Junia baru saja menelepon Reiki dan memberitahu Reiki kalau sepeda motor listriknya mogok di tengah jalan menuju Adhitama Group. Junia mengatakan kalau dia tidak bisa mendorong sepedanya kembali ke toko buku karena jaraknya sudah terlalu jauh. Dia juga masih terlalu jauh jika harus mendorong sepedanya sampai Adhitama Group. Oleh karena itu, Junia bergegas menelepon Reiki untuk meminta bantuannya. Ini adalah pertama kalinya Junia meminta tolong pada Reiki. Dia ingin meminta Reiki untuk menjemputnya agar dia bisa menenangkan sahabatnya. Kalau bukan karena Olivia, Junia pasti sudah meminta adiknya untuk menjemputnya dan bukan Reiki.Di sisi lain, Reiki sekarang sedang menghadapi Olivia yang terlihat sangat marah. Dia pun meminta Olivia untuk duduk dulu dan menunda rencananya untuk menjemput Junia. “Bu Olivia mau minum apa?” tanya Reiki sopan.“Tidak perlu! Aku cuma mau tanya beberapa hal sama kamu. Apa benar Stefan adalah penerus Adhitama Group? Apa dia juga atasanmu?” tanya Olivia deng
“Bu Olivia, bagaimanapun juga cinta Pak Stefan ke Ibu itu nyata. Dia benar-benar mencintai Bu Olivia. Jadi, Ibu tidak perlu meragukannya sama sekali,” jelas Reiki. Olivia langsung terkekeh dengan mata yang tiba-tiba berair. Dia langsung berdiri sambil mengangkat tangannya lalu mengusap matanya.“Terima kasih Pak Reiki atas penjelasannya. Maaf karena sudah mengganggu Bapak. Kalau begitu saya pamit dulu,” ujar Olivia. Reiki sama sekali tidak berusaha menahan Olivia setelah mendengar kata pamit yang terucap dari mulutnya. Kemudian dia juga ikut berjalan mengikuti Olivia seraya berkata, “Bu Olivia, saya tahu Ibu pasti sangat kaget dan marah atas berita ini. Tapi, Stefan sangat serius dengan perasaannya. Saya harap, Ibu bisa memberikan Stefan sedikit kesempatan untuk menjelaskan semuanya setelah Bu Olivia merasa sedikit lebih tenang. Bagaimanapun juga kalian berdua kan suami istri.”Olivia sama sekali tidak mengatakan sepatah kata pun untuk menanggapi perkataan Reiki. Wajahnya masih saja
Daniel dan Odelina akhirnya tiba di Adhitama Group. Mereka juga membawa Junia bersama dengan mereka. Mereka bertemu Junia di perjalanan ketika Junia sedang terlihat cemas dengan sepedanya yang kehabisan daya. Dia pun bergegas masuk ke dalam mobil Daniel dan meninggalkan sepedanya di pinggir jalan dalam keadaan terkunci. Dia akan kembali dan mengambil sepedanya setelah berhasil menenangkan Olivia.“Olivia!”“Olivia!”Odelina dan Junia bergegas menghampiri Olivia setelah mereka turun dari mobil. Bahkan Odelina sampai lupa dan meninggalkan putranya begitu saja. Untung saja ada Daniel yang langsung menggendong Russel bersamanya. Russel juga hanya bisa terdiam pasrah sambil melihat ibunya yang tidak ingat akan keberadaannya. Ibunya langsung berlari menghampiri Olivia setelah turun dari mobil dan meninggalkannya di dalam mobil Daniel. Daniel mengatakan kalau dia akan menggendong Russel turun dari mobil. Namun, Daniel tetap saja tidak menurunkan Russel dari gendongannya setelah mereka berdua
