Share

Bab 94: Cerai

Sarapan pagi itu berlangsung hikmat. Semua orang bicara seperlunya saja. Winar yang biasanya aktif, diam saja. Bukan diam karena mengerti situasi yang sedang terjadi, tapi karena dia masih merasa kelelahan setelah bermain hingga malam hari kemarin. Feliz pun masih tertidur pulas.

Cahya yang berkali-kali ingin membahas kejadian kemarin, dicegah ibunya entah dengan tatapan membara sepanas lava gunung berapi ataupun tendangan bawah meja tak terlihat.

“Biarkan Tari tenang dulu,” bisik ibu pada Cahya saat Mentari telah kembali ke kamarnya.

“Tapi, Bu.” protes Cahya.

“Bila sudah tiba waktunya, dia sendiri yang akan angkat bicara. Tidak perlu memaksanya, hanya akan membuatnya terpuruk.”

Ada kebenaran dalam ucapan ibu. Mentari pasti akan membahas hal itu juga nanti. Tapi, kapan? Cahya ingin segera menyelesaikannya. Dia telah mengungkapkan jalan keluar yang dipikirkannya untuk masalah Mentari pada suaminya.

Suaminya menimpali dengan, “Kamu hanya bisa memberikan masukan, bukan memaksakan jalan k
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status