Setelah melihat kedatangan kakaknya, Olivia dengan segera meletakkan peralatan makannya, hendak menghampiri sang kakak. Sedangkan Stefan, dengan refleksnya, menahan lengan Olivia. Olivia memelototinya. “Oliv ….” Odelina dengan cepat melangkah ke arah Olivia, kemudian memeluk adiknya erat. “Oliv, kalau pengin nangis, nangis saja. Ada Kakak.”“Kak ….” Emosi yang sejak tadi dibendung oleh Olivia, akhirnya tumpah di pelukan kakaknya. Stefan yang berdiri tak jauh dari saja merasa sangat sakit saat melihat sang istri menangis sesegukan. Apa daya, Stefan tak bisa melakukan apa pun. Karena, tangisan Olivia, disebabkan oleh dirinya sendiri. Setelah sepuluh menit, Olivia dan kakaknya duduk bersama. Di depan mereka, Stefan duduk sendiri. “Stefan, kedatanganku ke sini adalah untuk menjemput Olivia,” ujar Odelina terus terang. Wajah Stefan tegang, kemudian berkata dengan suara beratnya, “Kak, di sini rumah Oliv, kami adalah suami istri. Di mana aku tinggal, maka di sanalah rumahnya.”Odelina
“Kak, aku nggak mau kehilangan Oliv. Aku nggak mau cerai.” Stefan berkata lebih dulu.“Kak, aku juga tahu bahwa tindakanku nyembunyiin latar belakangku itu sebuah kebohongan bagi Oliv. Olivia nggak sama kayak orang kebanyakan yang jadi seneng banget ketika tahu bahwa aku orang kaya. Aku minta maaf sama Oliv. Dia marahi aku, pukuli aku, aku terima kok. Tapi dia nggak boleh tinggalin aku. Aku nggak mau cerai!”Setelah Stefan berbicara, Odelina mulai bersuara, “Apa kamu pikir jika kamu biarkan Oliv keluar dari vila ini, maka kamu nggak akan bisa lihat dia lagi selamanya?”Stefan diam. Dia takut. Takut jika Olivia keluar dari vila, maka dia benar-benar tidak akan bisa melihat Olivia lagi. “Stefan, Olivia adalah adik kandungku. Sudah sekian tahun kami hidup bersama-sama, nggak ada orang yang lebih mengerti dia dibanding aku. Dia bukan orang yang ciut dan menghindari masalah. Semarah apa pun dia, bahkan sekalipun dia mengajukan cerai, dia nggak akan pernah menghindar. Karena menghindar tida
Russel tidak mau. Dia memaksa turun dari gendongan Daniel lalu mencari ibunya ke seluruh ruangan sambil menangis. Karena dia tidak bisa menemukan ibunya, tangis Russel semakin menjadi-jadi."Russel mau permen? Sudah jangan nangis, ya. Nanti Om Daniel kasih permen.” Daniel mencoba membujuk."Aku nggak mau permen, Aku mau Mama ….""Om Daniel ajak kamu beli kincir angin, yuk. Mau, nggak?""Aku nggak mau kincir angin, aku mau Mama …." Russel menangis lebih kencang lagi.Daniel tidak bisa membujuknya. Dari dulu Daniel tidak pernah tahu bagaimana cara membujuk anak-anak.Akhirnya, Daniel mengeluarkan ponsel, membuka kuncinya kemudian menyerahkannya kepada Russel sambil berkata, "Anak baik, jangan nangis, ya. Nih Om Daniel kasih handphone buat nonton kartun, deh. Mau nggak?” Russel menampik ponsel itu dengan satu tangannya."Handphone-pun nggak mau," ujar Daniel sambil menyibak rambutnya sendiri karena merasa sudah pusing, "Bukannya anak zaman sekarang suka banget ya main HP?” Russel malah
