Olivia, yang sedang mengurung diri di kamar, sedang melakukan apa?Di kamar, dia mencari pulpen dan kertas, duduk di depan sofa. Olivia meletakkan kertas itu di meja, kemudian menulis surat permohonan cerai. Setelah menikah, mereka tidak membeli properti baru. Tidak ada kekayaan bersama yang perlu diperebutkan. Stefan pernah bilang bahwa setelah bercerai dia akan memberikan rumah di Lotus Residence dan mobil eksekutif itu kepada Olivia. Olivia tidak mau. Itu adalah rumah yang Stefan gunakan untuk membohonginya. Mobil, juga tidak mau. Sedangkan mobil yang saat ini OIivia gunakan dibeli dengan uang Stefan. Setelah bercerai nanti, Olivia akan mengembalikan uang sejumlah harga mobil itu kepada Stefan.Olivia tidak mau sedikit pun harta Stefan. Semua kekayaan mereka, atas nama siapa, maka akan kembali ke siapa pula.Jika Stefan berbalik meminta ganti rugi kepada Olivia, maka dia bersedia memberinya sedikit. Bagaimanapun juga Stefan adalah tuan muda keluarga terhormat. Dia sudah merelakan
Saat itu, Olivia belum mencintai Stefan. Olivia tidak peduli. Sekarang Olivia mencintai Stefan. Setelah tahu semua kebenarannya, hati Olivia terasa sangat sakit. Terlebih jika teringat kejadian beberapa waktu terakhir. Perhatian Stefan, sikapnya, membuat Olivia merasa semakin sakit, semakin marah. Apakah perhatian Stefan selama ini juga bohong?Sialan!Stefan sialan!Bi Sumi dan pembantu yang lain tak tahu harus berbuat apa. Mereka sejak awal tahu Stefan membohongi Olivia. “Kalian ada yang punya charger Samsung? Baterai handphone-ku habis. Aku pinjam sebentar charger-nya.”Saat Bi Sumi hendak menjawab, rekan kerjanya mencoleknya. Bi Sumi paham maksudnya, kemudian menjawab, “Den Stefan punya satu handphone mereknya Samsung, Non. Non Oliv bisa pinjam punya Den Stefan.”Olivia melihat gerakan kecil para pembantu itu. Dia paham bahwa Stefan benar-benar ingin mengurungnya di vila itu. Stefan tidak akan membiarkan Olivia berinteraksi dengan dunia luar. Apa Stefan pikir dengan begitu dia
Olivia memberontak. Dia dengan susah payah melepaskan diri dari Stefan, tapi Stefan masih melanjutkan ciumannya. Saking marahnya, Olivia menampar Stefan. PLAK!Suara tamparannya sangat kencang hingga membuat Pak Marwan dan para pembantu yang lainnya terkaget. Stefan juga tercengang. Wajah Olivia memerah karena marah. Sambil menatap Stefan, mata Olivia terisi air mata yang siap tumpah sewaktu-waktu.Stefan lagi-lagi melakukan hal yang membuat Olivia sedih dan marah. Stefan sangat merasa bersalah. Stefan mengira, kelembutannya akan membuat Olivia tenang. Saat sadar dengan apa yang sedang terjadi, Pak Marwan segera mengirim pesan kepada Pak Arif. Pak Arif-lah yang bisa dianggap sebagai kepala pelayan di sana. Pak Arif sedang izin karena ada sedikit urusan, itulah mengapa Pak Marwan menggantikan posisinya sekarang. Kali ini Pak Marwan sudah merasa tak bisa mengatasi situasi. Dia harus segera memanggil Pak Arif kembali. Menakutkan sekali. Olivia menampar Stefan!Ini adalah adegan yang t
