“Sifatmu memang kayak gini. Kamu terbiasa mendapatkan segalanya. Kamu orang yang sombong, egois, mendominasi dan juga paranoid,” ujar Olivia penuh kekesalan. Apa yang diucapkan oleh Olivia memang sifat sesungguhnya dari seorang Stefan. Bahkan ketika dia baru menikah dan berpura-pura menjadi orang biasa sekalipun, sifat aslinya tetap saja tidak berubah. Namun, sifat Stefan yang keras dan mendominasi mulai melunak setelah pernikahan mereka berdua semakin hangat. Lalu sekarang sifat aslinya kembali terlihat. Sulit rasanya untuk berhubungan dengan orang seperti Stefan. Terlebih lagi bagi perempuan mandiri seperti Olivia. Perempuan mandiri seperti Olivia ketika berkonflik dengan laki-laki seperti Stefan cenderung akan memperbesar konflik yang terjadi di antara mereka. Stefan ingin menenangkan Olivia, tapi cara yang dilakukannya salah. Hasilnya justru memperparah masalah di antara mereka berdua. Akhirnya, Olivia semakin marah dan mustahil menenangkannya.“Olivia .... “Stefan mulai melep
Stefan mengikuti Olivia berjalan keluar kamar. Dia tidak berani berbicara dan hanya mengikuti Olivia dalam diam. Dia mengikuti Olivia ke mana pun Olivia pergi. Olivia membuka pintu, turun ke lantai bawah, Stefan selalu mengikutinya bagaikan bayangan. Olivia berjalan menuju pagar dan berusaha membukanya. Namun, pagarnya dikunci. Dia langsung menoleh ke arah Stefan lalu mengulurkan tangannya seraya berkata, “Siniin kuncinya!”Pak Marwan, Dimas dan pelayan yang lainnya hanya bisa mengikuti mereka dari kejauhan. Mereka semua tidak berani mengeluarkan suara sedikit pun. Mereka takut ketika melihat wajah Olivia yang berubah garang dan dingin. Sedangkan Stefan sudah berubah seperti bayangan Olivia yang selalu mengikuti Olivia ke mana pun Olivia pergi. Stefan mengeluarkan kuncinya, tapi dia tidak memberikannya kepada Olivia. Dia justru melemparkannya jauh keluar pagar dengan sekuat tenaganya. Kemudian dia merentangkan tangannya seraya berkata, “Aku nggak punya kuncinya.”Olivia semakin nai
Olivia merasa sangat kesal karena dirinya tidak bisa keluar dari tempat ini. Akhirnya dia memutuskan untuk kembali masuk ke dalam rumah dan mengunci dirinya di dalam kamar tamu. Dia ingin sekali meminta bantuan kakaknya. Namun, daya baterai ponselnya sudah habis. “Ya ampun ... kayaknya Tuhan lagi menghukumku!” seru Olivia kesal. Stefan sama sekali tidak mengganggu Olivia ketika Olivia mengunci diri di dalam kamar. Dia justru mencari bantuan dari orang terdekatnya, yaitu Reiki. Reiki baru saja mengantarkan Junia kembali ke toko buku. Untung saja, Junia membawa pengisi daya untuk sepeda listriknya ke toko buku. Jadi dia bergegas mengisi daya sepeda listriknya itu. “Pak Reiki, tanyain Pak Stefan dong gimana keadaan Oliv,” ujar Junia.Dia penasaran dengan keadaan Olivia saat ini setelah dibawa pergi oleh Stefan. “Kalau begitu, aku coba telepon mereka dulu ya,” jawab Reiki mengiyakan permintaan Junia. Namun, entah mengapa Reiki memiliki firasat buruk tentang keadaan mereka berdua. Rei