“Nggak perlu berterima kasih, aku hanya khawatir kepada Stefan dan istrinya saja.”Daniel langsung berkata terus terang, seolah takut bahwa Olivia akan salah paham dengan kebaikannya.“Kamu sudah bertemu dengan mereka, bagaimana keadaannya?” tanya Daniel dengan khawatir.Odelina menghela napas panjang lalu berkata, “Kamu pasti sudah mengenal Stefan cukup lama, hubungan kalian berdua sebenarnya nggak hanya sebatas rekan bisnis saja, tapi kalian berdua sebenarnya adalah teman baik. Pak Daniel, bahkan kamu membantu Stefan untuk membohongi kami.”“Seharusnya kamu lebih tahu jelas bagaimana sifat Stefan daripada aku. Sekarang Stefan meyakini, asalkan dirinya bisa membuat Olivia tetap tinggal di rumah, maka semua masalah ini akan berlalu. Tapi Olivia terus menerus berusaha untuk dapat keluar dari rumah tersebut, Stefan bersikeras menahannya untuk tetap di rumah. Aku rasa Stefan sudah lelah, Olivia juga sudah kehilangan harapannya.”Daniel membuka mulutnya berusaha membantu sahabatnya untuk m
Akan tetapi, mereka berdua belum sempat merayakan hal ini, atasan Roni sudah meneleponnya untuk segera kembali ke kantor untuk bekerja. Kemudian Roni melihat wawancara mengenai Direktur Utama Adhitama Group yang menyayangi istrinya.Ternyata suami Olivia memang benar Stefan Adhitama. Waktu itu Roni sudah sempat mencurigai hal ini, tapi pria itu membantahnya.Ternyata dugaan Roni dari awal memang benar!Ketika Yenny mendengar berita ini, perempuan itu langsung merasa sangat cemburu. Yenny merasa iri dengan Olivia yang memiliki nasib begitu baik karena bisa hinggap di dahan pohon yang tepat dan berubah menjadi burung phoenix.Kemarin ketika Yenny mengetahui bahwa Nenek Yuna ternyata adalah bibi kandung dari Odelina, Yenny juga merasa sangat iri.Sepanjang sore Yenny melewati harinya dengan rasa cemburu dan iri hati, hal ini membuat Roni sangat tidak nyaman.Olivia menikah dengan Direktur Utama dari Grup Adhitama adalah urusan Olivia, Yenny bisa merasa cemburu seperti itu, apakah perempu
Odelina mendelik dingin kepada mantan suaminya dan berkata, “Olivia juga nggak punya waktu mengurusi masalah kamu. Pekerjaan kamu sendiri yang nggak lancar, berarti yang harus dipertanyakan adalah kemampuan kamu sendiri. Jangan apa-apa langsung melempar kesalahan ke orang lain, seharusnya kamu mencari jawabannya dari dirimu sendiri.”Adiknya baru sekarang mengetahui status suaminya yang sebenarnya, mana mungkin bisa menggunakan statusnya sebagai istri dari Direktur Utama Adhitama Grup untuk mencelakai Roni?“Kalau bukan Olivia, pasti Stefan. Pasti dia meminta Stefan untuk membalaskan dendammu, agar pekerjaanku dan Yenny menjadi nggak lancar.”Sepasang mata Roni penuh dengan kebencian.Roni bukanlah seorang yang bodoh. Semenjak dirinya bercerai dengan Odelina, pekerjaannya langsung mengalami kendala, setiap hari dimarahi oleh atasannya, bahkan bonus bulan ini, sepeser pun dia tidak bisa mendapatkannya, hanya bisa membawa pulang gaji pokoknya saja. Dia dan Yenny sudah tidak dapat lagi ti
Sementara Yenny jelas-jelas tahu bahwa dirinya baru saja bertemu dengan klien dan minum banyak alkohol. Ketika menelepon perempuan itu hanya mengingatkannya untuk hati-hati menyetir dan bukan jangan menyetir setelah minum.Hati kecil Roni terasa tergerus ketika membandingkan kedua perempuan ini.Pria itu hanya bisa menghibur hati kecilnya dan berkata kepada dirinya sendiri, “Yenny masih sangat muda, belum mengerti bagaimana mengkhawatirkan orang lain. Pelan-pelan dia pasti akan bisa sendiri.”Roni kembali memandangi tempat tinggal Odelina dari kejauhan selama beberapa saat, sebelum akhirnya dia pergi meninggalkan tempat itu. Pria itu juga sengaja untuk mampir ke toko bunga dan membeli bunga sebelum akhirnya pulang ke rumah.Setibanya di rumah yang disewanya, baru saja pria itu membuka pintu, Roni langsung mendapati Ibunya sedang duduk sendirian di atas sofa dengan raut wajah yang penuh amarah. Ayah dan Yenny tidak terlihat berada di dalam ruang tamu.Kakak perempuanya sudah kembali ke
