“Aku benar-benar nggak tahu kalau kamu itu penerus keluarga terkaya di kota ini. Kamu juga tahu apa yang aku mau, kan? Aku pernah bilang semuanya padamu ketika kita bertengkar waktu itu. Aku mau kamu punya tempat tinggal, jadi aku nggak perlu mengontrak lagi. Aku juga mau kamu memiliki pekerjaan yang stabil, jadi kakakku nggak perlu lagi mengkhawatirkanku,” ujar Olivia.Stefan langsung tersenyum getir seraya berkata, “Aku tahu kalau tujuan utamamu menikah denganku memang untuk membuat Kakakmu tenang. Bukan karena uang apalagi karena aku. Aku yang salah paham. Semua ini memang salahku.”“Olivia, kalau kamu mau mukul ataupun marah sama aku, maka lakukan saja sesukamu. Bahkan aku akan menerima semua hukuman yang kamu berikan padaku.”Stefan sama sekali tidak akan mengelak dari semua hukuman yang diberikan oleh Olivia kepadanya. Olivia hanya terus menatapnya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.“Awalnya, aku hanya ingin mengujimu, makanya aku menyembunyikan identitasku yang sebenarnya. Ne
Emosi Olivia yang meledak-ledak masih bisa terlihat dengan sangat jelas. Stefan memiliki firasat kalau dirinya akan sulit untuk menemui Olivia lagi apabila dia membiarkan Olivia pergi dari vila ini. “Stefan, lepaskan aku! Aku nggak mau melihat ataupun bicara sama kamu!” seru Olivia setelah menyadari Stefan yang tidak ingin melepaskannya. Kemudian Olivia menggigit punggung tangan Stefan dengan sangat keras, tapi Stefan tetap tidak melepaskan genggamannya. Lalu Olivia memukul dan menendang Stefan berulang kali dengan penuh amarah, tapi Stefan tetap tidak melepaskannya.Dia justru menarik Olivia ke dalam pelukannya. Kemudian dia menundukkan kepalanya dan mencium bibir Olivia dengan lembut untuk menutup mulut Olivia. Namun, Olivia langsung menggigit bibir Stefan hingga berdarah. Akhirnya, Stefan memukul bagian belakang leher Olivia untuk menghentikan semua pergerakan Olivia. Olivia langsung berhenti dan tidak sadarkan diri. Stefan buru-buru memeluk Olivia yang sudah pingsan dan menggend
Stefan, kamu jangan panik. Sekarang kalian di mana? Nenek segera ke sana,” ujar Nenek berusaha menghibur Stefan. Nenek merasa bertanggung jawab atas hubungan kedua sejoli ini. “Percuma, Nek! Nenek juga nggak akan bisa membantuku. Dia berpikir kalau kita semua sudah menipunya selama berbulan-bulan. Baginya, kita ini hanya keluarga penipu,” ujar Stefan sedikit lebih tenang. Nenek menghela napasnya lalu berkata, “Nenek sudah memperingatkanmu mengenai hal ini sebelumnya .... Sekarang kamu pikirkan saja cara untuk membujuknya. Tapi, kalau dia masih tidak mau juga, lebih baik kamu berikan waktu untuknya menenangkan diri. Kamu jangan terus memaksanya.”“Dia tidak boleh pergi dariku sejengkal pun!” seru Stefan kesal. Sifat Stefan yang suka mendominasi bisa terlihat dengan sangat jelas dalam masalah ini. Nenek hanya bisa terdiam tanpa bisa membalas kata-kata yang dilontarkan oleh Stefan. Kemudian Nenek menutup teleponnya tanpa bersuara sedikit pun.Nenek berpikir kalau Stefan akan kesulitan
