Daniel dan Odelina akhirnya tiba di Adhitama Group. Mereka juga membawa Junia bersama dengan mereka. Mereka bertemu Junia di perjalanan ketika Junia sedang terlihat cemas dengan sepedanya yang kehabisan daya. Dia pun bergegas masuk ke dalam mobil Daniel dan meninggalkan sepedanya di pinggir jalan dalam keadaan terkunci. Dia akan kembali dan mengambil sepedanya setelah berhasil menenangkan Olivia.“Olivia!”“Olivia!”Odelina dan Junia bergegas menghampiri Olivia setelah mereka turun dari mobil. Bahkan Odelina sampai lupa dan meninggalkan putranya begitu saja. Untung saja ada Daniel yang langsung menggendong Russel bersamanya. Russel juga hanya bisa terdiam pasrah sambil melihat ibunya yang tidak ingat akan keberadaannya. Ibunya langsung berlari menghampiri Olivia setelah turun dari mobil dan meninggalkannya di dalam mobil Daniel. Daniel mengatakan kalau dia akan menggendong Russel turun dari mobil. Namun, Daniel tetap saja tidak menurunkan Russel dari gendongannya setelah mereka berdua
Hati Olivia terasa semakin dingin. Mobil kantor yang biasa digunakan oleh Stefan pastinya adalah mobil yang dibelinya untuk menipu Olivia. Sebaliknya, sekarang Stefan duduk di atas sebuah mobil mewah dengan dikelilingi oleh banyak pengawal. Seperti inilah bentuk asli dari kehidupan seorang miliarder. “Olivia,” panggil Stefan setelah turun dari mobil.“Olivia,” ujarnya kembali.Dia berdiri di hadapan dua saudari ini. Kemudian Stefan berkata kepada Odelina, “Kak, aku tahu aku salah. Sekarang Kakak bisa nggak biarkan aku bicara empat mata sama Olivia?”Odelina tidak menjawab pertanyaan Stefan. Dia hanya melirik ke arah Olivia.“Memangnya apa lagi yang harus kita bicarakan? Kamu itu pewaris keluarga miliarder, sedangkan aku cuma rakyat kecil. Kita benar-benar nggak sepadan, jadi aku juga nggak memenuhi syarat untuk bicara sama kamu,” ujar Olivia ketus lalu menarik kakaknya pergi. “Olivia,” ujar Stefan sambil mengulurkan tangannya berusaha untuk menarik Olivia.“Olivia, kamu bicaralah b
Stefan sebenarnya ingin menggendong Olivia turun dari mobil setelah mereka sampai di Vila Puncak Bukit. “Aku mau turun sendiri. Kamu nggak perlu gendong aku lagi. Kamu juga jangan sentuh aku lagi,” ujar Olivia ketus.Olivia tidak ingin Stefan menggendong ataupun menyentuhnya. Dia dengan cepat turun sendiri dari dalam mobil setelah sempat mendorong Stefan menjauh darinya. Pak Marwan dengan cepat keluar dari dalam rumah, lalu berkata, “Non Olivia.”“Tidak perlu memberiku hormat begitu. Aku bukan orang yang perlu kalian hormati. Lagi pula, aku juga nggak sepadan sama majikan kalian itu,” ujar Olivia ketus. Kekesalannya benar-benar sedang memuncak. Kemudian dia melirik ke arah Stefan lalu berkata, “Kamu masih mau bilang kalau kamu tinggal sendirian? Akting kamu itu natural banget, ya. Kamu bisa berbohong dengan mudahnya, tanpa naskah, wajahmu juga nggak kelihatan memerah, bahkan napasmu juga biasa saja.”Akting Stefan memang sangat bagus sampai Olivia tidak bisa melihatnya. Mungkin bis
Stefan melihat Olivia berjalan menuju dapur ketika dia baru masuk ke dalam rumah. Di dapur, Olivia mengambil mie instan kemudian menggoreng dua buah telur. Lalu menaruh dua buah telur goreng itu di atas mie . Olivia hanya melirik Stefan ketika Stefan sedang menatapnya dan tidak menggubrisnya sama sekali. Kemudian dia duduk di meja makan dan mulai memakan mienya. Stefan masih merasa khawatir dengan kemarahan Olivia. Jadi, dia memutuskan untuk tidak ikut makan maupun minum. Suasana hati Stefan terasa campur aduk saat ini setelah melihat Olivia makan mie dengan lahapnya. Akhirnya Stefan memutuskan untuk ikut duduk di meja makan lalu berkata dengan ragu, “Olivia ....”“Jangan bicara! Jangan pengaruhi nafsu makanku!” seru Olivia kesal. Stefan dengan patuh langsung menutup mulutnya setelah mendengar omelan istrinya. Dia tahu kalau dirinya salah, jadi hal yang terbaik yang bisa dilakukannya adalah mengikuti semua perintah istrinya. Stefan merasa lapar setelah melihat Olivia yang makan de