“Roni, sepertinya kamu sudah lupa dengan Mama mu ini setelah mempunyai istri baru, dulu kamu nggak pernah begini. Kamu sudah tergoda oleh siluman serigala itu, hingga nggak menginginkan Mama mu lagi. Nasibku sial sekali hingga mendapatkan menantu seperti siluman serigala itu.”“Odelina, Mama benar-benar menyesal. Sekarang Mama sadar, Mama salah, bagaimanapun kamu tetap lebih baik. Kamu bisa memasak, mengurus pekerjaan rumah, memperlakukanku dengan baik, dan membawa rezeki ke keluarga ini. Ketika kamu masih ada di rumah, karir Roni terus meningkat, rejeki terus berdatangan, kita sekeluarga melewati hari-hari yang bahagia.”“Begitu kamu pergi, pekerjaan Roni langsung berantakan, pemasukan di rumah kita berkurang drastis, bahkan Shella dan suaminya juga kehilangan pekerjaan. Bahkan aku, orang tua ini juga diintimidasi oleh putra dan menantunya sendiri setiap hari. Aku benar-benar menyesal, sangat menyesal!”Ibu Roni menangis sambil menuduh putranya tidak berbakti sambil mengingat kembali
Meski disindir oleh ibunya, Felicia tetap tak goyah. Dia berkata, “Tentu saja aku perhatian sama mamaku sendiri. Mau sejahat apa pun, aku tetap bakal peduli.”“Memangnya aku apain kamu? Apa aku ada jahat sama kamu selama ini. Kalau kamu bukan anak kandungku, dari apa yang sudah kamu lakukan selama ini, punya sembilan nyawa pun nggak cukup.”“Iya, iya. Aku seharusnya berterima kasih karena karena aku masih dikasih hidup.”Mendengar itu, Patricia refleks mengangkat tangannya untuk memukul Felicia.“Waduh.”Felicia sengaja menjerit kesakitan, lalu menutup bagian bagian yang terpukul dan berjongkok di lantai. Patricia kaget melihatnya dan memelototinya. “Aku cuma mukul kamu pelan memangnya bikin tangan kamu patah? Dasar cengeng, begitu saja sampai teriak.”“Aduh … sakit! Sakit banget!” Alih-alih menanggapi ibunya, Felicia terus menjerit kesakitan sambil memegangi bagian tubuhnya yang tadi dipukul.Seketika Patricia terdiam untuk beberapa saat. Lalu dia berjongkok untuk memeriksa tangan Fel
“Vandi, menurut kamu, besok mamaku bakal apain aku? Apa dia bakal membiusku lagi? Atau bikin aku pingsan?”Vandi terdiam. Dia dapat memikirkan berbagai macam cara untuk membuat Felicia tak berdaya, tetapi dia tidak tahu cara mana yang akan Patricia gunakan. Felicia pun tidak menanya lebih jauh. Dia tahu ibunya suka berubah-ubah dan tidak mudah ditebak. Lagi pula Vandi bukan asistennya Patricia. Tidak mungkin dia langsung tahu apa saja yang Patricia rencanakan.“Sudah malam, kamu istirahatlah dulu. Aku juga sudah mau tidur.”Felicia mengirimkan pesan kepada Vandi untuk segera beristirahat. Dia meletakkan ponselnya di atas meja kecil samping kasur dan mematikan lampu kecil. Hanya saja, terlalu banyak hal yang mengusik hati Felicia, membuat dia kesulitan untuk tidur meski sudah berguling ke sana kemari cukup lama.Entah sudah berapa menit berlalu Felicia pun masih tidak bisa tidur, akhirnya dia pun duduk dan menyalakan lampu kecil, mengambil ponselnya dan melihat jam yang ternyata sudah m