“Olivia, kamu nggak apa-apa, kan?” tanya Stefan setelah melihat Olivia menatapnya tanpa bersuara sedikit pun. Apa mungkin Stefan sudah memukulnya terlalu keras sampai membuat Olivia terdiam begini? “Stefan!” seru Olivia marah setelah kesadarannya kembali.Kemudian dia meraih kerah baju suaminya dan memukul leher bagian belakang Stefan. Dia terlihat bagai seekor singa yang sedang marah. “Kurang ajar kamu, ya! Berani sekali kamu membuatku pingsan!” seru Olivia marah.Leher bagian belakangnya terasa sangat sakit. Bagaimana mungkin Stefan masih saja mengatakan kalau dia mencintai Olivia? Apa cinta itu membuat pasangannya pingsan? Bukankah ini sama saja seperti menyakiti tubuh Olivia? Sekarang Olivia tidak akan percaya lagi semua perkataan Stefan. Olivia sudah hidup dalam kebohongan yang dibuat oleh Stefan selama empat bulan terakhir. Sekarang tingkat kepercayaan Olivia terhadap Stefan adalah nol. “Oliv! Oliv!” seru Stefan sambil berusaha melarikan diri.Dia takut Olivia akan membuatny
“Sifatmu memang kayak gini. Kamu terbiasa mendapatkan segalanya. Kamu orang yang sombong, egois, mendominasi dan juga paranoid,” ujar Olivia penuh kekesalan. Apa yang diucapkan oleh Olivia memang sifat sesungguhnya dari seorang Stefan. Bahkan ketika dia baru menikah dan berpura-pura menjadi orang biasa sekalipun, sifat aslinya tetap saja tidak berubah. Namun, sifat Stefan yang keras dan mendominasi mulai melunak setelah pernikahan mereka berdua semakin hangat. Lalu sekarang sifat aslinya kembali terlihat. Sulit rasanya untuk berhubungan dengan orang seperti Stefan. Terlebih lagi bagi perempuan mandiri seperti Olivia. Perempuan mandiri seperti Olivia ketika berkonflik dengan laki-laki seperti Stefan cenderung akan memperbesar konflik yang terjadi di antara mereka. Stefan ingin menenangkan Olivia, tapi cara yang dilakukannya salah. Hasilnya justru memperparah masalah di antara mereka berdua. Akhirnya, Olivia semakin marah dan mustahil menenangkannya.“Olivia .... “Stefan mulai melep
Stefan mengikuti Olivia berjalan keluar kamar. Dia tidak berani berbicara dan hanya mengikuti Olivia dalam diam. Dia mengikuti Olivia ke mana pun Olivia pergi. Olivia membuka pintu, turun ke lantai bawah, Stefan selalu mengikutinya bagaikan bayangan. Olivia berjalan menuju pagar dan berusaha membukanya. Namun, pagarnya dikunci. Dia langsung menoleh ke arah Stefan lalu mengulurkan tangannya seraya berkata, “Siniin kuncinya!”Pak Marwan, Dimas dan pelayan yang lainnya hanya bisa mengikuti mereka dari kejauhan. Mereka semua tidak berani mengeluarkan suara sedikit pun. Mereka takut ketika melihat wajah Olivia yang berubah garang dan dingin. Sedangkan Stefan sudah berubah seperti bayangan Olivia yang selalu mengikuti Olivia ke mana pun Olivia pergi. Stefan mengeluarkan kuncinya, tapi dia tidak memberikannya kepada Olivia. Dia justru melemparkannya jauh keluar pagar dengan sekuat tenaganya. Kemudian dia merentangkan tangannya seraya berkata, “Aku nggak punya kuncinya.”Olivia semakin nai
Olivia merasa sangat kesal karena dirinya tidak bisa keluar dari tempat ini. Akhirnya dia memutuskan untuk kembali masuk ke dalam rumah dan mengunci dirinya di dalam kamar tamu. Dia ingin sekali meminta bantuan kakaknya. Namun, daya baterai ponselnya sudah habis. “Ya ampun ... kayaknya Tuhan lagi menghukumku!” seru Olivia kesal. Stefan sama sekali tidak mengganggu Olivia ketika Olivia mengunci diri di dalam kamar. Dia justru mencari bantuan dari orang terdekatnya, yaitu Reiki. Reiki baru saja