Hati Olivia terasa semakin dingin. Mobil kantor yang biasa digunakan oleh Stefan pastinya adalah mobil yang dibelinya untuk menipu Olivia. Sebaliknya, sekarang Stefan duduk di atas sebuah mobil mewah dengan dikelilingi oleh banyak pengawal. Seperti inilah bentuk asli dari kehidupan seorang miliarder. “Olivia,” panggil Stefan setelah turun dari mobil.“Olivia,” ujarnya kembali.Dia berdiri di hadapan dua saudari ini. Kemudian Stefan berkata kepada Odelina, “Kak, aku tahu aku salah. Sekarang Kakak bisa nggak biarkan aku bicara empat mata sama Olivia?”Odelina tidak menjawab pertanyaan Stefan. Dia hanya melirik ke arah Olivia.“Memangnya apa lagi yang harus kita bicarakan? Kamu itu pewaris keluarga miliarder, sedangkan aku cuma rakyat kecil. Kita benar-benar nggak sepadan, jadi aku juga nggak memenuhi syarat untuk bicara sama kamu,” ujar Olivia ketus lalu menarik kakaknya pergi. “Olivia,” ujar Stefan sambil mengulurkan tangannya berusaha untuk menarik Olivia.“Olivia, kamu bicaralah b
Stefan sebenarnya ingin menggendong Olivia turun dari mobil setelah mereka sampai di Vila Puncak Bukit. “Aku mau turun sendiri. Kamu nggak perlu gendong aku lagi. Kamu juga jangan sentuh aku lagi,” ujar Olivia ketus.Olivia tidak ingin Stefan menggendong ataupun menyentuhnya. Dia dengan cepat turun sendiri dari dalam mobil setelah sempat mendorong Stefan menjauh darinya. Pak Marwan dengan cepat keluar dari dalam rumah, lalu berkata, “Non Olivia.”“Tidak perlu memberiku hormat begitu. Aku bukan orang yang perlu kalian hormati. Lagi pula, aku juga nggak sepadan sama majikan kalian itu,” ujar Olivia ketus. Kekesalannya benar-benar sedang memuncak. Kemudian dia melirik ke arah Stefan lalu berkata, “Kamu masih mau bilang kalau kamu tinggal sendirian? Akting kamu itu natural banget, ya. Kamu bisa berbohong dengan mudahnya, tanpa naskah, wajahmu juga nggak kelihatan memerah, bahkan napasmu juga biasa saja.”Akting Stefan memang sangat bagus sampai Olivia tidak bisa melihatnya. Mungkin bis
Stefan melihat Olivia berjalan menuju dapur ketika dia baru masuk ke dalam rumah. Di dapur, Olivia mengambil mie instan kemudian menggoreng dua buah telur. Lalu menaruh dua buah telur goreng itu di atas mie . Olivia hanya melirik Stefan ketika Stefan sedang menatapnya dan tidak menggubrisnya sama sekali. Kemudian dia duduk di meja makan dan mulai memakan mienya. Stefan masih merasa khawatir dengan kemarahan Olivia. Jadi, dia memutuskan untuk tidak ikut makan maupun minum. Suasana hati Stefan terasa campur aduk saat ini setelah melihat Olivia makan mie dengan lahapnya. Akhirnya Stefan memutuskan untuk ikut duduk di meja makan lalu berkata dengan ragu, “Olivia ....”“Jangan bicara! Jangan pengaruhi nafsu makanku!” seru Olivia kesal. Stefan dengan patuh langsung menutup mulutnya setelah mendengar omelan istrinya. Dia tahu kalau dirinya salah, jadi hal yang terbaik yang bisa dilakukannya adalah mengikuti semua perintah istrinya. Stefan merasa lapar setelah melihat Olivia yang makan de
“Aku benar-benar nggak tahu kalau kamu itu penerus keluarga terkaya di kota ini. Kamu juga tahu apa yang aku mau, kan? Aku pernah bilang semuanya padamu ketika kita bertengkar waktu itu. Aku mau kamu punya tempat tinggal, jadi aku nggak perlu mengontrak lagi. Aku juga mau kamu memiliki pekerjaan yang stabil, jadi kakakku nggak perlu lagi mengkhawatirkanku,” ujar Olivia.Stefan langsung tersenyum getir seraya berkata, “Aku tahu kalau tujuan utamamu menikah denganku memang untuk membuat Kakakmu tenang. Bukan karena uang apalagi karena aku. Aku yang salah paham. Semua ini memang salahku.”