Emosi Olivia yang meledak-ledak masih bisa terlihat dengan sangat jelas. Stefan memiliki firasat kalau dirinya akan sulit untuk menemui Olivia lagi apabila dia membiarkan Olivia pergi dari vila ini. “Stefan, lepaskan aku! Aku nggak mau melihat ataupun bicara sama kamu!” seru Olivia setelah menyadari Stefan yang tidak ingin melepaskannya. Kemudian Olivia menggigit punggung tangan Stefan dengan sangat keras, tapi Stefan tetap tidak melepaskan genggamannya. Lalu Olivia memukul dan menendang Stefan berulang kali dengan penuh amarah, tapi Stefan tetap tidak melepaskannya.Dia justru menarik Olivia ke dalam pelukannya. Kemudian dia menundukkan kepalanya dan mencium bibir Olivia dengan lembut untuk menutup mulut Olivia. Namun, Olivia langsung menggigit bibir Stefan hingga berdarah. Akhirnya, Stefan memukul bagian belakang leher Olivia untuk menghentikan semua pergerakan Olivia. Olivia langsung berhenti dan tidak sadarkan diri. Stefan buru-buru memeluk Olivia yang sudah pingsan dan menggend
Stefan, kamu jangan panik. Sekarang kalian di mana? Nenek segera ke sana,” ujar Nenek berusaha menghibur Stefan. Nenek merasa bertanggung jawab atas hubungan kedua sejoli ini. “Percuma, Nek! Nenek juga nggak akan bisa membantuku. Dia berpikir kalau kita semua sudah menipunya selama berbulan-bulan. Baginya, kita ini hanya keluarga penipu,” ujar Stefan sedikit lebih tenang. Nenek menghela napasnya lalu berkata, “Nenek sudah memperingatkanmu mengenai hal ini sebelumnya .... Sekarang kamu pikirkan saja cara untuk membujuknya. Tapi, kalau dia masih tidak mau juga, lebih baik kamu berikan waktu untuknya menenangkan diri. Kamu jangan terus memaksanya.”“Dia tidak boleh pergi dariku sejengkal pun!” seru Stefan kesal. Sifat Stefan yang suka mendominasi bisa terlihat dengan sangat jelas dalam masalah ini. Nenek hanya bisa terdiam tanpa bisa membalas kata-kata yang dilontarkan oleh Stefan. Kemudian Nenek menutup teleponnya tanpa bersuara sedikit pun.Nenek berpikir kalau Stefan akan kesulitan
“Olivia, kamu nggak apa-apa, kan?” tanya Stefan setelah melihat Olivia menatapnya tanpa bersuara sedikit pun. Apa mungkin Stefan sudah memukulnya terlalu keras sampai membuat Olivia terdiam begini? “Stefan!” seru Olivia marah setelah kesadarannya kembali.Kemudian dia meraih kerah baju suaminya dan memukul leher bagian belakang Stefan. Dia terlihat bagai seekor singa yang sedang marah. “Kurang ajar kamu, ya! Berani sekali kamu membuatku pingsan!” seru Olivia marah.Leher bagian belakangnya terasa sangat sakit. Bagaimana mungkin Stefan masih saja mengatakan kalau dia mencintai Olivia? Apa cinta itu membuat pasangannya pingsan? Bukankah ini sama saja seperti menyakiti tubuh Olivia? Sekarang Olivia tidak akan percaya lagi semua perkataan Stefan. Olivia sudah hidup dalam kebohongan yang dibuat oleh Stefan selama empat bulan terakhir. Sekarang tingkat kepercayaan Olivia terhadap Stefan adalah nol. “Oliv! Oliv!” seru Stefan sambil berusaha melarikan diri.Dia takut Olivia akan membuatny
“Sifatmu memang kayak gini. Kamu terbiasa mendapatkan segalanya. Kamu orang yang sombong, egois, mendominasi dan juga paranoid,” ujar Olivia penuh kekesalan. Apa yang diucapkan oleh Olivia memang sifat sesungguhnya dari seorang Stefan. Bahkan ketika dia baru menikah dan berpura-pura menjadi orang biasa sekalipun, sifat aslinya tetap saja tidak berubah. Namun, sifat Stefan yang keras dan mendominasi mulai melunak setelah pernikahan mereka berdua semakin hangat. Lalu sekarang sifat aslinya kembali terlihat. Sulit rasanya untuk berhubungan dengan orang seperti Stefan. Terlebih lagi bagi perempuan mandiri seperti Olivia. Perempuan mandiri seperti Olivia ketika berkonflik dengan laki-laki seperti Stefan cenderung akan memperbesar konflik yang terjadi di antara mereka. Stefan ingin menenangkan Olivia, tapi cara yang dilakukannya salah. Hasilnya justru memperparah masalah di antara mereka berdua. Akhirnya, Olivia semakin marah dan mustahil menenangkannya.“Olivia .... “Stefan mulai melep