mengantarkan Junia kembali ke toko buku. Untung saja, Junia membawa pengisi daya untuk sepeda listriknya ke toko buku. Jadi dia bergegas mengisi daya sepeda listriknya itu. “Pak Reiki, tanyain Pak Stefan dong gimana keadaan Oliv,” ujar Junia.Dia penasaran dengan keadaan Olivia saat ini setelah dibawa pergi oleh Stefan. “Kalau begitu, aku coba telepon mereka dulu ya,” jawab Reiki mengiyakan permintaan Junia. Namun, entah mengapa Reiki memiliki firasat buruk tentang keadaan mereka berdua. Rei
“Aku lebih mengenal Olivia daripada Pak Stefan. Aku jamin, Olivia pasti nggak akan diam-diam pergi dan meninggalkan Bapak. Jadi, lebih baik Bapak biarkan dia pulang ke Kakaknya,” ujar Junia berusaha meyakinkan Stefan. “Kamu bukan Olivia, jadi aku nggak bisa mempercayai omonganmu,” ujar Stefan ketus. Junia hanya bisa terdiam. Stefan benar-benar keras kepala. Dia sama sekali tidak mau mendengar apa pun yang dikatakan Junia. Reiki buru-buru mengambil ponselnya lalu berusaha menenangkan Junia dengan berkata, “Dia lagi gila. Dia nggak pernah mengalami masalah kayak gini, jadi dia nggak tahu gimana cara menanganinya dengan baik. Kamu sendiri yang akan marah kalau bicara serius sama dia sekarang.”Junia hanya bisa membuka mulutnya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Dia tidak tahu apalagi yang harus dikatakannya sekarang. Stefan biasanya selalu terlihat dewasa dan tegas. Dia juga bisa menghadapi orang lain dengan baik. Jadi, Junia tidak pernah menduga kalau Stefan akan mengurung Olivia d
Sementara itu di kamar sebelah, setelah Russel pergi, sekarang giliran Olivia yang mengobrol dengan Stefan.“Sayang, kamu bawa Russel main di rumahnya keluarga Junaidi saja. Biar dia main di sana sampai puas tanpa perlu mikir apa-apa. Kalau aku sudah selesai, aku jemput kalian di sana,” kata Stefan.“Muka kamu kelihatannya capek banget. Kamu yang lebih butuh istirahat dari aku. Tugas yang bisa dioper ke orang lain dioper saja, nggak perlu semuanya kamu yang kerjain sendiri,” ujar Olivia membalas. “Kalau semuanya kamu yang kerjain sendiri pasti capek banget. Jangan pikir mentang-mentang masih muda jadi boleh bergadang. Kebanyakan bergadang nanti jadi cepat tua dan malah kasih dampak buruk ke badan kamu. Risiko meninggal tiba-tiba juga jadi meningkat. Stefan, kamu harus ingat, sekarang kamu nggak sendiri lagi. Kamu punya istri dan sebentar lagi punya anak. Aku dan anak kita menunggu kamu pulang.”“Iya, Sayang. Tenang saja. Aku selalu ingat kamu waktu mengerjakan apa pun. Aku bisa melindu
“Mama kamu sudah sibuk seharian pasti butuh istirahat, kita kasih dia waktu untuk istirahat sebentar, ya.”Russel sejenak berpikir, lalu dengan berat hati dia menyahut, “Oke, kalau begitu aku mau tidur dulu. Besok pagi baru aku telepon Mama. Tante Olivia, besok bangunin aku, ya.”“Oke. Jam 7.30 besok Tante bangunin, ya. Seharusnya jam segitu mama kamu lagi sarapan,” ujar Olivia.Dengan berat hati Russel melambaikan tangannya sambil berpamitan dengan Stefan, dia lalu meninggalkan amarnya Olivia dan kembali ke kamar tidur dia dan Liam.Di kamarnya Liam sedang menyalin nama-nama obat beserta khasiat dan larangan penggunaan dari setiap jenisnya. Saat melihat Russel kembali, dia langsung mengangkat kepalanya dan bertanya, “Russel, kamu sudah ketemu sama mama kamu?”Russel menghampiri dan melihat nama obat yang Lam tulis. Hanya sedikit saja huruf yang bisa dia baca. “Mama masih sibuk, jadi nggak ada waktu untuk ngobrol. Tante Olivia suruh aku untuk istirahat dulu. Besok pagi baru aku bisa ng