“Olivia, kalau kamu mau mukul ataupun marah sama aku, maka lakukan saja sesukamu. Bahkan aku akan menerima semua hukuman yang kamu berikan padaku.”Stefan sama sekali tidak akan mengelak dari semua hukuman yang diberikan oleh Olivia kepadanya. Olivia hanya terus menatapnya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.“Awalnya, aku hanya ingin mengujimu, makanya aku menyembunyikan identitasku yang sebenarnya. Ne
Emosi Olivia yang meledak-ledak masih bisa terlihat dengan sangat jelas. Stefan memiliki firasat kalau dirinya akan sulit untuk menemui Olivia lagi apabila dia membiarkan Olivia pergi dari vila ini. “Stefan, lepaskan aku! Aku nggak mau melihat ataupun bicara sama kamu!” seru Olivia setelah menyadari Stefan yang tidak ingin melepaskannya. Kemudian Olivia menggigit punggung tangan Stefan dengan sangat keras, tapi Stefan tetap tidak melepaskan genggamannya. Lalu Olivia memukul dan menendang Stefan berulang kali dengan penuh amarah, tapi Stefan tetap tidak melepaskannya.Dia justru menarik Olivia ke dalam pelukannya. Kemudian dia menundukkan kepalanya dan mencium bibir Olivia dengan lembut untuk menutup mulut Olivia. Namun, Olivia langsung menggigit bibir Stefan hingga berdarah. Akhirnya, Stefan memukul bagian belakang leher Olivia untuk menghentikan semua pergerakan Olivia. Olivia langsung berhenti dan tidak sadarkan diri. Stefan buru-buru memeluk Olivia yang sudah pingsan dan menggend
Sementara itu di kamar sebelah, setelah Russel pergi, sekarang giliran Olivia yang mengobrol dengan Stefan.“Sayang, kamu bawa Russel main di rumahnya keluarga Junaidi saja. Biar dia main di sana sampai puas tanpa perlu mikir apa-apa. Kalau aku sudah selesai, aku jemput kalian di sana,” kata Stefan.“Muka kamu kelihatannya capek banget. Kamu yang lebih butuh istirahat dari aku. Tugas yang bisa dioper ke orang lain dioper saja, nggak perlu semuanya kamu yang kerjain sendiri,” ujar Olivia membalas. “Kalau semuanya kamu yang kerjain sendiri pasti capek banget. Jangan pikir mentang-mentang masih muda jadi boleh bergadang. Kebanyakan bergadang nanti jadi cepat tua dan malah kasih dampak buruk ke badan kamu. Risiko meninggal tiba-tiba juga jadi meningkat. Stefan, kamu harus ingat, sekarang kamu nggak sendiri lagi. Kamu punya istri dan sebentar lagi punya anak. Aku dan anak kita menunggu kamu pulang.”“Iya, Sayang. Tenang saja. Aku selalu ingat kamu waktu mengerjakan apa pun. Aku bisa melindu
“Mama kamu sudah sibuk seharian pasti butuh istirahat, kita kasih dia waktu untuk istirahat sebentar, ya.”Russel sejenak berpikir, lalu dengan berat hati dia menyahut, “Oke, kalau begitu aku mau tidur dulu. Besok pagi baru aku telepon Mama. Tante Olivia, besok bangunin aku, ya.”“Oke. Jam 7.30 besok Tante bangunin, ya. Seharusnya jam segitu mama kamu lagi sarapan,” ujar Olivia.Dengan berat hati Russel melambaikan tangannya sambil berpamitan dengan Stefan, dia lalu meninggalkan amarnya Olivia dan kembali ke kamar tidur dia dan Liam.Di kamarnya Liam sedang menyalin nama-nama obat beserta khasiat dan larangan penggunaan dari setiap jenisnya. Saat melihat Russel kembali, dia langsung mengangkat kepalanya dan bertanya, “Russel, kamu sudah ketemu sama mama kamu?”Russel menghampiri dan melihat nama obat yang Lam tulis. Hanya sedikit saja huruf yang bisa dia baca. “Mama masih sibuk, jadi nggak ada waktu untuk ngobrol. Tante Olivia suruh aku untuk istirahat dulu. Besok pagi baru aku bisa ng