“Aku lebih mengenal Olivia daripada Pak Stefan. Aku jamin, Olivia pasti nggak akan diam-diam pergi dan meninggalkan Bapak. Jadi, lebih baik Bapak biarkan dia pulang ke Kakaknya,” ujar Junia berusaha meyakinkan Stefan. “Kamu bukan Olivia, jadi aku nggak bisa mempercayai omonganmu,” ujar Stefan ketus. Junia hanya bisa terdiam. Stefan benar-benar keras kepala. Dia sama sekali tidak mau mendengar apa pun yang dikatakan Junia. Reiki buru-buru mengambil ponselnya lalu berusaha menenangkan Junia dengan berkata, “Dia lagi gila. Dia nggak pernah mengalami masalah kayak gini, jadi dia nggak tahu gimana cara menanganinya dengan baik. Kamu sendiri yang akan marah kalau bicara serius sama dia sekarang.”Junia hanya bisa membuka mulutnya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Dia tidak tahu apalagi yang harus dikatakannya sekarang. Stefan biasanya selalu terlihat dewasa dan tegas. Dia juga bisa menghadapi orang lain dengan baik. Jadi, Junia tidak pernah menduga kalau Stefan akan mengurung Olivia d
“Stefan, aku tenangin diri dulu, deh. Nanti kalau aku sudah menemukan solusi yang bagus, kamu akan kuhubungi. Tapi, kamu jangan lagi nyakitin Oliv. Kalau nggak, kamu benar-benar nggak akan bisa baikan lagi sama dia.”Reiki sangat kesal pada Stefan hingga dia sangat ingin segera menutup telepon Stefan dan menenangkan diri. Dengan begitu, Reiki tidak akan sampai berkata kasar di depan Junia. Dia harus tetap menjaga kesan baik atasannya itu. Belajar dari kasus Stefan ini, Reiki bertekad untuk memperlakukan Junia dengan setulus mungkin. Dia tidak akan pernah melakukan hal seperti yang dilakukan Stefan kepada Olivia. Misalnya, berbohong.Reiki tidak menunggu tanggapan Stefan. Dia langsung menutup telepon.“Kok ditutup sih. Aku ‘kan belum nasihatin Pak Stefan, Reiki. Kalau kayak yang dia bilang tadi, Oliv sudah pasti akan makin marah. Bisa jadi malah jadi benci sama Stefan.”Reiki menjawab, “Memangnya kamu nggak dengar apa yang dia bilang tadi? Aku saja sampai nggak tahu mau ngomong apa. Ke
“Stefan bukannya nggak takut kehilangan, tapi dia memutuskan untuk menerima segala konsekuensi kebohongannya selama ini. Dia sudah berani menghadapi kenyataan. Hanya saja sekarang, dia lagi takut, agak kehilangan kendali. Makanya jadi dia bikin kesalahan.”Junia menghela napas menanggapi, “Kita bisa ngerti karena masalahnya nggak terjadi di diri kita. Kita nggak bisa ngerasain sakit dan marah yang dirasakan Oliv. Pokoknya aku nggak akan nasihati Oliv. Kalaupun mau menasihati, ya besok-besok saja. Sekarang dia lagi sakit hati banget, ngapain aku harus bantu Stefan? Malah bikin Oliv makin sakit hati jadinya,”“Dia dibohongi sebegitu tragisnya sama orang yang tidur bareng sama dia, lho. Kita bukannya bantu dia ngelampiasin amarahnya, malah nyuruh dia maafin Stefan. Pokoknya aku nggak bisa begitu. Kalau saja aku bisa, aku malah pengin bantu Oliv mukulin si Stefan.”“Pak Aksa udah tahu, belum? Gimana kalau kita minta Pak Aksa bantu hajar Stefan, puas banget pasti rasanya.”Reiki terdiam. Se
Olivia, yang sedang mengurung diri di kamar, sedang melakukan apa?Di kamar, dia mencari pulpen dan kertas, duduk di depan sofa. Olivia meletakkan kertas itu di meja, kemudian menulis surat permohonan cerai. Setelah menikah, mereka tidak membeli properti baru. Tidak ada kekayaan bersama yang perlu diperebutkan. Stefan pernah bilang bahwa setelah bercerai dia akan memberikan rumah di Lotus Residence dan mobil eksekutif itu kepada Olivia. Olivia tidak mau. Itu adalah rumah yang Stefan gunakan untuk membohonginya. Mobil, juga tidak mau. Sedangkan mobil yang saat ini OIivia gunakan dibeli dengan uang Stefan. Setelah bercerai nanti, Olivia akan mengembalikan uang sejumlah harga mobil itu kepada Stefan.Olivia tidak mau sedikit pun harta Stefan. Semua kekayaan mereka, atas nama siapa, maka akan kembali ke siapa pula.Jika Stefan berbalik meminta ganti rugi kepada Olivia, maka dia bersedia memberinya sedikit. Bagaimanapun juga Stefan adalah tuan muda keluarga terhormat. Dia sudah merelakan