“Aku benar-benar nggak tahu kalau kamu itu penerus keluarga terkaya di kota ini. Kamu juga tahu apa yang aku mau, kan? Aku pernah bilang semuanya padamu ketika kita bertengkar waktu itu. Aku mau kamu punya tempat tinggal, jadi aku nggak perlu mengontrak lagi. Aku juga mau kamu memiliki pekerjaan yang stabil, jadi kakakku nggak perlu lagi mengkhawatirkanku,” ujar Olivia.Stefan langsung tersenyum getir seraya berkata, “Aku tahu kalau tujuan utamamu menikah denganku memang untuk membuat Kakakmu tenang. Bukan karena uang apalagi karena aku. Aku yang salah paham. Semua ini memang salahku.”“Olivia, kalau kamu mau mukul ataupun marah sama aku, maka lakukan saja sesukamu. Bahkan aku akan menerima semua hukuman yang kamu berikan padaku.”Stefan sama sekali tidak akan mengelak dari semua hukuman yang diberikan oleh Olivia kepadanya. Olivia hanya terus menatapnya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.“Awalnya, aku hanya ingin mengujimu, makanya aku menyembunyikan identitasku yang sebenarnya. Ne
Emosi Olivia yang meledak-ledak masih bisa terlihat dengan sangat jelas. Stefan memiliki firasat kalau dirinya akan sulit untuk menemui Olivia lagi apabila dia membiarkan Olivia pergi dari vila ini. “Stefan, lepaskan aku! Aku nggak mau melihat ataupun bicara sama kamu!” seru Olivia setelah menyadari Stefan yang tidak ingin melepaskannya. Kemudian Olivia menggigit punggung tangan Stefan dengan sangat keras, tapi Stefan tetap tidak melepaskan genggamannya. Lalu Olivia memukul dan menendang Stefan berulang kali dengan penuh amarah, tapi Stefan tetap tidak melepaskannya.Dia justru menarik Olivia ke dalam pelukannya. Kemudian dia menundukkan kepalanya dan mencium bibir Olivia dengan lembut untuk menutup mulut Olivia. Namun, Olivia langsung menggigit bibir Stefan hingga berdarah. Akhirnya, Stefan memukul bagian belakang leher Olivia untuk menghentikan semua pergerakan Olivia. Olivia langsung berhenti dan tidak sadarkan diri. Stefan buru-buru memeluk Olivia yang sudah pingsan dan menggend
Stefan, kamu jangan panik. Sekarang kalian di mana? Nenek segera ke sana,” ujar Nenek berusaha menghibur Stefan. Nenek merasa bertanggung jawab atas hubungan kedua sejoli ini. “Percuma, Nek! Nenek juga nggak akan bisa membantuku. Dia berpikir kalau kita semua sudah menipunya selama berbulan-bulan. Baginya, kita ini hanya keluarga penipu,” ujar Stefan sedikit lebih tenang. Nenek menghela napasnya lalu berkata, “Nenek sudah memperingatkanmu mengenai hal ini sebelumnya .... Sekarang kamu pikirkan saja cara untuk membujuknya. Tapi, kalau dia masih tidak mau juga, lebih baik kamu berikan waktu untuknya menenangkan diri. Kamu jangan terus memaksanya.”“Dia tidak boleh pergi dariku sejengkal pun!” seru Stefan kesal. Sifat Stefan yang suka mendominasi bisa terlihat dengan sangat jelas dalam masalah ini. Nenek hanya bisa terdiam tanpa bisa membalas kata-kata yang dilontarkan oleh Stefan. Kemudian Nenek menutup teleponnya tanpa bersuara sedikit pun.Nenek berpikir kalau Stefan akan kesulitan
“Olivia, kamu nggak apa-apa, kan?” tanya Stefan setelah melihat Olivia menatapnya tanpa bersuara sedikit pun. Apa mungkin Stefan sudah memukulnya terlalu keras sampai membuat Olivia terdiam begini? “Stefan!” seru Olivia marah setelah kesadarannya kembali.Kemudian dia meraih kerah baju suaminya dan memukul leher bagian belakang Stefan. Dia terlihat bagai seekor singa yang sedang marah. “Kurang ajar kamu, ya! Berani sekali kamu membuatku pingsan!” seru Olivia marah.Leher bagian belakangnya terasa sangat sakit. Bagaimana mungkin Stefan masih saja mengatakan kalau dia mencintai Olivia? Apa cinta itu membuat pasangannya pingsan? Bukankah ini sama saja seperti menyakiti tubuh Olivia? Sekarang Olivia tidak akan percaya lagi semua perkataan Stefan. Olivia sudah hidup dalam kebohongan yang dibuat oleh Stefan selama empat bulan terakhir. Sekarang tingkat kepercayaan Olivia terhadap Stefan adalah nol. “Oliv! Oliv!” seru Stefan sambil berusaha melarikan diri.Dia takut Olivia akan membuatny