Tanpa pikir panjang Russel menjawab,”Jelas suka, dong! Aku suka Om Daniel. Asyik juga nambah satu papa lagi. Orang lain cuma punya satu papa, aku punya dua.”Pada saat awal-awal Daniel mencari tahu apakah Russel menginginkan ayah baru, Russel bilang kalau dia sudah punya ayah. Dia tidak ingin serakah, satu ayah saja sudah cukup. Sekarang ketika Russel sudah lebih besar, dia mulai membangun hubungan ayah dan anak dengan Daniel, dan sekarang dia sudah bisa menerima Daniel sebagai ayah barunya. Di luar itu, saat ini hubungan Russel dengan Daniel justru lebih dekat dibandingkan ayah kandungnya.Alasan utamanya adalah karena keluarga Pamungkas suka membuat masalah yang perlahan mengikis hubungan mereka dengan Russel. Russel sekarang masih kecil. Sebenarnya asal keluarga Pamungkas mau memperlakukan Russel dengan baik dan tidak memanfaatkannya untuk mendapat keuntungan pribadi, dan benar- benar menyayangi Russel dengan tulus, Russel juga pasti akan senang dengan mereka. Jika menunggu sampai R
Russel juga suka dengan anak-anak. Mereka masih sangat mungil dan menggemaskan, sama seperti anak kecil yang ada di rumahnya Yuna. Setiap kali Russel berkunjung ke rumah Yuna, Russel ingin sekali meminta Olivia untuk membawa adik kecil itu ke rumah. Di rumah Russel memiliki banyak mainan yang bisa dia bagikan.“Mana mungkin. Om kan paling sayang sama Russel. Om nanya adik kamu yang masih di perut itu karena Om khawatir sama Tante Olivia. Takutnya Tante sakit atau apa. Memangnya Russel nggak khawatir?” tanya Stefan.“Jelas khawatir juga, dong. Russel kan paling sayang sama Tante Olivia,” Russel mengangguk.“Nah … Russel kan sayang sama Tante, pastinya Russel nggak mau kalau Tante kesakitan, ‘kan?”“Iya.”“Makanya tadi Om nanya keadaan Tante. Sama kayak kamu, Om juga sayang sama Tante. Jadi bukannya sudah nggak sayang sama kamu lagi. Russel paham?” tanya Stefan.Russel mengedipkan matanya dan menatap ke arah Olivia, lalu dia berpikir sejenak, dan menganggukkan kepalanya lagi. “Iya, Om St
“Sekarang sudah larut malam, ayo semuanya istirahat dulu,” kata Yuna kepada yang lain.Biasanya mereka lebih sering bergadang hingga subuh. Sesungguhnya mereka semua masih belum mengantuk, tetapi begitu Yuna bertitah, mereka semua langsung kembali ke kamar masing-masing. Untuk sebagian orang yang tidak menginap di kediaman keluarga Arahan juga kembali ke hotel mereka masing-masing.Stefan menginap di Blanche Hotel. Dia pulang ke kamarnya sendiri di hotel tersebut. Saat dia baru saja duduk santai di sofa, ponselnya tiba-tiba berdering. Stefan menduga telepon itu datang dari istri tercintanya. Dia pun mengeluarkan ponselnya dan melihat, ternyata benar, Olivia mengajaknya untuk berbicara melalui video call. Ekspresi wajah Stefan yang semula serius dalam sekejap langsung melunak, lalu dia menerima panggilan dari Olivia. Ketika panggilan tersambung, hal pertama yang Stefan lihat di layar ponselnya adalah wajah mungil Russel.“Om Stefan,” sapa Russel dengan ceria begitu melihat wajah Stefan.