Saat itu, Olivia belum mencintai Stefan. Olivia tidak peduli. Sekarang Olivia mencintai Stefan. Setelah tahu semua kebenarannya, hati Olivia terasa sangat sakit. Terlebih jika teringat kejadian beberapa waktu terakhir. Perhatian Stefan, sikapnya, membuat Olivia merasa semakin sakit, semakin marah. Apakah perhatian Stefan selama ini juga bohong?Sialan!Stefan sialan!Bi Sumi dan pembantu yang lain tak tahu harus berbuat apa. Mereka sejak awal tahu Stefan membohongi Olivia. “Kalian ada yang punya charger Samsung? Baterai handphone-ku habis. Aku pinjam sebentar charger-nya.”Saat Bi Sumi hendak menjawab, rekan kerjanya mencoleknya. Bi Sumi paham maksudnya, kemudian menjawab, “Den Stefan punya satu handphone mereknya Samsung, Non. Non Oliv bisa pinjam punya Den Stefan.”Olivia melihat gerakan kecil para pembantu itu. Dia paham bahwa Stefan benar-benar ingin mengurungnya di vila itu. Stefan tidak akan membiarkan Olivia berinteraksi dengan dunia luar. Apa Stefan pikir dengan begitu dia
Calvin ingin menjemput Rosalina di bandara, tapi Rosalina tidak mengizinkannya pergi. Rosalina pulang bersama pengawalnya. Rosalina bilang dia sudah bisa melihat. Calvin tidak perlu terlalu mengkhawatirkannya lagi. Biar dia bisa jadi lebih mandiri.Baiklah, Calvin hanya bisa menuruti apa kata istrinya. Kebetulan dia juga sangat sibuk. Rosalina perhatian padanya, tidak butuh Calvin jemput di bandara. Calvin pun segera menyelesaikan pekerjaannya dan pulang untuk menunggu Rosalina.Calvin sudah menyiapkan satu meja penuh dengan makanan favorit istrinya. Rosalina sudah makan di pesawat. Namun sesampainya di rumah, dia sudah lapar lagi. Jarak bandara dan rumahnya agak jauh.Entah kapan hujan yang menetes di luar berhenti. Akan tetapi, ada air di mana-mana. Langit masih mendung. Suhu lebih rendah dibandingkan tadi pagi.Begitu mendengar suara mobil, Calvin langsung keluar untuk menyambut Rosalina. Tepat saat Rosalina keluar dari mobil, Calvin pun segera menuruni tangga sambil tersenyum. “Sud
“Bukannya Ronny kerja dengan baik? Yohanna juga nggak pilih-pilih masakan yang dia buat.”Risa bertanya dengan heran. Tanpa menunggu jawaban Jaka, dia pun berkata lagi, “Padahal masakannya benar-benar enak. Tapi dia sendiri sudah jadi bos. Mungkin dia nggak bisa terima perubahan status secara tiba-tiba.”Bekerja sebagai koki pribadi di keluarga Pangestu sama saja dengan menjadi pelayan. Ronny memiliki kemampuan, dia juga telah menjadi bos. Dia tidak kekurangan uang. Dia menjadi koki pribadi keluarga Pangestu hanya untuk sebuah tantangan. Wajar saja kalau dia sudah tidak tahan lagi.Sayang sekali, baru dua hari sudah harus diganti lagi. Risa sudah terbiasa dengan seringnya pergantian koki di rumahnya.“Tommy sangat suka sarapan yang dibuat Ronny. Banyak jenis, bahkan bisa buat bentuk hewan kecil. Tommy dan yang lainnya sangat suka.”Jaka menunggu hingga Risa selesai bicara. Setelah itu, dia baru menjelaskan, “Bukan karena Ronny nggak kerja, Bu. Bu Yohanna mau ke luar kota, jadi Ronny ik
