya akan membuatnya terpuruk.”

Ada kebenaran dalam ucapan ibu. Mentari pasti akan membahas hal itu juga nanti. Tapi, kapan? Cahya ingin segera menyelesaikannya. Dia telah mengungkapkan jalan keluar yang dipikirkannya untuk masalah Mentari pada suaminya.

Suaminya menimpali dengan, “Kamu hanya bisa memberikan masukan, bukan memaksakan jalan k
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 95: Awal Baru

    Cerai.Kata itu telah lama berputar di benak Mentari, sejak awal dia menikah. Kata itu berkali-kali terbersit di pikiran Mentari kala menghadapi ikap Argan dan keluarganya benar-benar tidak mendukung pernikahan mereka. Namun, berkali-kali pula, Mentari berhasil bertahan.Dia telah melihat banyak berita selebritis yang bercerai hanya karena hal-hal sepele, bahkan hanya dalam usia pernikahan yang sesingkat beberapa hari saja. Dulu, berita seperti itu membuatnya melongo dan dianggapnya tidak masuk akal. Untuk apa menikah kalau akan diakhiri? Namun, sekarang dia mengerti, dia telah berada di posisi itu. Menikah tidaklah mudah.“Tari,” suara ibu membuyarkan lamunan Mentari, “Itu tidak benar, bukan?” sambung ibu ragu.Dengan tatapan kosong, Mentari menatap ibunya. Sebersit ketakutan tampak di wajah ibu ketika melihat reaksi anaknya.Kedua alis Cahya terangkat tinggi, menunggu jawaban adiknya yang hanya diam.“Tari?”Helaan nafas sembari senyuman halus tampak di bibir Mentari. “Apa yang tela

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-15
  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 96: Tiada Kabar

    Dengan wajah lesu, Mentari kembali ke rumah. Melihatnya, ibu bertanya sambil membenarkan posisi taplak meja di ruang tamu. Winar dan Feliz sedang bermain di lantai.“Ada apa?”Mentari meletakkan tas selempangnya di atas meja, lalu duduk di sofa. “Ternyata aku tidak diterima sebagai seorang akuntan.”“Lalu? Kamu ke mana saja seharian ini?”“Aku bekerja.”Wajah ibu tampak bingung.“Kata manager-nya, aku lebih cocok menjadi sales daripada seorang akuntan,” terang Mentari.“Ooh, ibu mengira kamu tidak diterima bekerja sama sekali.”“Memang aku diterima bekerja, tapi aku tidak menyukai pekerjaan ini. Aku tidak menyukai menjajakan barang jualan pada banyak orang sambil terus mengoceh,” curhat Mentari menyandarkan kepalanya ke samping“Bukankah kamu memang senang berjualan? Kamu pernah membantu Cahya, bahkan pernah berjualan online juga.”“Kali ini rasanya lelah sekali, Bu. Aku hampir tidak bisa duduk saking banyaknya pelanggan.”“Terjual banyak?”“Penjualan di sana luar biasa banyak dalam s

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-15
  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 97: Telepon

    Trrr... trrr....Ponsel Mentari bergetar di dalam tasnya yang tersimpan di loker. Sejak bekerja di perusahaan penjualan, dia tidak diperbolehkan menggunakan ponselnya selama jam bekerja. Dia pun mengaktifkan mode getar agar suara dering teleponnya tidak berisik di dalam loker.Trrr... trrrr....“Tari, sepertinya ponsel kamu yang terus bergetar di dalam loker,” ucap rekan kerja Mentari yang baru saja kembali dari loker.“Getarannya lama?” tanya Mentari ingin mengetahui dengan pasti.“Iya.” Setelah mengucapkan itu, temannya segera meninggalkan Mentari untuk menyambut seorang pelanggan yang baru saja memasuki toko mereka.Karena penasaran, Mentari memberitahu rekan kerja yang berada di dekatnya kalau dia mau ke loker sebentar. Dia bertanya-tanya siapakah gerangan yang meneleponnya. Getarann panjang adalah getaran telepon masuk, bukan notifikasi dari aplikasi apapun di ponselnya.Apakah ibunya? Ibu tidak mungkin meneleponnya selama jam kerja. Ibu mengetahui peraturan perusahaan yang tela

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-15
  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 98: Kebohongan Lain