“Nanti aku dan guruku bakal cari satu rumah. Aku yakin dengan kemampuanku dan guruku, kami pasti bisa cari senjata api itu sampai ketemu. Kecuali, kalau senjata api itu Patricia makan dan kita nggak bisa bedah perutnya.”Mereka benar-benar sudah paham betul seperti apa gaya Patricia dalam melakukan sesuatu.Kurang lebih pukul sepuluh lewat di malam hari, ada orang yang menekan bel rumah keluarga Arahan. Orang itu mengaku sebagai pelayan keluarga Gatara yang datang untuk mengirimkan undangan kepada Yuna dan kawan-kawannya untuk datang ke kediaman keluarga Gatara dalam rangka menyambut kedatangan Yuna dan Deddy. Undangan itu adalah undangan pesta makan malam yang diadakan di kediaman keluarga Gatara pada besok malam, yang juga dihadiri oleh anggota inti keluarga Gatara lainnya. Berhubung keluarga Arahan juga terlibat, tentu kurang pantas jika Patricia tidak mengundang mereka untuk turut serta. Patricia tidak ingin dan tidak berani menjadi musuh keluarga Arahan.“Pulang dan kasih tahu maj
Patricia dan Dikta baru kembali ke kantor mereka di malam hari. Sebagian besar karyawan Gatara Group di hari itu juga sedang lembur. Banyak orang yang dengan sengaja memperlambat pekerjaan mereka untuk melihat apakah Patricia dan Dikta bisa pulang dengan selamat atau tidak. Jika mereka bisa pulang, maka itu berarti tuduhan atas senjata api itu hanyalah tuduhan palsu yang dibuat oleh orang lain dengan maksud tidak baik. Masih ada satu kemungkinan lagi, yaitu polisi gagal menemukan senjata api tersebut.Di antara mereka semua, tentu saja yang paling tegang adalah Ivan dan kedua adiknya. Mereka tidak melakukan apa-apa selama seharian penuh, hingga akhirnya sekretaris mengabari kalau Patricia dan Dikta sudah kembali dari kantor polisi.Mereka bertiga saling bertukar pandang dan sama-sama menghela napas lega, lalu Julio pun berkata, “Sudah kubilang Mama pasti dituduh sembarangan sama orang lain. Selama puluhan tahun, aku nggak pernah sekali pun lihat Mama punya pistol. Oh, pernah, deh. Mama
“Bu Patricia, aku berangkat sekarang,” jawab Dita. Setelah perbincangannya di telepon berakhir, dia langsung pulang ke tempat tinggalnya terlebih dahulu dengan secepat kilat.Untung saja dia punya dia rumah, satu rumah lokasinya tak jauh dari kediaman keluarga Gatara, sama seperti Vandi yang tinggal tak jauh dari situ. Rumah kedua lokasinya lebih dekat ke gedung kantor Gatara Group. Hanya butuh waktu dua sampai tiga menit dengan mengemudikan mobil. Dikta tinggal sangat dekat agar dia bisa merespons secepat mungkin kapan pun Patricia membutuhkannya.Karena Dikta sudah mengabdi kepada Patricia selama puluhan tahun, Patricia pun memberikan fasilitas yang sangat mewah. Dua rumah yang diberikan kepada Dikta adalah model vila yang memiliki pekarangan luas. Pekerjaan yang Dikta lakukan untuk Patricia kebanyakan bersifat rahasia. Agar rahasia itu tetap terjaga dengan baik, Dita tinggal seorang diri di rumahnya dan tidak pernah mengundang siapa pun masuk kedalam. Bahkan untuk sekadar membersihk
Patricia dibuat membisu oleh balasan polisi.“Bu Patricia, mohon hubungi Pak Dikta sekarang juga.”“Baik, aku hubungi dia sekarang,” jawab Patricia.Patricia pun menghubungi Dikta untuk segera datang dengan alasan polisi mencurigainya memiliki senjata api dan diminta untuk bekerja sama menjalani pemeriksaan. Dikta pun sangat terkejut saat mendapat kabar tersebut. Selain senjata api yang disimpan oleh Patricia, sisanya hanyalah senapan untuk berburu. Namun senapan berburu pun tidak diizinkan untuk dimiliki oleh rakyat sipil. Apabila ketahuan dan dilaporkan, senapan tersebut harus diserahkan ke pihak berwajib dan pemilik akan dijatuhi hukuman.Pemikiran Dikta sama seperti Patricia. Mereka sudah lama menyimpan senjata api dan tidak pernah memberi tahu hal tersebut ke siapa pun. Rencana mereka adalah memancing Odelina dan yang lain untuk masuk ke rumah keluarga Gatara, lalu membakar rumah tersebut agar mereka semua mati bersama, atau menggunakan senjata api tersebut untuk membunuh mereka.