Rasanya Jaka yang menjadi kepala pengurus villa ini sangat mengkhawatirkan Yohanna. Yohanna mau ke luar kota, Jaka pun pesan kepada Ronny berulang kali. Satu hal diulang terus berulang kali, seolah takut Ronny akan lupa.Awalnya Jaka ingin meminta Ronny menjaga Yohanna. Mungkin karena Jaka mengingat Ronny masih muda dan belum menikah, begitu pula dengan Yohanna. Jaka pun berubah pikiran.Pria dan perempuan lajang tinggal bersama, mudah untuk terjadi masalah. Jadi Jaka tidak boleh membiarkan Ronny punya niat tidak baik. Lebih baik biarkan Ronny hanya bertanggung jawab memasak. Ada pengawal perempuan yang menjaga Yohanna.Padahal Ronny sama sekali tidak punya niat jahat. Lagi pula, dia baru saja hadir dalam kehidupan Yohanna. Meskipun sejak awal dia sudah tahu kalau Yohanna adalah calon istri yang neneknya pilihkan untuknya. Mereka baru saja saling kenal. Bagaimana mungkin ada perasaan di antara mereka?Tanpa perasaan, Ronny tidak menginginkan apa pun. Dia hanya ingin fokus memasak. Jika
Ronny dan Jaka datang dengan mobil yang sama. Dalam perjalanan pulang, Ronny bertanya pada Jaka, “Biasa kalau Bu Yohanna dinas ke luar kota, dia tinggal di hotel atau dia ada beli rumah dan tinggal sendiri?”“Bu Yohanna nggak bilang mau ke mana. Kalau tempat yang ada perusahaan cabang, biasanya ada rumah sendiri. Setiap kali ke sana, Bu Yohanna tinggal di rumahnya sendiri. Rumahnya mungkin nggak besar, tapi ada karyawan. Barang kebutuhan sehari-hari pasti sudah ada,” jawab Jaka.“Kalau dia pergi sekadar bahas kerja sama dengan orang lain, Bu Yohanna akan tinggal di hotel. Sekalipun tinggal di hotel, dia akan tinggal di kamar presidential suite. Bisa masak sendiri. Saat ikut Bu Yohanna ke luar kota, kamu hanya perlu bawa barang yang kamu butuhkan. Kalau nggak bisa masak, dia nggak akan bawa kamu ke sana.”Ronny berpikir sejenak. “Benar juga, ya. Kalau begitu aku pulang dan beres-beres dulu. Nggak perlu bawa banyak barang. Cukup bawa bumbu. Untuk bahan-bahan, beli di sana saja.”Sungguh
Ternyata Yohanna mau keluar kota. Ronny pun menjawab dengan hormat, “Baik, Bu.”Saat ini, Jaka tiba-tiba bertanya, “Bu Yohanna mau keluar kota, nggak bawa Ronny?”Yohanna begitu pilih-pilih makanan. Saat berada di luar kota, sulit baginya untuk menemukan makanan yang bisa dia makan. Lebih baik kalau dia membawa koki pribadinya. Dulu, Yohanna jarang dinas ke luar kota.Yohanna terdiam. Sementara itu, Ronny membersihkan meja tanpa bersuara. Dalam hati justru berkata, “Dia begitu pemilih. Kalau bepergian jauh, dia pasti kelaparan terus.”Setelah berpikir selama beberapa menit dan mempertimbangkan perutnya, Yohanna baru berkata dengan suara pelan, “Kalau begitu, Ronny, kamu pulang dan siap-siap. Jam lima sore kamu datang ke sini lagi. Ikut aku ke luar kota. Pak Jaka, jangan beritahu siapa pun selain keluargaku soal Ronny ikut aku keluar kota.”Yohanna takut kalau orang lain tahu dia ke luar kota dengan membawa koki pribadi muda, mereka akan bicara ini-itu dan membuat segala macam rumor. Se
Dulu Fendi sering menindas Dira, sehingga Dira sering berkelahi dengannya. Setelah dewasa, meskipun tidak berkelahi lagi, Dira sebisa mungkin menghindar jika seseorang membahas Fendi.Dira benar-benar membenci mata Fendi. Pria itu selalu menatap Dira sambil tersenyum. Bagi yang tidak tahu akan mengira Fendi menyukainya.“Baiklah,” kata Dira dengan enggan.“Balik ke kantormu sana. Istirahat dulu, nanti sore ada rapat.”Yohanna mengambil kotak dessert dan menjejalkannya ke tangan Dira, lalu berkata, “Kalau Fendi berani ganggu kamu, tunggu aku pulang, aku akan bantu kamu balas dia.”“Sekarang dia nggak akan kelahi denganku. Sekalipun dia main tangan, aku juga nggak takut. Aku nggak pernah kalah saat kelahi dengannya.”Begitu teringat Dira yang dulu suka menggila, Yohanna sengaja memasang raut wajah cemas. “Kamu tangguh begitu, gimana mau nikah? Bikin orang cemas saja.”Dira spontan memasang wajah cemberut. “Aku hanya tangguh di depan Fendi. Di depan orang lain, aku tetap perempuan yang ba