Pak Marwan dan para pembantu yang lain bahkan tak berani menghela napas karena suasana terasa sangat menegangkan. Sesaat kemudian, Stefan bersuara, memerintah Pak Marwan, “Ambil charger Samsung-ku, bantu Olivia charge handphone-nya.”“Baik.” Pak Marwan segera mengambil charger untuk Olivia. Entah apakah memang maksud Stefan mengizinkan Olivia mengisi ulang baterai sama artinya dengan mengizinkan nona muda untuk pergi atau tidak. Sebenarnya Pak Marwan juga merasa tidak seharusnya Stefan mengurung Olivia. Ada baiknya mereka berdua sama-sama menenangkan diri dulu. Akan tetapi, Pak Marwan tidak berani mengungkapkannya. Stefan terlalu mementingkan Olivia. Dia takut jika Olivia pergi, maka Olivia tidak akan pernah kembali. Itulah mengapa Stefan memaksa Olivia untuk terus berada di sisinya. Hanya saja, cara seperti ini hanya akan memperkeruh keadaan. Tak lama kemudian, Pak Marwan telah mengambilkan charger dan menyerahkannya pada Stefan. Stefan memberikan benda itu kepada Olivia. Ketika
Stefan juga merasa lega. Setelah diam beberapa saat, Stefan akhirnya berjalan mendekati Olivia, kemudian duduk di depannya. Dia mengambil sendok, hendak mengambilkan lauk untuk Olivia. Namun, belum saja Stefan meletakkan lauk ke piring Olivia, Olivia sudah menjauhkan piringnya. Dia tidak bersedia memakan makanan yang diambilkan oleh Stefan. Stefan terpaksa menarik kembali tangannya, kemudian meletakkan lauk yang diambil ke piringnya sendiri. “Oliv, ini semua menu masakan kesukaan kamu, lho. Makan yang banyak,” ujar Stefan dengan lembut. Olivia diam, tidak menanggapi, juga tidak melihat Stefan. Dia meneruskan makan seolah tak ada yang berbicara padanya. “Ini udang kesukaan kamu juga, aku kupasin ya kulitnya.”Stefan memasang sarung tangan sekali pakai, kemudian mengupas kulit udang untuk Olivia. Namun, Olivia justru mengambil sendiri udang yang belum dikupas kulitnya, memakannya langsung dengan kulit. Stefan ternganga melihatnya. Nampaknya sang istri sama sekali tidak memberikan
Setelah melihat kedatangan kakaknya, Olivia dengan segera meletakkan peralatan makannya, hendak menghampiri sang kakak. Sedangkan Stefan, dengan refleksnya, menahan lengan Olivia. Olivia memelototinya. “Oliv ….” Odelina dengan cepat melangkah ke arah Olivia, kemudian memeluk adiknya erat. “Oliv, kalau pengin nangis, nangis saja. Ada Kakak.”“Kak ….” Emosi yang sejak tadi dibendung oleh Olivia, akhirnya tumpah di pelukan kakaknya. Stefan yang berdiri tak jauh dari saja merasa sangat sakit saat melihat sang istri menangis sesegukan. Apa daya, Stefan tak bisa melakukan apa pun. Karena, tangisan Olivia, disebabkan oleh dirinya sendiri. Setelah sepuluh menit, Olivia dan kakaknya duduk bersama. Di depan mereka, Stefan duduk sendiri. “Stefan, kedatanganku ke sini adalah untuk menjemput Olivia,” ujar Odelina terus terang. Wajah Stefan tegang, kemudian berkata dengan suara beratnya, “Kak, di sini rumah Oliv, kami adalah suami istri. Di mana aku tinggal, maka di sanalah rumahnya.”Odelina
“Kak, aku nggak mau kehilangan Oliv. Aku nggak mau cerai.” Stefan berkata lebih dulu.“Kak, aku juga tahu bahwa tindakanku nyembunyiin latar belakangku itu sebuah kebohongan bagi Oliv. Olivia nggak sama kayak orang kebanyakan yang jadi seneng banget ketika tahu bahwa aku orang kaya. Aku minta maaf sama Oliv. Dia marahi aku, pukuli aku, aku terima kok. Tapi dia nggak boleh tinggalin aku. Aku nggak mau cerai!”Setelah Stefan berbicara, Odelina mulai bersuara, “Apa kamu pikir jika kamu biarkan Oliv keluar dari vila ini, maka kamu nggak akan bisa lihat dia lagi selamanya?”Stefan diam. Dia takut. Takut jika Olivia keluar dari vila, maka dia benar-benar tidak akan bisa melihat Olivia lagi. “Stefan, Olivia adalah adik kandungku. Sudah sekian tahun kami hidup bersama-sama, nggak ada orang yang lebih mengerti dia dibanding aku. Dia bukan orang yang ciut dan menghindari masalah. Semarah apa pun dia, bahkan sekalipun dia mengajukan cerai, dia nggak akan pernah menghindar. Karena menghindar tida
