Pak Marwan dan para pembantu yang lain bahkan tak berani menghela napas karena suasana terasa sangat menegangkan. Sesaat kemudian, Stefan bersuara, memerintah Pak Marwan, “Ambil charger Samsung-ku, bantu Olivia charge handphone-nya.”“Baik.” Pak Marwan segera mengambil charger untuk Olivia. Entah apakah memang maksud Stefan mengizinkan Olivia mengisi ulang baterai sama artinya dengan mengizinkan nona muda untuk pergi atau tidak. Sebenarnya Pak Marwan juga merasa tidak seharusnya Stefan mengurung Olivia. Ada baiknya mereka berdua sama-sama menenangkan diri dulu. Akan tetapi, Pak Marwan tidak berani mengungkapkannya. Stefan terlalu mementingkan Olivia. Dia takut jika Olivia pergi, maka Olivia tidak akan pernah kembali. Itulah mengapa Stefan memaksa Olivia untuk terus berada di sisinya. Hanya saja, cara seperti ini hanya akan memperkeruh keadaan. Tak lama kemudian, Pak Marwan telah mengambilkan charger dan menyerahkannya pada Stefan. Stefan memberikan benda itu kepada Olivia. Ketika
Stefan juga merasa lega. Setelah diam beberapa saat, Stefan akhirnya berjalan mendekati Olivia, kemudian duduk di depannya. Dia mengambil sendok, hendak mengambilkan lauk untuk Olivia. Namun, belum saja Stefan meletakkan lauk ke piring Olivia, Olivia sudah menjauhkan piringnya. Dia tidak bersedia memakan makanan yang diambilkan oleh Stefan. Stefan terpaksa menarik kembali tangannya, kemudian meletakkan lauk yang diambil ke piringnya sendiri. “Oliv, ini semua menu masakan kesukaan kamu, lho. Makan yang banyak,” ujar Stefan dengan lembut. Olivia diam, tidak menanggapi, juga tidak melihat Stefan. Dia meneruskan makan seolah tak ada yang berbicara padanya. “Ini udang kesukaan kamu juga, aku kupasin ya kulitnya.”Stefan memasang sarung tangan sekali pakai, kemudian mengupas kulit udang untuk Olivia. Namun, Olivia justru mengambil sendiri udang yang belum dikupas kulitnya, memakannya langsung dengan kulit. Stefan ternganga melihatnya. Nampaknya sang istri sama sekali tidak memberikan
Setelah melihat kedatangan kakaknya, Olivia dengan segera meletakkan peralatan makannya, hendak menghampiri sang kakak. Sedangkan Stefan, dengan refleksnya, menahan lengan Olivia. Olivia memelototinya. “Oliv ….” Odelina dengan cepat melangkah ke arah Olivia, kemudian memeluk adiknya erat. “Oliv, kalau pengin nangis, nangis saja. Ada Kakak.”“Kak ….” Emosi yang sejak tadi dibendung oleh Olivia, akhirnya tumpah di pelukan kakaknya. Stefan yang berdiri tak jauh dari saja merasa sangat sakit saat melihat sang istri menangis sesegukan. Apa daya, Stefan tak bisa melakukan apa pun. Karena, tangisan Olivia, disebabkan oleh dirinya sendiri. Setelah sepuluh menit, Olivia dan kakaknya duduk bersama. Di depan mereka, Stefan duduk sendiri. “Stefan, kedatanganku ke sini adalah untuk menjemput Olivia,” ujar Odelina terus terang. Wajah Stefan tegang, kemudian berkata dengan suara beratnya, “Kak, di sini rumah Oliv, kami adalah suami istri. Di mana aku tinggal, maka di sanalah rumahnya.”Odelina