Apalagi Ronny sudah bilang kalau dia memiliki bisnisnya sendiri. Ronny punya beberapa perusahaan. Ditambah lagi auranya, penampilannya, tutur katanya membuat orang langsung tahu kalau Ronny bukan dari keluarga biasa. Wajar saja kalau orang tua Yohanna berpikir macam-macam.Orang tua Yohanna tidak ingin Yohanna menikah dengan pria dari kota lain dan pindah ke tempat yang jauh dari rumah. Yohanna sendiri juga tidak mau. Namun dalam kondisi terdesak, bisa saja orang tua Yohanna akan meminta Ronny untuk pindah ke Kota Aldimo.“Nggak. Mana mungkin Om dan Tante suruh aku ngomong begini? Ronny baru kerja dua hari. Semua orang belum terlalu kenal dia,” jawab Dira sambil tertawa pelan. “Malam hari kalau lagi nggak bisa tidur, biasanya aku baca novel. Makanya aku jadi lebih sensitif. Aku sering bayangkan diri sendiri masuk ke dalam alur novel.”“Kamu nggak bisa tidur? Itu artinya kamu kurang sibuk. Kamu follow up proyek dengan Banjaya saja,” kata Yohanna.“Kak, aku nggak mau proyek itu. Penanggu
“Kak Yohanna bahkan nggak perlu olahraga. Bentuk badanmu tetap standar model, karena kurang makan.”Kalau Yohanna merasa makanan itu tidak enak, dia lebih memilih kelaparan. Dia sering tidak makan, tekanan pekerjaan juga besar. Tidak heran kalau dia tidak bisa gemuk.“Ronny buat Kakak makan dengan nyaman. Bukankah itu perhatian? Aku nggak bisa bilang dessert yang dia siapkan adalah dessert kesukaan Kakak. Itu karena Kakak nggak ada dessert favorit. Tapi yang dia siapkan adalah makanan yang bisa Kakak makan.”“Aku sudah bandingkan. Dessert untuk aku ini kesannya lebih asal-asalan. Tentu saja, makanan yang dia buat sangat cantik dan rasanya juga enak. Tapi tetap saja bisa dilihat mana yang benar-benar dia siapkan dengan sepenuh hati. Selama dua hari ini, kita jadi punya lebih banyak waktu untuk istirahat. Sore Kakak jadi nggak perlu minum terlalu banyak kopi.”“Dira, aku benar-benar curiga kamu sudah disuap Ronny. Apa motifnya dengan suruh kamu ngomong hal-hal baik tentangnya di depanku?
“Bu Dira.”Ronny dan Jaka berdiri di depan pintu kantor. Begitu pintu terbuka, kedua orang itu menyapa Dira dengan hormat. Saat ini, baru waktunya pulang kerja. Sekretaris juga siap-siap turun untuk makan malam.Ronni meminjam dapur perusahaan untuk menyiapkan makan siang untuk Yohanna. Ronny juga mengontrol waktunya dengan baik. Beberapa menit sebelum jam pulang kerja, dia sudah mengantar makanan buatannya ke lantai atas. Dengan begitu, dia bisa menghindari karyawan lainnya dengan sempurna. Selain itu, dia juga tidak akan menyita waktu kerja Yohanna.Butuh beberapa menit bagi Ronny dan Jaka untuk pergi dari kantin perusahaan ke gedung kantor, lalu naik lift menuju lantai paling atas.“Pak Jaka, Ronny, kalian sudah datang.”Dira minggir ke samping agar kedua pria itu bisa masuk. “Kami baru saja pulang kerja,” kata Dira.Jaka dan Ronny masuk ke kantor. “Bu Yohanna.”Keduanya menyapa Yohanna dengan sopan, lalu berjalan ke sofa dan meletakkan kotak bekal di atas meja. Kemudian, mereka mem