Russel tidak mau. Dia memaksa turun dari gendongan Daniel lalu mencari ibunya ke seluruh ruangan sambil menangis. Karena dia tidak bisa menemukan ibunya, tangis Russel semakin menjadi-jadi."Russel mau permen? Sudah jangan nangis, ya. Nanti Om Daniel kasih permen.” Daniel mencoba membujuk."Aku nggak mau permen, Aku mau Mama ….""Om Daniel ajak kamu beli kincir angin, yuk. Mau, nggak?""Aku nggak mau kincir angin, aku mau Mama …." Russel menangis lebih kencang lagi.Daniel tidak bisa membujuknya. Dari dulu Daniel tidak pernah tahu bagaimana cara membujuk anak-anak.Akhirnya, Daniel mengeluarkan ponsel, membuka kuncinya kemudian menyerahkannya kepada Russel sambil berkata, "Anak baik, jangan nangis, ya. Nih Om Daniel kasih handphone buat nonton kartun, deh. Mau nggak?” Russel menampik ponsel itu dengan satu tangannya."Handphone-pun nggak mau," ujar Daniel sambil menyibak rambutnya sendiri karena merasa sudah pusing, "Bukannya anak zaman sekarang suka banget ya main HP?” Russel malah
Hebat sekali. Memang patut diacungi jempol.“Calvin.”Rosalina berjalan mendekat dan meraih tangan suaminya, lalu berkata lembut, “Dia hanya anjing gila yang suka sembarang gigit orang. Nggak usah pedulikan dia, jangan biarkan dia buat kamu marah. Nggak sepadan, Sayang. Aku sudah sering dimarahinya, sudah mati rasa. Mulut, mulut dia. Dia mau marah apa terserah dia. Kalau aku nggak tahan, aku tinggal suruh orang tampar dia.”Ekspresi tegas Stefan tiba-tiba berubah lembut. Giselle palsu tidak bisa menahan rasa cemburu ketika melihat perubahan ekspresi pria itu. Saat berhadapan dengannya, Calvin bersikap begitu dingin, seolah ingin mencabik-cabiknya. Namun di depan Rosalina, dia menjadi begitu lembut. Pria keluarga Adhitama benar-benar sayang istri.“Aku nggak tahan dengar ada yang hina kamu seperti itu. Kamu murah hati, nggak mau permasalahkan itu dengannya. Tapi aku nggak bisa seperti kamu. Kalau nggak dengar , aku nggak masalah. Tapi kalau sudah dengar, aku harus kasih dia pelajaran.”
“Pak Calvin sudah ada di sini. Perempuan ini nggak tahu malu, terus marahi Bu Rosalina. Aku barusan sudah kasih pelajaran, tapi dia masih saja begitu. Bu Rosalina baik hati. Nggak ada gunanya bahas persaudaraan saat berhadapan dengan orang seperti ini. Kasih pelajaran saja, habis itu usir dia.” Lisa bicara lebih dulu.Calvin hanya meliriknya sekilas, lalu menatap Giselle dengan dingin. “Rosalina terus maafkan kamu karena kamu adik yang lahir dari mama yang sama dengannya. Kamu malah semakin bertingkah. Rosalina bisa saja nggak mau perhitungan denganmu. Tapi aku nggak semurah hati itu. Hina istriku sama saja dengan hina aku. Dari dulu aku suka tampar orang yang berani hina aku.”“Tampar dia dulu, biar dia tahu apa artinya mulutmu harimaumu,” perintah Calvin kepada pengawalnya.Pengawal Calvin tidak bersikap lembut hanya karena Giselle perempuan. Dia menampar wajah Giselle beberapa kali, sampai Giselle bengong sendiri. Ternyata Calvin juga bisa memukul orang. Ralat, bukan memukul dengan