“Kak, aku nggak mau kehilangan Oliv. Aku nggak mau cerai.” Stefan berkata lebih dulu.“Kak, aku juga tahu bahwa tindakanku nyembunyiin latar belakangku itu sebuah kebohongan bagi Oliv. Olivia nggak sama kayak orang kebanyakan yang jadi seneng banget ketika tahu bahwa aku orang kaya. Aku minta maaf sama Oliv. Dia marahi aku, pukuli aku, aku terima kok. Tapi dia nggak boleh tinggalin aku. Aku nggak mau cerai!”Setelah Stefan berbicara, Odelina mulai bersuara, “Apa kamu pikir jika kamu biarkan Oliv keluar dari vila ini, maka kamu nggak akan bisa lihat dia lagi selamanya?”Stefan diam. Dia takut. Takut jika Olivia keluar dari vila, maka dia benar-benar tidak akan bisa melihat Olivia lagi. “Stefan, Olivia adalah adik kandungku. Sudah sekian tahun kami hidup bersama-sama, nggak ada orang yang lebih mengerti dia dibanding aku. Dia bukan orang yang ciut dan menghindari masalah. Semarah apa pun dia, bahkan sekalipun dia mengajukan cerai, dia nggak akan pernah menghindar. Karena menghindar tida
Russel tidak mau. Dia memaksa turun dari gendongan Daniel lalu mencari ibunya ke seluruh ruangan sambil menangis. Karena dia tidak bisa menemukan ibunya, tangis Russel semakin menjadi-jadi."Russel mau permen? Sudah jangan nangis, ya. Nanti Om Daniel kasih permen.” Daniel mencoba membujuk."Aku nggak mau permen, Aku mau Mama ….""Om Daniel ajak kamu beli kincir angin, yuk. Mau, nggak?""Aku nggak mau kincir angin, aku mau Mama …." Russel menangis lebih kencang lagi.Daniel tidak bisa membujuknya. Dari dulu Daniel tidak pernah tahu bagaimana cara membujuk anak-anak.Akhirnya, Daniel mengeluarkan ponsel, membuka kuncinya kemudian menyerahkannya kepada Russel sambil berkata, "Anak baik, jangan nangis, ya. Nih Om Daniel kasih handphone buat nonton kartun, deh. Mau nggak?” Russel menampik ponsel itu dengan satu tangannya."Handphone-pun nggak mau," ujar Daniel sambil menyibak rambutnya sendiri karena merasa sudah pusing, "Bukannya anak zaman sekarang suka banget ya main HP?” Russel malah
“Nggak perlu berterima kasih, aku hanya khawatir kepada Stefan dan istrinya saja.”Daniel langsung berkata terus terang, seolah takut bahwa Olivia akan salah paham dengan kebaikannya.“Kamu sudah bertemu dengan mereka, bagaimana keadaannya?” tanya Daniel dengan khawatir.Odelina menghela napas panjang lalu berkata, “Kamu pasti sudah mengenal Stefan cukup lama, hubungan kalian berdua sebenarnya nggak hanya sebatas rekan bisnis saja, tapi kalian berdua sebenarnya adalah teman baik. Pak Daniel, bahkan kamu membantu Stefan untuk membohongi kami.”“Seharusnya kamu lebih tahu jelas bagaimana sifat Stefan daripada aku. Sekarang Stefan meyakini, asalkan dirinya bisa membuat Olivia tetap tinggal di rumah, maka semua masalah ini akan berlalu. Tapi Olivia terus menerus berusaha untuk dapat keluar dari rumah tersebut, Stefan bersikeras menahannya untuk tetap di rumah. Aku rasa Stefan sudah lelah, Olivia juga sudah kehilangan harapannya.”Daniel membuka mulutnya berusaha membantu sahabatnya untuk m
Akan tetapi, mereka berdua belum sempat merayakan hal ini, atasan Roni sudah meneleponnya untuk segera kembali ke kantor untuk bekerja. Kemudian Roni melihat wawancara mengenai Direktur Utama Adhitama Group yang menyayangi istrinya.Ternyata suami Olivia memang benar Stefan Adhitama. Waktu itu Roni sudah sempat mencurigai hal ini, tapi pria itu membantahnya.Ternyata dugaan Roni dari awal memang benar!Ketika Yenny mendengar berita ini, perempuan itu langsung merasa sangat cemburu. Yenny merasa iri