    ‘Halo, Tari, kamu masih di sana?’ Suara Gempita di seberang telepon menyadarkan Mentari yang tertegun. Tak menyangka dia akan mendengar kembali kata ‘cerai’ dari sahabat karibnya.“Siapa yang mengatakannya padamu?” tanya Mentari akhirnya.“Dua hari yang lalu ibuku bertemu tante, maksudku mama Argan. Tante bercerita bahwa keluarga kalian bertemu dan kamu meminta cerai dari Argan,” sahut Gempita dengan nafas teratur. Dia duduk di tangga depan pintu masuk kantornya agar leluasa bercerita, sekaligus beristirahat setelah menaiki lima lantai.“Mama?” ucap Mentari mengulang.“Iya.” Gempita dengan bersemangat menceritakan semua yang diketahuinya berdasarkan cerita dari ibunya.“Itu tidak benar, kan?”“Tidak. Aku tidak meminta cerai dari Argan.” Suara Mentari tertahan, dia memandang sekeliling. Tidak ada seorang pun di dekatnya. Hanya dia sendirian di ruang istirahat.“Sudah kuduga, tidak mungkin kamu melakukannya. Aku tidak percaya dengan semua cerita tante. Aku mengenal tanteku, aku mengetah

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-16
  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 99: Ajakan

    “Kamu sudah bicara dengan Argan?” tanya ibu saat sarapan besok paginya?Mentari mengambil sesendok nasi lagi, lalu menambahkan sayur ke piringnya, lalu menjawab, “Belum, Bu. Aku akan menunggu mereka yang menghubungiku terlebih dahulu.”“Kenapa, Tari?” Ibu tidak menyetujui keputusan Mentari.“Setelah hal-hal yang mereka lakukan padaku, aku tidak ingin menghubungi mereka lagi. Terlebih setelah mereka mengeluarkan pernyataan kalau aku meminta cerai dari Argan. Itu pernyataan mereka, bukan aku. Kalau mereka memang menginginkan perceraian, mereka yang harus mencariku. Dengan begitu, membuktikan kalau itu bukan kemauanku, tapi mereka.”“Benar.” Suara persetujuan Feri mengundang setiap pasang mata menatapnya. “Menurutku, benar yang dilakukan Mentari. Penggugat yang akan mencari sang tergugat. Bukan sebaliknya.”Keheningan memenuhi meja makan.“Benar juga kata Bapak. Iya, kan, Bu?” Cahya mengalihkan pandangannya dari Feri ke ibu. “Kalau benar Mentari yang menggugat cerai Argan, tentu Mentari

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-16
  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 100: Pertemuan

    Makan siang Mentari kembali terusik, tepat ketika dia hendak memasukkan suapan pertama ke mulutnya. Bukan pesan oleh pesan masuk, kali ini telepon dari Ajeng.Mentari ingin mengabaikannya, namun tidak enak hati. Lagipula, semua kejadian buruk yang terjadi padanya bukan berasal dari Ajeng. Mungkin saja Ajeng tidak ada sangkut pautnya.“Halo, Kak,” sapa Mentari sopan.‘Tari, kamu di mana? Aku perlu bicara denganmu hari ini.’Kembali ajakan yang telah ditolak Mentari, dilontarkan Ajeng. Seolah Mentari tidak membalas pesan Ajeng kemarin.“Aku sedang bekerja, Kak,” ucapnya tegas.‘Di mana kamu bekerja? Argan tidak cerita apapun.’Lagi-lagi pertanyaan yang sama seperti pesannya.“Di perusahaan swasta, Kak,” jawab Mentari cepat, tidak ingin membahas lebih lanjut.‘Perusahaan apa?’ Tanpa ragu, suara di seberang terus melontarkan pertanyaan.Kali ini Mentari berhenti untuk berpikir, karena tidak ingin memberitahu nama dan lokasi tempat kerjanya.“Kak Ajeng mau membicarakan tentang apa?” Mentar

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-16
  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 101: Pekerjaan