Vandi menjawab, “Kalau diselidiki sekarang pun nggak akan dapat apa-apa, waktunya terlalu mepet. Bu Patricia sudah menyuruh pelayan rumah pergi ke rumah keluarga Arahan untuk mengantar undangannya supaya besok malam Bu Yuna dan yang lain datang. Dia juga mengundang beberapa anggota keluarga Gatara yang lain. Kurasa kalau Bu Patricia mau beraksi, pasti akan dia lakukan besok di pesta.”Undangan perjamuan yang Patricia adakan kali ini berbeda dengan yang pertama kali. Pertama kali dia mengundang Odelina, lalu Ricky dan Rika juga datang. Meski Patricia mau menghabisi Odelina dalam perjalanan sesuai dengan rencananya, sayang upaya itu gagal.Setelah itu, Patricia dan Odelina sempat beberapa kali bertemu, tetapi Patricia sudah tidak lagi mengundang Odelina ke rumah. Dalam perjuaman kali ini ada banyak yang datang dari Mambera. Yang datang semuanya adalah orang-orang kaya dan penting. Tanpa perlu ditanya pun sudah tahu kalau mereka datang bertujuan untuk memberi dukungan kepada Odelina.Alas
“Kalau ada waktu, Stefan juga suka baca-baca buku mengasuh anak supaya ada pengetahuan dasar untuk jadi papa.”Mulan tertawa, “Sama kayak Yose dulu.”Tak heran meski Stefan dan Yose jarang berhubungan, mereka saling percaya satu sama lain. Bisnis yang mereka jalani juga makin lama makin makmur. Mereka berdua adalah tipe orang yang serupa.Sekali lagi Olivia dan Mulan saling bertatapan dan bertukar senyum. Kebahagiaan mereka terpancar dengan sangat jelas melalui sorot mata. Baik itu Stefan atau Yose, mereka berdua adalah pria yang luar biasa, dan sama-sama bertanggung jawab sebagai kepala keluarga.Mereka begitu sibuk, tetapi tetap tidak melupakan keluarga dan anak istri. Mereka tetap bekerja keras menunaikan tanggung jawab sebagai ayah dan suami yang baik. Sebagai istri mereka berdua, Olivia dan Mulan merasa sangat bahagia. Pantas saja begitu banyak wanita lain di luar sana yang menambakan mereka.“Kamu juga cepat tidur, deh. Good night.”“Good night.”Setelah mengucapkan selamat malam
Dokter Panca mau Liam untuk menyalin tidak masalah, asal jangan terlalu banyak sehingga mengganggu waktu istirahat dan bermainnya. Sekarang sudah masuk musim liburan dan anak-anak seharusnya bisa bermain dengan gembira. Seiring dengan berjalannya usia, waktu untuk bersenang-senang akan makin berkurang. Studi dan karir menjadi prioritas, yang mana otomatis akan memotong waktu bermain.Dengan khawatir Liam bertanya, “Mama, apa Kakek Guru bakal dengar permintaan Mama? Dokter Kellin lagi nggak di rumah. Kalau Dokter Kellin yang ngomong pasti Kakek Guru mau dengar.”“Tenang saja, Dokter Panca pasti mau dengar,” kata Mulan dengan hangat. “Apa pun yang terjadi, kamu tetap anak Mama. Sekeras apa pun Dokter Panca, dia tetap harus mendengar pendapat dari orang tua murid. Sudah, tidur, gih. Besok pagi jangan lupa latihan. Habis sarapan, baru kamu lanjutkan tugas menyalinmu. Habis itu baru boleh main sama Russel. Sorenya juga sama, habis tidur siang, kerjain dulu tugasmu selama satu jam, baru sisa
Orang lain tidak pernah ada yang mengatakannya terang-terangan, dan Olivia juga anggap saja tida tahu apa-apa. Toh makin bahagia hidupnya, orang lain yang makin iri padanya.“... Sayang, sudah malam, nih. Kamu cepat tidur, deh. Kamu mungkin belum mau tidur, tapi anak kita sudah mau,” kata Stefan. Dia buru-buru mengganti topik obrolan dan membujuk istrinya untuk segera tidur. Namun di satu sisi, dia belum ingin menyudahi percakapannya dengan istri tercinta. Namun akhirnya Olivia-lah yang mengakhiri pembicaraan mereka.Setelah meletakkan ponselnya, Olivia mengelus perutnya sambil berkata kepada anak yang masih di dalam perutnya itu, “Sayang, Papa nggak mau jujur sama Mama. Walaupun maksudnya baik, dia tetap saja berbohong.”Setelah keheningan sesaat, Olivia berkata lagi, “Tapi kita nggak boleh nyalahin Papa. Dia berbohong demi kebaikan kita. Sekarang Mama nggak boleh gegabah karena harus menjaga kamu. Semua orang yang sayang sama kamu nggak mau Mama kenapa-napa. Sayang, menurut kamu, Pap