dengan Olivia yang memiliki nasib begitu baik karena bisa hinggap di dahan pohon yang tepat dan berubah menjadi burung phoenix.Kemarin ketika Yenny mengetahui bahwa Nenek Yuna ternyata adalah bibi kandung dari Odelina, Yenny juga merasa sangat iri.Sepanjang sore Yenny melewati harinya dengan rasa cemburu dan iri hati, hal ini membuat Roni sangat tidak nyaman.Olivia menikah dengan Direktur Utama dari Grup Adhitama adalah urusan Olivia, Yenny bisa merasa cemburu seperti itu, apakah perempu
Odelina mendelik dingin kepada mantan suaminya dan berkata, “Olivia juga nggak punya waktu mengurusi masalah kamu. Pekerjaan kamu sendiri yang nggak lancar, berarti yang harus dipertanyakan adalah kemampuan kamu sendiri. Jangan apa-apa langsung melempar kesalahan ke orang lain, seharusnya kamu mencari jawabannya dari dirimu sendiri.”Adiknya baru sekarang mengetahui status suaminya yang sebenarnya, mana mungkin bisa menggunakan statusnya sebagai istri dari Direktur Utama Adhitama Grup untuk mencelakai Roni?“Kalau bukan Olivia, pasti Stefan. Pasti dia meminta Stefan untuk membalaskan dendammu, agar pekerjaanku dan Yenny menjadi nggak lancar.”Sepasang mata Roni penuh dengan kebencian.Roni bukanlah seorang yang bodoh. Semenjak dirinya bercerai dengan Odelina, pekerjaannya langsung mengalami kendala, setiap hari dimarahi oleh atasannya, bahkan bonus bulan ini, sepeser pun dia tidak bisa mendapatkannya, hanya bisa membawa pulang gaji pokoknya saja. Dia dan Yenny sudah tidak dapat lagi ti
Giselle mengeluarkan suara manja saat berbicara. Lota tertawa di telepon, "Dari suaramu, aku bisa mendengar kegembiraanmu. Sepertinya saranmu berhasil digunakan dengan baik." "Ya, memang berhasil. Sangat efektif. Si Buta itu sekarang seharusnya sudah percaya bahwa Lisa itu bukan Giselle. Tentu saja, ini juga berkat kehebatan Pak Lota yang begitu cepat menemukan pengganti yang sangat mirip denganku." "Melihat pengganti itu, aku sendiri hampir mengira dia adalah saudara kembarku. Bentuk tubuh, wajah, suara dan semuanya sangat mirip." Sekarang Giselle percaya bahwa dua orang yang tidak memiliki hubungan darah pun bisa memiliki kemiripan yang luar biasa. Sama seperti dia dan penggantinya. Mereka tidak memiliki hubungan darah. Sebelum pengganti itu muncul, mereka bahkan belum pernah bertemu. Saat pertama kali bertemu, pengganti itu juga terkejut. Keduanya sempat berpikir bahwa orang tua mereka memiliki anak lain di luar nikah. Karena hal ini, Giselle semakin takut pada Lota. Lelaki itu
Calvin tampak serius dan berkata, "Kamu paling tahu bagaimana sifat adik perempuanmu. Bahkan ayah dan ibunya nggak bisa mendidiknya dengan baik, tapi sekarang orang itu bisa membuatnya berubah menjadi seorang wanita terhormat. Meskipun masih kurang sedikit, itu sudah sangat luar biasa." "Nanti aku akan bicara dengan Kakak." Rosalina berkata, "Sepertinya mereka datang untuk mencari Olivia, hanya saja aku tidak tahu alasannya." Lelaki itu menenangkannya dan berkata, "Jangan terlalu banyak berpikir, nanti juga akan terungkap. Setelah karyawanmu kembali, kita pergi makan." "Kita makan di rumah lama atau di hotel?" "Di hotel saja, rumah lama terlalu jauh." Meskipun para tetua masih berada di Vila Permai dan akan segera pergi, Calvin dan yang lainnya telah kembali ke kehidupan normal mereka. Mereka yang harus bekerja kembali bekerja, sementara yang masih sekolah tetap melanjutkan sekolahnya. Saat ini liburan baru saja dimulai. Sebagian besar siswa sudah libur, tetapi Sandy yang merupa