Giselle palsu tersadar. Dia takut ketahuan. Dia pun buru-buru berkata, “Aku benci Rosalina. Aku memang ingin marahi dia. Memangnya kenapa?”Usai berkata, Giselle palsu berlari ke arah mobilnya dan cepat-cepat masuk ke dalam mobil, ingin segera pergi. Siapa sangka, ada sosok yang begitu cepat sehingga berhasil mengejarnya sampai ke samping mobil. Sebelum dia sempat menutup pintu, sebuah tangan besar dan kuat masuk ke dalam mobil, lalu mencengkeram salah satu pergelangan tangannya dan menariknya keluar dari mobil dengan kasar.Giselle melihat pemilik tangan itu. Ternyata pengawal keluarga Adhitama. Pengawal keluarga Adhitama benar-benar hebat. Padahal Giselle merasa dirinya sudah sangat cepat, tapi ternyata dia masih kalah cepat.Pengawal itu menarik Giselle kembali ke depan Calvin. Lisa memelototi Giselle dengan tajam. Sekalipun dia tidak pintar dan IQ-nya terbatas, pengganti ini juga tidak boleh membuatnya terlihat begitu bodoh.Calvin sudah ada di sini, si pengganti ini masih berani p
“Bu Lisa.”Saat Giselle hendak diusir keluar, Rosalina akhirnya buka suara. Dia menatap Giselle palsu yang sedang ditahan oleh pengawal Lisa, dalam kondisi tidak mampu melawan serta tidak bisa berteriak.Setelah itu, Rosalina berkata, “Bu Rosalina, adikku ini kalau ngomong suka nggak pakai otak. Dulu dia terlalu dimanja orang tuanya, sampai nggak kenal rasa takut. Maaf sudah menyinggung Bu Lisa barusan. Sekarang Bu Lisa sudah kasih dia pelajaran. Untuk kali ini biarkan saja, usir saja dia.”Lisa masih memasang wajah tegas. “Bu Rosalina, kamu terlalu baik sebagai kakak, makanya kamu ditindas dia terus. Aku dengar dulu dia sering tindas kamu.”“Yang lalu sudah berlalu. Aku nggak ingin permasalahkan hal itu lagi.” Rosalina bersikap murah hati dan berkata, “Anggap saja dia anjing. Kita manusia kalau digigit anjing, kita nggak bisa balas gigit, kan.”Lisa mengumpat dalam hati. Rosalina, kau anjingnya. Seluruh keluargamu anjing. Setelah menyadari seluruh keluarga Rosalina berarti dirinya ter
Rosalina menatap Giselle. Awalnya Giselle diam saja, tidak memberikan reaksi apa pun. Toh, orang yang dibicarakan Lisa bukanlah dia. Begitu Rosalina menatapnya, dia baru sadar. Sekarang dia adalah Giselle.Giselle pun langsung berteriak, “Dia yang sudah rebut harta keluargaku. Dia juga yang blokir kartu bank-ku, buat aku nggak bisa ambil uang bulananku. Dia juga suruh adikku untuk kurangi biaya hidup yang diberikan ke aku sebanyak 70 persen.”“Sekarang aku nggak punya uang juga gara-gara dia. Kalau bukan cari dia, aku cari siapa? Kenapa aku harus kerja? Aku anak keluarga Siahaan, orang tuaku wariskan harta ratusan miliar untukku. Aku punya uang yang nggak akan pernah habis. Untuk apa aku kerja? Kalau kerja, satu bulannya bisa dapat berapa? Nggak sebanyak uang saku bulananku dulu.”Dulu, Giselle mendapat uang saku bulanan sebesar 600 juta. Jika dia perlu membeli sesuatu yang besar, misalnya mobil mewah, dia hanya perlu bermanja di depan orang tuanya. Nanti mereka akan membelikannya untu
“Aku dengar Bu Rosalina buka sebuah toko bunga dan tokonya sangat besar. Bunga-bunga di toko juga sangat indah. Aku sudah lama ingin datang dan melihat-lihat, tapi nggak pernah punya waktu. Kebetulan sekarang adik iparku sedang libur, jadi nggak perlu aku antar jemput ke sekolah setiap hari.”“Mumpung ada waktu luang, aku keluar jalan-jalan. Baru ingat kalau besok ulang tahun mama mertuaku. Aku sudah siapkan kado ulang tahun untuk mama mertuaku. Tapi masih kurang bunga. Aku baru ingat Bu Rosalina buka toko bunga. Jadi aku langsung ke sini.”Lisa sangat menghayati perannya sehingga Rosalina pun tidak ingin mengeksposnya. Sebelum dia melepaskan topeng Lisa, dia tidak bisa bilang kalau Lisa adalah Giselle.“Bu Lisa sangat berbakti. Mau beli buket bunga sebesar apa, Bu? Biar aku bantu pilihkan bunganya. Dijamin mama mertua Bu Lisa pasti suka.”“Aku jadi menantunya, kasih buket bunga yang sederhana atau yang cocok untuk kasih ke mama mertua saja. Buket bunga terbesar biar papa mertuaku yang