Tanpa pikir panjang Russel menjawab,”Jelas suka, dong! Aku suka Om Daniel. Asyik juga nambah satu papa lagi. Orang lain cuma punya satu papa, aku punya dua.”Pada saat awal-awal Daniel mencari tahu apakah Russel menginginkan ayah baru, Russel bilang kalau dia sudah punya ayah. Dia tidak ingin serakah, satu ayah saja sudah cukup. Sekarang ketika Russel sudah lebih besar, dia mulai membangun hubungan ayah dan anak dengan Daniel, dan sekarang dia sudah bisa menerima Daniel sebagai ayah barunya. Di luar itu, saat ini hubungan Russel dengan Daniel justru lebih dekat dibandingkan ayah kandungnya.Alasan utamanya adalah karena keluarga Pamungkas suka membuat masalah yang perlahan mengikis hubungan mereka dengan Russel. Russel sekarang masih kecil. Sebenarnya asal keluarga Pamungkas mau memperlakukan Russel dengan baik dan tidak memanfaatkannya untuk mendapat keuntungan pribadi, dan benar- benar menyayangi Russel dengan tulus, Russel juga pasti akan senang dengan mereka. Jika menunggu sampai R
Russel juga suka dengan anak-anak. Mereka masih sangat mungil dan menggemaskan, sama seperti anak kecil yang ada di rumahnya Yuna. Setiap kali Russel berkunjung ke rumah Yuna, Russel ingin sekali meminta Olivia untuk membawa adik kecil itu ke rumah. Di rumah Russel memiliki banyak mainan yang bisa dia bagikan.“Mana mungkin. Om kan paling sayang sama Russel. Om nanya adik kamu yang masih di perut itu karena Om khawatir sama Tante Olivia. Takutnya Tante sakit atau apa. Memangnya Russel nggak khawatir?” tanya Stefan.“Jelas khawatir juga, dong. Russel kan paling sayang sama Tante Olivia,” Russel mengangguk.“Nah … Russel kan sayang sama Tante, pastinya Russel nggak mau kalau Tante kesakitan, ‘kan?”“Iya.”“Makanya tadi Om nanya keadaan Tante. Sama kayak kamu, Om juga sayang sama Tante. Jadi bukannya sudah nggak sayang sama kamu lagi. Russel paham?” tanya Stefan.Russel mengedipkan matanya dan menatap ke arah Olivia, lalu dia berpikir sejenak, dan menganggukkan kepalanya lagi. “Iya, Om St
“Sekarang sudah larut malam, ayo semuanya istirahat dulu,” kata Yuna kepada yang lain.Biasanya mereka lebih sering bergadang hingga subuh. Sesungguhnya mereka semua masih belum mengantuk, tetapi begitu Yuna bertitah, mereka semua langsung kembali ke kamar masing-masing. Untuk sebagian orang yang tidak menginap di kediaman keluarga Arahan juga kembali ke hotel mereka masing-masing.Stefan menginap di Blanche Hotel. Dia pulang ke kamarnya sendiri di hotel tersebut. Saat dia baru saja duduk santai di sofa, ponselnya tiba-tiba berdering. Stefan menduga telepon itu datang dari istri tercintanya. Dia pun mengeluarkan ponselnya dan melihat, ternyata benar, Olivia mengajaknya untuk berbicara melalui video call. Ekspresi wajah Stefan yang semula serius dalam sekejap langsung melunak, lalu dia menerima panggilan dari Olivia. Ketika panggilan tersambung, hal pertama yang Stefan lihat di layar ponselnya adalah wajah mungil Russel.“Om Stefan,” sapa Russel dengan ceria begitu melihat wajah Stefan.