Saat Giselle baru keluar dari penjara, tangannya memang menjadi sedikit kasar, kulitnya juga menjadi sedikit lebih gelap. Setelah beberapa waktu, tangannya kembali ke tangan yang putih, lembut dan halus seperti sebelumnya. Bagaimanapun juga, Giselle baru berusia 21 tahun. Setelah Tahun Baru baru berusia 21 tahun. Jadi sekarang dia masih berusia 20 tahun.Perempuan seusia ini bagaikan bunga segar. Kulit rusak juga bisa pulih dengan cepat. Setelah keluar dari penjara, Giselle tidak mau pergi cari kerja. Dia menggunakan uang yang dia bawa pergi. Setelah uangnya habis, dia akan minta lagi pada adiknya. Dia menjalani kehidupan yang cukup enak. Orang yang tidak pernah bekerja tentu saja memiliki tangan yang halus dan lembut.Sedangkan tangan si Giselle palsu itu tidak cukup putih, juga tidak cukup halus dan lembut. Ada kapalan di tangannya. Kukunya sangat pendek, tidak dicat dengan cat kuku pula. Giselle sangat suka memakai cat kuku, dia juga suka memanjangkan kukunya.Sejak kecil Giselle su
“Aku pergi. Sekarang juga aku pergi.”Giselle tidak berani mengatakan kata-kata buruk lagi, juga tidak berani tinggal lebih lama. Begitu Calvin berteriak menyuruhnya pergi, dia langsung berbalik dan berlari kembali ke mobilnya, lalu membuka pintu dan masuk. Tak lama kemudian, mobilnya meninggalkan Spring Blossom.Nama toko bunga Rosalina sangat bagus. Spring Blossom, musim semi bunga bermekaran. Namun, di sana sama sekali tidak menyenangkan. Kalau tinggal terlalu lama di sana, bisa-bisa gigi pun melayang.Setelah Giselle pergi, Lisa juga tidak ingin berlama-lama. Dia pun berkata kepada Rosalina, “Bu Rosalina, aku pergi dulu. Besok aku baru datang lagi ambil bunga yang aku pesan.”“Oke,” jawab Rosalina.Lisa diam-diam melirik Calvin, lalu dia pergi bersama dua pengawalnya. Rosalina keluar dari toko dan melihat mobil Lisa melaju pergi. Hingga mobil itu menghilang di ujung jalan, dia baru kembali ke dalam toko.“Kenapa kamu ada waktu buat datang ke sini?” tanya Rosalina kepada suaminya de
Hebat sekali. Memang patut diacungi jempol.“Calvin.”Rosalina berjalan mendekat dan meraih tangan suaminya, lalu berkata lembut, “Dia hanya anjing gila yang suka sembarang gigit orang. Nggak usah pedulikan dia, jangan biarkan dia buat kamu marah. Nggak sepadan, Sayang. Aku sudah sering dimarahinya, sudah mati rasa. Mulut, mulut dia. Dia mau marah apa terserah dia. Kalau aku nggak tahan, aku tinggal suruh orang tampar dia.”Ekspresi tegas Stefan tiba-tiba berubah lembut. Giselle palsu tidak bisa menahan rasa cemburu ketika melihat perubahan ekspresi pria itu. Saat berhadapan dengannya, Calvin bersikap begitu dingin, seolah ingin mencabik-cabiknya. Namun di depan Rosalina, dia menjadi begitu lembut. Pria keluarga Adhitama benar-benar sayang istri.“Aku nggak tahan dengar ada yang hina kamu seperti itu. Kamu murah hati, nggak mau permasalahkan itu dengannya. Tapi aku nggak bisa seperti kamu. Kalau nggak dengar , aku nggak masalah. Tapi kalau sudah dengar, aku harus kasih dia pelajaran.”
