“Stefan belum kembali ke kantor? Jadi, dia tidak ada di ruangannya?” tanya Olivia tidak percaya.Ke mana Stefan pergi? Kenapa dia belum kembali ke kantornya? Bukannya dia diwawancarai di kantornya sendiri?Olivia berpikir kalau tempat Stefan wawancara adalah di kantornya karena ruangan itu terlihat sangat mewah dan asing bagi Olivia. Sebenarnya, Olivia juga tidak pernah masuk ke dalam kantor Stefan, tapi entah kenapa dia berpikir seperti itu. Olivia pernah beberapa kali datang ke Adhitama Group. Namun, Stefan tidak pernah membawa Olivia ke ruangan kantor Stefan yang sesungguhnya. Stefan hanya membawanya ke sebuah bilik kerja yang Stefan bilang sebagai tempat kerjanya saat itu. Kemudian Olivia teringat akan kantor Calvin Adhitama yang ditulis sebagai ruangan wakil direktur. Ternyata seluruh anggota keluarga Adhitama sudah bersekongkol untuk menipu Olivia. Wajah Olivia langsung terlihat sangat kesal setelah teringat kalau Stefan sudah menipunya habis-habisan.“Bu Olivia, sepertinya Pa
Junia baru saja menelepon Reiki dan memberitahu Reiki kalau sepeda motor listriknya mogok di tengah jalan menuju Adhitama Group. Junia mengatakan kalau dia tidak bisa mendorong sepedanya kembali ke toko buku karena jaraknya sudah terlalu jauh. Dia juga masih terlalu jauh jika harus mendorong sepedanya sampai Adhitama Group. Oleh karena itu, Junia bergegas menelepon Reiki untuk meminta bantuannya. Ini adalah pertama kalinya Junia meminta tolong pada Reiki. Dia ingin meminta Reiki untuk menjemputnya agar dia bisa menenangkan sahabatnya. Kalau bukan karena Olivia, Junia pasti sudah meminta adiknya untuk menjemputnya dan bukan Reiki.Di sisi lain, Reiki sekarang sedang menghadapi Olivia yang terlihat sangat marah. Dia pun meminta Olivia untuk duduk dulu dan menunda rencananya untuk menjemput Junia. “Bu Olivia mau minum apa?” tanya Reiki sopan.“Tidak perlu! Aku cuma mau tanya beberapa hal sama kamu. Apa benar Stefan adalah penerus Adhitama Group? Apa dia juga atasanmu?” tanya Olivia deng
“Bu Olivia, bagaimanapun juga cinta Pak Stefan ke Ibu itu nyata. Dia benar-benar mencintai Bu Olivia. Jadi, Ibu tidak perlu meragukannya sama sekali,” jelas Reiki. Olivia langsung terkekeh dengan mata yang tiba-tiba berair. Dia langsung berdiri sambil mengangkat tangannya lalu mengusap matanya.“Terima kasih Pak Reiki atas penjelasannya. Maaf karena sudah mengganggu Bapak. Kalau begitu saya pamit dulu,” ujar Olivia. Reiki sama sekali tidak berusaha menahan Olivia setelah mendengar kata pamit yang terucap dari mulutnya. Kemudian dia juga ikut berjalan mengikuti Olivia seraya berkata, “Bu Olivia, saya tahu Ibu pasti sangat kaget dan marah atas berita ini. Tapi, Stefan sangat serius dengan perasaannya. Saya harap, Ibu bisa memberikan Stefan sedikit kesempatan untuk menjelaskan semuanya setelah Bu Olivia merasa sedikit lebih tenang. Bagaimanapun juga kalian berdua kan suami istri.”Olivia sama sekali tidak mengatakan sepatah kata pun untuk menanggapi perkataan Reiki. Wajahnya masih saja
Daniel dan Odelina akhirnya tiba di Adhitama Group. Mereka juga membawa Junia bersama dengan mereka. Mereka bertemu Junia di perjalanan ketika Junia sedang terlihat cemas dengan sepedanya yang kehabisan daya. Dia pun bergegas masuk ke dalam mobil Daniel dan meninggalkan sepedanya di pinggir jalan dalam keadaan terkunci. Dia akan kembali dan mengambil sepedanya setelah berhasil menenangkan Olivia.“Olivia!”“Olivia!”Odelina dan Junia bergegas menghampiri Olivia setelah mereka turun dari mobil. Bahkan Odelina sampai lupa dan meninggalkan putranya begitu saja. Untung saja ada Daniel yang langsung menggendong Russel bersamanya. Russel juga hanya bisa terdiam pasrah sambil melihat ibunya yang tidak ingat akan keberadaannya. Ibunya langsung berlari menghampiri Olivia setelah turun dari mobil dan meninggalkannya di dalam mobil Daniel. Daniel mengatakan kalau dia akan menggendong Russel turun dari mobil. Namun, Daniel tetap saja tidak menurunkan Russel dari gendongannya setelah mereka berdua