    Seminggu berlalu, tidak kunjung ada berita lanjutan dari Ajeng. Kelegaan memang mengisi relung hati Mentari karenanya, namun sebenarnya dia ingin bertemu dengan kakak iparnya itu. Motif Ajeng bisa ditebak, tapi Mentari ingin mencari tahu respon Ajeng atas peristiwa-peristiwa yang telah terjadi antara dia dan Argan. Dia ingin memastikan, apakah Ajeng seratus persen mendukung adiknya dan ikut berkomplot dengan mamanya ataukah Ajeng terjebak dalam skenario yang disusun mamanya.“Tari, sadarlah! Sejak kapan Kak Ajeng berbuat baik padamu?” seru Mentari pada dirinya sendiri di depan cermin kecil yang dipegangnya.“Ckckck....”Mentari tersentak oleh suara tiba-tiba di sampingnya. Dian, rekan kerjanya berambut cokelat keabuan muncul berdiri di sampingnya sambil membuka lokernya.“Baru sebulan bekerja di sini, tapi kamu sudah mulai menunjukkan tanda-tanda...” Dian memutar-mutar jari telunjuknya di samping dahinya.“Bukan begitu,” bantah Mentari cepat sambil mengibas-ngibaskan tangannya.“Bukti

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-19
  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 102: Bertemu

    Sebulan lainnya berlalu. Seperti kata rekan-rekan kerjanya, Mentari telah dinyatakan lulus masa percobaan dan diangkat sebagai karyawan kontrak. Gaji yang diterimanya pun sudah gaji normal. Dipandanginya angka-angka lebih besar yang tertera di layar ponselnya. Dengan gembira dia melompat.“Senang, kan?” goda Dian.“Banget,” tawa Mentari.“Sekarang kamu akan dituntut lebih banyak pekerjaan oleh si ....” tunjuk Dian dengan dagu terangkat pada sosok kepala toko yang berjalan menuju etalase depan.Mentari tidak terintimidasi, baginya yang terpenting sekarang adalah uang. Dengan penghasilannya sekarang, dia bisa mencukupi kebutuhan hidupnya dan Feliz, juga bisa membayar hutang-hutangnya pada ibu dan Cahya. Bahkan dia masih bisa memiliki tabungan dengan sisanya.Hampir jam sepuluh malam, Feliz telah berbaring tertidur pulas. Mentari pun bersiap untuk tidur saat ponselnya menyampaikan notifikasi pesan masuk.Tangan Mentari meraih-raih ponsel yang diletakkannya di meja samping tempat tidur, l

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-19

Bab terbaru

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 120: Pulang

    Keheranan Mentari masih berlanjut. Dua hari kemudian Argan menyatakan bahwa dia akan kembali ke rumahnya, rumah orang tuanya. "Di sini juga rumahmu, Argan. Keluargamu juga di sini," kata ibu menyahuti pernyataan Argan. "Istri dan anakmu di sini." Ibu menekankan kata-kata itu. "Aku mendapatkan pekerjaan penting, terlalu jauh dan beresiko kalau harus bolak-balik ke sini." Dengusan Cahya terdengar pelan, seperti hendak disembunyikan. "Proyek jalan tol?" tanya ibu. "Iya, Bu. Ini proyek besar yang memerlukan banyak waktu dan fokusku. Jadi, aku benar-benar harus dalam kondisi terbaikku dan berada dalam lingkungan yang sepenuhnya mendukungku," sahut Argan penuh percaya diri sambil melirik Mentari sebelum memasukkan sesendok ayam bumbu ke dalam mulutnya. Mentari tersindir, namun dia tidak ingin menanggapi. Hanya tersirat keheranan di wajahnya. Apakah mertuanya sudah kembali? "Papa dan Mama sudah pulang?" kalimat itu meluncur begitu saja, padahal dia tidak ingin bicara dengan Ar

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 119: Curiga

    Wajah Mentari sepucat kertas putih. Tangkapan matanya seolah tidak dapat diproses otaknya. Matanya mencari-cari ke arah pekarangan rumah. Diapun berjalan maju dengan cepat, berharap motornya ada di pekarangan depan.Kosong.Dia berbalik memandangi kakaknya yang sedang mendekatinya dengan ekspresi bingung."Bu?""Motormu dipinjam Argan, Tari. Ada hal penting yang harus dikerjakannya."Pernyataan ibu menyambar Mentari seperti sebuah petir. Tidak yakin, dia kembali memastikan, "Apa, Bu?""Argan harus menghadiri rapat untuk membahas pelaksanaan proyek jalan tol yang diceritakannya pada kita. Rapat itu mulai jam delapan pagi. Dia hendak meminta izin padamu tadi pagi untuk memakai motormu, tapi kamu masih terlelap, jadi Ibu memberikan kunci motornya."Di telinga Mentari, penjelasan ibu terdengar tidak masuk akal. Setelah yang dilakukan Argan padanya dan motornya seminggu yang lalu, bagaimana mungkin ibu masih meminjamkan motor itu pada Argan?Mulut Mentari menganga, hendak melontarkan keber