“Nanti aku dan guruku bakal cari satu rumah. Aku yakin dengan kemampuanku dan guruku, kami pasti bisa cari senjata api itu sampai ketemu. Kecuali, kalau senjata api itu Patricia makan dan kita nggak bisa bedah perutnya.”Mereka benar-benar sudah paham betul seperti apa gaya Patricia dalam melakukan sesuatu.Kurang lebih pukul sepuluh lewat di malam hari, ada orang yang menekan bel rumah keluarga Arahan. Orang itu mengaku sebagai pelayan keluarga Gatara yang datang untuk mengirimkan undangan kepada Yuna dan kawan-kawannya untuk datang ke kediaman keluarga Gatara dalam rangka menyambut kedatangan Yuna dan Deddy. Undangan itu adalah undangan pesta makan malam yang diadakan di kediaman keluarga Gatara pada besok malam, yang juga dihadiri oleh anggota inti keluarga Gatara lainnya. Berhubung keluarga Arahan juga terlibat, tentu kurang pantas jika Patricia tidak mengundang mereka untuk turut serta. Patricia tidak ingin dan tidak berani menjadi musuh keluarga Arahan.“Pulang dan kasih tahu maj
Patricia dan Dikta baru kembali ke kantor mereka di malam hari. Sebagian besar karyawan Gatara Group di hari itu juga sedang lembur. Banyak orang yang dengan sengaja memperlambat pekerjaan mereka untuk melihat apakah Patricia dan Dikta bisa pulang dengan selamat atau tidak. Jika mereka bisa pulang, maka itu berarti tuduhan atas senjata api itu hanyalah tuduhan palsu yang dibuat oleh orang lain dengan maksud tidak baik. Masih ada satu kemungkinan lagi, yaitu polisi gagal menemukan senjata api tersebut.Di antara mereka semua, tentu saja yang paling tegang adalah Ivan dan kedua adiknya. Mereka tidak melakukan apa-apa selama seharian penuh, hingga akhirnya sekretaris mengabari kalau Patricia dan Dikta sudah kembali dari kantor polisi.Mereka bertiga saling bertukar pandang dan sama-sama menghela napas lega, lalu Julio pun berkata, “Sudah kubilang Mama pasti dituduh sembarangan sama orang lain. Selama puluhan tahun, aku nggak pernah sekali pun lihat Mama punya pistol. Oh, pernah, deh. Mama
“Bu Patricia, aku berangkat sekarang,” jawab Dita. Setelah perbincangannya di telepon berakhir, dia langsung pulang ke tempat tinggalnya terlebih dahulu dengan secepat kilat.Untung saja dia punya dia rumah, satu rumah lokasinya tak jauh dari kediaman keluarga Gatara, sama seperti Vandi yang tinggal tak jauh dari situ. Rumah kedua lokasinya lebih dekat ke gedung kantor Gatara Group. Hanya butuh waktu dua sampai tiga menit dengan mengemudikan mobil. Dikta tinggal sangat dekat agar dia bisa merespons secepat mungkin kapan pun Patricia membutuhkannya.Karena Dikta sudah mengabdi kepada Patricia selama puluhan tahun, Patricia pun memberikan fasilitas yang sangat mewah. Dua rumah yang diberikan kepada Dikta adalah model vila yang memiliki pekarangan luas. Pekerjaan yang Dikta lakukan untuk Patricia kebanyakan bersifat rahasia. Agar rahasia itu tetap terjaga dengan baik, Dita tinggal seorang diri di rumahnya dan tidak pernah mengundang siapa pun masuk kedalam. Bahkan untuk sekadar membersihk
Patricia dibuat membisu oleh balasan polisi.“Bu Patricia, mohon hubungi Pak Dikta sekarang juga.”“Baik, aku hubungi dia sekarang,” jawab Patricia.Patricia pun menghubungi Dikta untuk segera datang dengan alasan polisi mencurigainya memiliki senjata api dan diminta untuk bekerja sama menjalani pemeriksaan. Dikta pun sangat terkejut saat mendapat kabar tersebut. Selain senjata api yang disimpan oleh Patricia, sisanya hanyalah senapan untuk berburu. Namun senapan berburu pun tidak diizinkan untuk dimiliki oleh rakyat sipil. Apabila ketahuan dan dilaporkan, senapan tersebut harus diserahkan ke pihak berwajib dan pemilik akan dijatuhi hukuman.Pemikiran Dikta sama seperti Patricia. Mereka sudah lama menyimpan senjata api dan tidak pernah memberi tahu hal tersebut ke siapa pun. Rencana mereka adalah memancing Odelina dan yang lain untuk masuk ke rumah keluarga Gatara, lalu membakar rumah tersebut agar mereka semua mati bersama, atau menggunakan senjata api tersebut untuk membunuh mereka.