Giselle palsu ditugaskan menjadi pengganti Giselle dalam waktu yang terlalu singkat, sehingga dia tidak sempat memperhatikan apakah ada ciri khusus pada tangan Giselle yang asli.“Suruh dia lepaskan aku. Tanganku sakit. Aku nggak akan pukul kamu lagi.”Giselle mulai ketakutan. Ada pengawal yang begitu hebat di samping Rosalina. Jika dia berani menyentuh Rosalina barang sehelai rambut pun, dia yakin dia akan kehilangan kedua tangannya.Rosalina duduk kembali di meja kasir, lalu memberi isyarat kepada pengawalnya untuk melepaskan Giselle.Si pengawal melepaskan tangan Giselle, tapi dia tidak pergi. Sebaliknya, dia berdiri tidak jauh dari Giselle sambil menatap Giselle dengan waspada. Giselle terus menggosok pergelangan tangannya dengan tangannya yang lain. Pergelangan tangannya memerah, kentara sekali seberapa kuat tenaga yang digunakan pengawal keluarga Adhitama.Saat ini, dua mobil berhenti di depan toko Spring Blossom. Yang satunya mobil mewah, yang satunya lagi sepertinya mobil penga
“Aku nggak akan pergi. Kamu coba saja suruh mereka aku usir aku. Aku akan teriak sepanjang hari di tokomu, biar kamu malu. Toh, reputasiku sudah rusak. Tapi kamu beda. Sekarang kamu menantu keluarga Adhitama.”“Aku nggak takut kamu nggak peduli dengan reputasimu. Sekalipun kamu benar-benar nggak peduli, keluarga suamimu juga nggak peduli? Sekalipun mereka melindungi kamu, orang lain tetap akan bicarakan kamu, bilang kamu nggak pantas jadi menantu keluarga Adhitama. Kalau bukan karena kamu, seharusnya akulah yang akan menikah dengan Calvin. Kamu yang rebut kebahagiaanku.”Rosalina tertawa sebentar. “Kalau kamu bisa, ambil saja kembali apa yang kamu anggap kebahagiaan itu. Kalau nggak bisa, nggak usah teriak-teriak di depanku. Seharusnya? Seharusnya aku juga nona keluarga Siahaan. Tapi bagaimana cara kalian perlakukan aku? Awalnya banyak harta keluarga Siahaan yang seharusnya jadi milikku. Bukankah semua itu juga diambil orang tuamu?”“Sejak awal kamu dan mamamu yang bermimpi ingin menda
Bagian mana dari aktingnya yang tidak bagus sehingga menunjukkan celah? Giselle palsu merasa dia sudah melakukan yang terbaik.“Kenapa aku nggak punya aura nona dari keluarga kaya? Memangnya orang buta seperti kamu punya? Rosalina, sekalipun sekarang kamu bisa melihat lagi, di mataku kamu tetap si buta. Buta, buta!”“Kalaupun aku seperti tomboi, preman, itu semua juga karena kamu dan Jordan. Kalian berdua sudah monopoli harta keluarga Siahaan dan nggak mau kasih aku sepeser pun. Jordan bilang dia akan kasih aku 30 atau 40 juta per bulan, tapi kamu suruh dia kasih aku 6 juta saja. Beberapa waktu lalu aku menjalani operasi kecil. Jordan baru naikkan jadi 10 juta per bulan. Uang segitu bisa buat apa? Buat makan sekali dua kali saja sudah habis.”Rosalina tetap mengatakan hal yang sama, “Kamu punya tangan punya kaki, masih muda masih sehat. Kamu bisa cari kerja untuk hidupi dirimu sendiri. Kalau nggak bisa kerja yang susah, kamu bisa seperti kedua tantemu. Demi cari uang, jadi tukang bersi