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 118: Hilang

    "Dia memang harus ke dokter. Dokter jiwa," seloroh Cahya saat dia mencuci piring. "Kepalanya terbentur, pasti pikirannya terganggu, semakin parah dari sebelumnya."Sindiran Cahya mengundang tatapan tajam ibu. Namun tatapan itu segera teralihkan oleh bayangan Mentari yang muncul dari balik pintu."Ayo, duduk. Ibu ambilkan nasi."Dengan patuh, Mentari duduk sambil berusaha menekan perutnya yang mulai menimbulkan bunyi."Ini rumahmu, Tari. Jangan bodoh dengan membiarkan dirimu kelaparan di rumahmu sendiri."Sigap, Cahya mengeluarkan kembali lauk yang telah dimasukkannya ke lemari. Bahkan dia menuangkan segelas air dan meletakkannya di meja depan Mentari. Dari samping kiri, ibu meletakkan sepiring nasi beserta sendok.Mata Mentari menerawangi makanan di depannya. Rasa laparnya membuncah, namun otakknya tidak mengarahkan tangannya untuk meraih sendok.Kembali, Cahya dengan sigap mengambil tangan kanan Mentari lalu menggenggamkannya pada sendok di hadapannya.Seolah tersadar dari lamunan, M

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 117: Kecelakaan

    Teriakan Mentari membahana hingga ke kamar ibu dan Cahya yang segera keluar, diiringi Feliz dan Winar sambil menenteng mobil-mobilan yang sedang mereka mainkan."Tari, ada apa?" suara panik ibu menyita perhatian Mentari."Di mana Argan?""Ada apa, Tari?" Ada dugaan pada intonasi suara Cahya saat mendengar pertanyaan Mentari.Seperti seorang anak kecil yang ditarik ibunya, Cahya terseret mengikuti tarikan tangan adiknya."Ka, lihat ini," tunjuk Mentari ke arah motornya.Mata Cahya menangkap beberapa garis di badan motor Mentari. Garis-garis itu tidak beraturan seolah memberikan motif baru pada motor Mentari. Cahya berkeliling dan mendapat garis-garis yang sama di bagian motor lainnya.Tak sanggup berkata-kata, Cahya mendongakkan kepalanya memandang Mentari yang dadanya naik-turun.Ibu yang kini juga memandangi motor Mentari pun terdiam."Apa yang dilakukan Argan dengan motorku?"Tanpa menunggu balasan dari ibu dan

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 116: Motor

    Hasil dari pemeriksaan dokter pada kaki Argan adalah dia sudah sembuh total. Begitulah penuturan ibu berdasarkan ucapan dokter. Itulah inti yang ingin didengar Mentari, bukan kronologi pemeriksaan Argan yang disertai bumbu-bumbu pemanis yang berkesan sombong. Argan hanya keseleo, itulah yang tersimpan di benak Mentari sejak mendengar berita Argan kecelakaan.Tak ada lagi bangun tengah malam untuk mengantarkan Argan ke toilet dan tidak ada lagi peran asisten rumah tangga yang harus selalu siap melayani tuan besarnya.Begitulah sangka Mentari."Tari, besok aku ke rumah temanku, ada bisnis yang harus kami diskusikan. Kamu tahu 'kan Dani?"Setengah hati Mentari mendengarkan. Dia baru saja selesai mengoleskan pelembab di wajahnya dan hendak bersiap untuk makan malam.Ketika Mentari dengan acuhnya melangkah ke arah pintu, Argan menghentikannya dengan sebuah berkata, "Kamu harus mengantarkanku."Mentari melirik Argan."Kamu tahu sendiri mobilku tidak di sini, jadi kamu yang harus mengantarka