Sementara itu di kamar sebelah, setelah Russel pergi, sekarang giliran Olivia yang mengobrol dengan Stefan.“Sayang, kamu bawa Russel main di rumahnya keluarga Junaidi saja. Biar dia main di sana sampai puas tanpa perlu mikir apa-apa. Kalau aku sudah selesai, aku jemput kalian di sana,” kata Stefan.“Muka kamu kelihatannya capek banget. Kamu yang lebih butuh istirahat dari aku. Tugas yang bisa dioper ke orang lain dioper saja, nggak perlu semuanya kamu yang kerjain sendiri,” ujar Olivia membalas. “Kalau semuanya kamu yang kerjain sendiri pasti capek banget. Jangan pikir mentang-mentang masih muda jadi boleh bergadang. Kebanyakan bergadang nanti jadi cepat tua dan malah kasih dampak buruk ke badan kamu. Risiko meninggal tiba-tiba juga jadi meningkat. Stefan, kamu harus ingat, sekarang kamu nggak sendiri lagi. Kamu punya istri dan sebentar lagi punya anak. Aku dan anak kita menunggu kamu pulang.”“Iya, Sayang. Tenang saja. Aku selalu ingat kamu waktu mengerjakan apa pun. Aku bisa melindu
“Mama kamu sudah sibuk seharian pasti butuh istirahat, kita kasih dia waktu untuk istirahat sebentar, ya.”Russel sejenak berpikir, lalu dengan berat hati dia menyahut, “Oke, kalau begitu aku mau tidur dulu. Besok pagi baru aku telepon Mama. Tante Olivia, besok bangunin aku, ya.”“Oke. Jam 7.30 besok Tante bangunin, ya. Seharusnya jam segitu mama kamu lagi sarapan,” ujar Olivia.Dengan berat hati Russel melambaikan tangannya sambil berpamitan dengan Stefan, dia lalu meninggalkan amarnya Olivia dan kembali ke kamar tidur dia dan Liam.Di kamarnya Liam sedang menyalin nama-nama obat beserta khasiat dan larangan penggunaan dari setiap jenisnya. Saat melihat Russel kembali, dia langsung mengangkat kepalanya dan bertanya, “Russel, kamu sudah ketemu sama mama kamu?”Russel menghampiri dan melihat nama obat yang Lam tulis. Hanya sedikit saja huruf yang bisa dia baca. “Mama masih sibuk, jadi nggak ada waktu untuk ngobrol. Tante Olivia suruh aku untuk istirahat dulu. Besok pagi baru aku bisa ng
Tanpa pikir panjang Russel menjawab,”Jelas suka, dong! Aku suka Om Daniel. Asyik juga nambah satu papa lagi. Orang lain cuma punya satu papa, aku punya dua.”Pada saat awal-awal Daniel mencari tahu apakah Russel menginginkan ayah baru, Russel bilang kalau dia sudah punya ayah. Dia tidak ingin serakah, satu ayah saja sudah cukup. Sekarang ketika Russel sudah lebih besar, dia mulai membangun hubungan ayah dan anak dengan Daniel, dan sekarang dia sudah bisa menerima Daniel sebagai ayah barunya. Di luar itu, saat ini hubungan Russel dengan Daniel justru lebih dekat dibandingkan ayah kandungnya.Alasan utamanya adalah karena keluarga Pamungkas suka membuat masalah yang perlahan mengikis hubungan mereka dengan Russel. Russel sekarang masih kecil. Sebenarnya asal keluarga Pamungkas mau memperlakukan Russel dengan baik dan tidak memanfaatkannya untuk mendapat keuntungan pribadi, dan benar- benar menyayangi Russel dengan tulus, Russel juga pasti akan senang dengan mereka. Jika menunggu sampai R