Hati Olivia terasa semakin dingin. Mobil kantor yang biasa digunakan oleh Stefan pastinya adalah mobil yang dibelinya untuk menipu Olivia. Sebaliknya, sekarang Stefan duduk di atas sebuah mobil mewah dengan dikelilingi oleh banyak pengawal. Seperti inilah bentuk asli dari kehidupan seorang miliarder. “Olivia,” panggil Stefan setelah turun dari mobil.“Olivia,” ujarnya kembali.Dia berdiri di hadapan dua saudari ini. Kemudian Stefan berkata kepada Odelina, “Kak, aku tahu aku salah. Sekarang Kakak bisa nggak biarkan aku bicara empat mata sama Olivia?”Odelina tidak menjawab pertanyaan Stefan. Dia hanya melirik ke arah Olivia.“Memangnya apa lagi yang harus kita bicarakan? Kamu itu pewaris keluarga miliarder, sedangkan aku cuma rakyat kecil. Kita benar-benar nggak sepadan, jadi aku juga nggak memenuhi syarat untuk bicara sama kamu,” ujar Olivia ketus lalu menarik kakaknya pergi. “Olivia,” ujar Stefan sambil mengulurkan tangannya berusaha untuk menarik Olivia.“Olivia, kamu bicaralah b
Stefan sebenarnya ingin menggendong Olivia turun dari mobil setelah mereka sampai di Vila Puncak Bukit. “Aku mau turun sendiri. Kamu nggak perlu gendong aku lagi. Kamu juga jangan sentuh aku lagi,” ujar Olivia ketus.Olivia tidak ingin Stefan menggendong ataupun menyentuhnya. Dia dengan cepat turun sendiri dari dalam mobil setelah sempat mendorong Stefan menjauh darinya. Pak Marwan dengan cepat keluar dari dalam rumah, lalu berkata, “Non Olivia.”“Tidak perlu memberiku hormat begitu. Aku bukan orang yang perlu kalian hormati. Lagi pula, aku juga nggak sepadan sama majikan kalian itu,” ujar Olivia ketus. Kekesalannya benar-benar sedang memuncak. Kemudian dia melirik ke arah Stefan lalu berkata, “Kamu masih mau bilang kalau kamu tinggal sendirian? Akting kamu itu natural banget, ya. Kamu bisa berbohong dengan mudahnya, tanpa naskah, wajahmu juga nggak kelihatan memerah, bahkan napasmu juga biasa saja.”Akting Stefan memang sangat bagus sampai Olivia tidak bisa melihatnya. Mungkin bis
Stefan melihat Olivia berjalan menuju dapur ketika dia baru masuk ke dalam rumah. Di dapur, Olivia mengambil mie instan kemudian menggoreng dua buah telur. Lalu menaruh dua buah telur goreng itu di atas mie . Olivia hanya melirik Stefan ketika Stefan sedang menatapnya dan tidak menggubrisnya sama sekali. Kemudian dia duduk di meja makan dan mulai memakan mienya. Stefan masih merasa khawatir dengan kemarahan Olivia. Jadi, dia memutuskan untuk tidak ikut makan maupun minum. Suasana hati Stefan terasa campur aduk saat ini setelah melihat Olivia makan mie dengan lahapnya. Akhirnya Stefan memutuskan untuk ikut duduk di meja makan lalu berkata dengan ragu, “Olivia ....”“Jangan bicara! Jangan pengaruhi nafsu makanku!” seru Olivia kesal. Stefan dengan patuh langsung menutup mulutnya setelah mendengar omelan istrinya. Dia tahu kalau dirinya salah, jadi hal yang terbaik yang bisa dilakukannya adalah mengikuti semua perintah istrinya. Stefan merasa lapar setelah melihat Olivia yang makan de
“Aku benar-benar nggak tahu kalau kamu itu penerus keluarga terkaya di kota ini. Kamu juga tahu apa yang aku mau, kan? Aku pernah bilang semuanya padamu ketika kita bertengkar waktu itu. Aku mau kamu punya tempat tinggal, jadi aku nggak perlu mengontrak lagi. Aku juga mau kamu memiliki pekerjaan yang stabil, jadi kakakku nggak perlu lagi mengkhawatirkanku,” ujar Olivia.Stefan langsung tersenyum getir seraya berkata, “Aku tahu kalau tujuan utamamu menikah denganku memang untuk membuat Kakakmu tenang. Bukan karena uang apalagi karena aku. Aku yang salah paham. Semua ini memang salahku.”“Olivia, kalau kamu mau mukul ataupun marah sama aku, maka lakukan saja sesukamu. Bahkan aku akan menerima semua hukuman yang kamu berikan padaku.”Stefan sama sekali tidak akan mengelak dari semua hukuman yang diberikan oleh Olivia kepadanya. Olivia hanya terus menatapnya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.“Awalnya, aku hanya ingin mengujimu, makanya aku menyembunyikan identitasku yang sebenarnya. Ne