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 115: Kekesalan

    "Maaf mendadak, Pak. Iya, benar. Iya, Pak. Iya." Mentari meletakkan ponselnya di meja dapur setelah dengan patuh menerima ceramah penuh konsekuensi dari kepala toko akan ketidakhadirannya hari ini. Kepala Cahya menyembul dari balik pintu dapur. Tangannya ditarik Winar hendak menuju kamar "Kamu dimarahi?" Hanya anggukan sebagai jawaban dari Mentari. "Apa kata kepala toko?" Sebenarnya Mentari tidak ingin membahasnya, tapi dia mengerti benar kalau pertanyaan kakaknya menuntut jawaban. "Gajiku dipotong," kata-kata itu berat mengalir dari mulut Mentari. "Berapa?" Dahi Cahya mengernyit. "Ibu, ayo cepat, nanti kita terlambat." Kali ini tarikan keras dari Winar melenyapkan wajah Cahya dari balik pintu. Ada kelegaan hinggap di wajah Mentari. Namun, dalam hati dia meringis. Dua ratus ribu. Tatapan jengkel Mentari melepas kepergian Argan bersama ibu. Tak henti-hentinya dia menyalahkan Argan akan keputusan sembrono kepala toko. 'Keputusan apa itu? Bagaimana mungkin gajinya dipotong du

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 114: Konflik

    "Antarkan aku ke dokter besok." Bukan permintaan, tapi sebuah perintah yang keluar dari mulut Argan membuat darah mengalir deras ke kepala Mentari. Mentari hendak beranjak keluar kamar untuk berangkat kerja, namun langkah kakinya terhenti ketika telinganya menangkap kata-kata Argan. Setelah menghela napas, Mentari berbalik menghadap Argan yang sedang duduk di tepi ranjang berusaha mengeluarkan bungkusan rokok dari dalam kantong celananya. "Aku tidak bisa." Jawaban singkat Mentari disambut amarah oleh Argan. "Pikirmu aku bisa sendirian ke dokter?" Suara bungkus rokok menyentuh kasur terdengar cukup keras. "Aku harus kerja." Mentari menambahkan. "Pekerjaan terus yang kamu urusi, suamimu tidak kamu urusi." Argan kini berdiri menghadap Mentari. Seolah telah menunggu saat Argan mengucapkan kalimat ini, Mentari menyahut menyeringai, "Kalau aku tidak bekerja, siapa yang akan membiayai kebutuhan Feliz?" Sebelum menyambung, Mentari melirik rokok yang tergeletak di atas ranjang, "Dan itu,

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 113: Lembur

    Ponsel Mentari berdering nyaring, namun karena terburu-buru tiba di toko, ia tidak mengindahkannya. Dan setelah berada di loker, tanpa memeriksa notifikasi, dia mengganti ke mode getar dan menonaktifkan data.Saat makan siang tiba, ia disambut pesan yang tidak diharapkannya ketika kembali mengaktifkan data.Helaan nafas Mentari mengundang tanggapan Feri yang juga sedang istirahat siang.“Ada apa?” tanya Feri prihatin.Tanpa berpikir, Mentari menyahut karena jengkel, “Biasa, perusak hari.”“Perusak hari?” ulang Feri tidak mengerti. Setelah berpikir sejenak karena tidak mendapatkan respon dari Mentari, dia berkata, “Kabar buruk?”Menyadari kalau dia tidak seharusnya mengungkapkan permasalahan pribadinya di tempat kerja, dia menjawab, “Kabar angin.”“Kalau kabar angin, tidak usah diambil pusing.”Ucapan Feri mengalir seperti sungai kecil. Tak satu pun yang didengarkan Mentari, dia terpaku pada pesan di ponselnya.‘Mentari, Mama dan Papa belum bisa kembali minggu ini. Urusannya belum sele

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 112: Pemeriksaan Dokter

    “Argan benar-benar tidak tahu diri, Tari!” berang Cahya saat Mentari baru saja tiba di rumah sore harinya. Cahya menghampirinya yang sedang mencuci tangannya.“Ada apa, Kak?” Tangan Mentari tergantung basah. Airnya menetes di atas lantai. Kemarahan di raut Cahya membuat Mentari kuatir.Sepanjang hari ini pikirannya tidak bisa difokuskan pada pekerjaannya. Dia berkali-kali menelepon ibu untuk mengetahui posisinya dan keadaannya yang sedang mengantarkan Argan untuk melakukan pemeriksaan. Ternyata, ibu melupakan ponselnya di rumah. Ponsel itu tergeletak di atas meja kamarnya. Cahya-lah yang mengangkat teleponnya.“Kamu tahu siapa yang membayar biaya taksi online?” Tanpa menunggu jawaban Mentari, Cahya meneruskan, “Ibu!”Kaget, Mentari tidak mampu berkata-kata.“Biaya pulang pergi mereka ibu yang membayari, begitu juga dengan makanan dan minuman yang mereka konsumsi selama berada di rumah sakit,&rdq

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status