Stefan mengikuti Olivia berjalan keluar kamar. Dia tidak berani berbicara dan hanya mengikuti Olivia dalam diam. Dia mengikuti Olivia ke mana pun Olivia pergi. Olivia membuka pintu, turun ke lantai bawah, Stefan selalu mengikutinya bagaikan bayangan. Olivia berjalan menuju pagar dan berusaha membukanya. Namun, pagarnya dikunci. Dia langsung menoleh ke arah Stefan lalu mengulurkan tangannya seraya berkata, “Siniin kuncinya!”Pak Marwan, Dimas dan pelayan yang lainnya hanya bisa mengikuti mereka dari kejauhan. Mereka semua tidak berani mengeluarkan suara sedikit pun. Mereka takut ketika melihat wajah Olivia yang berubah garang dan dingin. Sedangkan Stefan sudah berubah seperti bayangan Olivia yang selalu mengikuti Olivia ke mana pun Olivia pergi. Stefan mengeluarkan kuncinya, tapi dia tidak memberikannya kepada Olivia. Dia justru melemparkannya jauh keluar pagar dengan sekuat tenaganya. Kemudian dia merentangkan tangannya seraya berkata, “Aku nggak punya kuncinya.”Olivia semakin nai
Olivia merasa sangat kesal karena dirinya tidak bisa keluar dari tempat ini. Akhirnya dia memutuskan untuk kembali masuk ke dalam rumah dan mengunci dirinya di dalam kamar tamu. Dia ingin sekali meminta bantuan kakaknya. Namun, daya baterai ponselnya sudah habis. “Ya ampun ... kayaknya Tuhan lagi menghukumku!” seru Olivia kesal. Stefan sama sekali tidak mengganggu Olivia ketika Olivia mengunci diri di dalam kamar. Dia justru mencari bantuan dari orang terdekatnya, yaitu Reiki. Reiki baru saja mengantarkan Junia kembali ke toko buku. Untung saja, Junia membawa pengisi daya untuk sepeda listriknya ke toko buku. Jadi dia bergegas mengisi daya sepeda listriknya itu. “Pak Reiki, tanyain Pak Stefan dong gimana keadaan Oliv,” ujar Junia.Dia penasaran dengan keadaan Olivia saat ini setelah dibawa pergi oleh Stefan. “Kalau begitu, aku coba telepon mereka dulu ya,” jawab Reiki mengiyakan permintaan Junia. Namun, entah mengapa Reiki memiliki firasat buruk tentang keadaan mereka berdua. Rei
“Aku lebih mengenal Olivia daripada Pak Stefan. Aku jamin, Olivia pasti nggak akan diam-diam pergi dan meninggalkan Bapak. Jadi, lebih baik Bapak biarkan dia pulang ke Kakaknya,” ujar Junia berusaha meyakinkan Stefan. “Kamu bukan Olivia, jadi aku nggak bisa mempercayai omonganmu,” ujar Stefan ketus. Junia hanya bisa terdiam. Stefan benar-benar keras kepala. Dia sama sekali tidak mau mendengar apa pun yang dikatakan Junia. Reiki buru-buru mengambil ponselnya lalu berusaha menenangkan Junia dengan berkata, “Dia lagi gila. Dia nggak pernah mengalami masalah kayak gini, jadi dia nggak tahu gimana cara menanganinya dengan baik. Kamu sendiri yang akan marah kalau bicara serius sama dia sekarang.”Junia hanya bisa membuka mulutnya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Dia tidak tahu apalagi yang harus dikatakannya sekarang. Stefan biasanya selalu terlihat dewasa dan tegas. Dia juga bisa menghadapi orang lain dengan baik. Jadi, Junia tidak pernah menduga kalau Stefan akan mengurung Olivia d
“Stefan, aku tenangin diri dulu, deh. Nanti kalau aku sudah menemukan solusi yang bagus, kamu akan kuhubungi. Tapi, kamu jangan lagi nyakitin Oliv. Kalau nggak, kamu benar-benar nggak akan bisa baikan lagi sama dia.”Reiki sangat kesal pada Stefan hingga dia sangat ingin segera menutup telepon Stefan dan menenangkan diri. Dengan begitu, Reiki tidak akan sampai berkata kasar di depan Junia. Dia harus tetap menjaga kesan baik atasannya itu. Belajar dari kasus Stefan ini, Reiki bertekad untuk memperlakukan Junia dengan setulus mungkin. Dia tidak akan pernah melakukan hal seperti yang dilakukan Stefan kepada Olivia. Misalnya, berbohong.Reiki tidak menunggu tanggapan Stefan. Dia langsung menutup telepon.“Kok ditutup sih. Aku ‘kan belum nasihatin Pak Stefan, Reiki. Kalau kayak yang dia bilang tadi, Oliv sudah pasti akan makin marah. Bisa jadi malah jadi benci sama Stefan.”Reiki menjawab, “Memangnya kamu nggak dengar apa yang dia bilang tadi? Aku saja sampai nggak tahu mau ngomong apa. Ke