“Pak Calvin sudah ada di sini. Perempuan ini nggak tahu malu, terus marahi Bu Rosalina. Aku barusan sudah kasih pelajaran, tapi dia masih saja begitu. Bu Rosalina baik hati. Nggak ada gunanya bahas persaudaraan saat berhadapan dengan orang seperti ini. Kasih pelajaran saja, habis itu usir dia.” Lisa bicara lebih dulu.Calvin hanya meliriknya sekilas, lalu menatap Giselle dengan dingin. “Rosalina terus maafkan kamu karena kamu adik yang lahir dari mama yang sama dengannya. Kamu malah semakin bertingkah. Rosalina bisa saja nggak mau perhitungan denganmu. Tapi aku nggak semurah hati itu. Hina istriku sama saja dengan hina aku. Dari dulu aku suka tampar orang yang berani hina aku.”“Tampar dia dulu, biar dia tahu apa artinya mulutmu harimaumu,” perintah Calvin kepada pengawalnya.Pengawal Calvin tidak bersikap lembut hanya karena Giselle perempuan. Dia menampar wajah Giselle beberapa kali, sampai Giselle bengong sendiri. Ternyata Calvin juga bisa memukul orang. Ralat, bukan memukul dengan
Giselle palsu tersadar. Dia takut ketahuan. Dia pun buru-buru berkata, “Aku benci Rosalina. Aku memang ingin marahi dia. Memangnya kenapa?”Usai berkata, Giselle palsu berlari ke arah mobilnya dan cepat-cepat masuk ke dalam mobil, ingin segera pergi. Siapa sangka, ada sosok yang begitu cepat sehingga berhasil mengejarnya sampai ke samping mobil. Sebelum dia sempat menutup pintu, sebuah tangan besar dan kuat masuk ke dalam mobil, lalu mencengkeram salah satu pergelangan tangannya dan menariknya keluar dari mobil dengan kasar.Giselle melihat pemilik tangan itu. Ternyata pengawal keluarga Adhitama. Pengawal keluarga Adhitama benar-benar hebat. Padahal Giselle merasa dirinya sudah sangat cepat, tapi ternyata dia masih kalah cepat.Pengawal itu menarik Giselle kembali ke depan Calvin. Lisa memelototi Giselle dengan tajam. Sekalipun dia tidak pintar dan IQ-nya terbatas, pengganti ini juga tidak boleh membuatnya terlihat begitu bodoh.Calvin sudah ada di sini, si pengganti ini masih berani p
“Bu Lisa.”Saat Giselle hendak diusir keluar, Rosalina akhirnya buka suara. Dia menatap Giselle palsu yang sedang ditahan oleh pengawal Lisa, dalam kondisi tidak mampu melawan serta tidak bisa berteriak.Setelah itu, Rosalina berkata, “Bu Rosalina, adikku ini kalau ngomong suka nggak pakai otak. Dulu dia terlalu dimanja orang tuanya, sampai nggak kenal rasa takut. Maaf sudah menyinggung Bu Lisa barusan. Sekarang Bu Lisa sudah kasih dia pelajaran. Untuk kali ini biarkan saja, usir saja dia.”Lisa masih memasang wajah tegas. “Bu Rosalina, kamu terlalu baik sebagai kakak, makanya kamu ditindas dia terus. Aku dengar dulu dia sering tindas kamu.”“Yang lalu sudah berlalu. Aku nggak ingin permasalahkan hal itu lagi.” Rosalina bersikap murah hati dan berkata, “Anggap saja dia anjing. Kita manusia kalau digigit anjing, kita nggak bisa balas gigit, kan.”Lisa mengumpat dalam hati. Rosalina, kau anjingnya. Seluruh keluargamu anjing. Setelah menyadari seluruh keluarga Rosalina berarti dirinya ter
Rosalina menatap Giselle. Awalnya Giselle diam saja, tidak memberikan reaksi apa pun. Toh, orang yang dibicarakan Lisa bukanlah dia. Begitu Rosalina menatapnya, dia baru sadar. Sekarang dia adalah Giselle.Giselle pun langsung berteriak, “Dia yang sudah rebut harta keluargaku. Dia juga yang blokir kartu bank-ku, buat aku nggak bisa ambil uang bulananku. Dia juga suruh adikku untuk kurangi biaya hidup yang diberikan ke aku sebanyak 70 persen.”“Sekarang aku nggak punya uang juga gara-gara dia. Kalau bukan cari dia, aku cari siapa? Kenapa aku harus kerja? Aku anak keluarga Siahaan, orang tuaku wariskan harta ratusan miliar untukku. Aku punya uang yang nggak akan pernah habis. Untuk apa aku kerja? Kalau kerja, satu bulannya bisa dapat berapa? Nggak sebanyak uang saku bulananku dulu.”Dulu, Giselle mendapat uang saku bulanan sebesar 600 juta. Jika dia perlu membeli sesuatu yang besar, misalnya mobil mewah, dia hanya perlu bermanja di depan orang tuanya. Nanti mereka akan membelikannya untu