#flashback masih on Ketika pintu terbuka. Haven mengepalkan tangan melihat Gaby yang sudah menutup mata berada di pelukan Damian. “Lepaskan!” ucap salah satu polisi yang berada di samping Haven. Damia menggerutu. Ia tidak bisa melakukan apapun selain mengangkat tangannya. Melihat situasi yang tidak akan menguntungkannya. Jika ia melawan, keadaan akan semakin menjadi sulit. Haven mendekat tanpa ampun ia menghajar Damian. “Harusnya aku membunuhmu lebih awal!” teriak Haven. Bugh! Bugh! Hingga polisi memisahkan Haven dari Damian. Haven menunduk. Ia mengangkat kepala Gaby, ditaruhnya di atas paha. “Gabriella…” lirihnya. “Gaby bangun…” lirihnya lagi sembari menepuk pelan pipi Gaby. Haven mengecup pelan dahi Gaby. “Ayo bangun babe..” Tak lama Gaby terbangun samar. Kedua matanya mengernyit. Ia tidak bisa sepenuhnya bangun karena efek bius sialan itu. Gaby mengernyit. ia tersenyum melihat Haven yang sudah berada di hadapannya. Tandanya ia selamat. “Bertahanla
Setelah mendengar ucapan Haven, Ethan terdiam sesaat. Kemudian menghela nafas pelan. “Kamu dua kali menyelamatkan nyawa anak saya. Apa yang kamu inginkan?” “Saya mencintai Gabriella dan ingin bersamanya. saya ingin menikahi Gaby.” Ethan dan Aluna saling berpandang. Ethan bersindekap. “Dengan pernikahan kalian. Nama perusahaan akan terselamatkan. Tapi.. kamu harus bicara lebih dahulu dengan Gaby.” “Karena yang terpenting bukanlah tentang perusahaan, tapi tentang anakku sendiri.” Haven mengangguk paham. ~~Entah sudah berapa lama Gaby tertidur. Perlahan ia mulai membuka matanya. Melihat sekeliling yang gelap. Terdengar suara nafas seseorang. Ketika ia menoleh. ia mendapati seorang pria yang tengah menunduk di samping ranjangnya. “Haven…” lirihnya. Haven mengangkat kepalanya ketika mendengar suara Gaby. “Kamu sudah bangun.” Haven menatap Gaby. “Ada yang sakit?” Gaby menggeleng kecil. “Tidak..” “Orang tuamu pulang sebentar. Mereka akan kembali ke sini nanti. Jadi aku yang
“Tidak masalah jika kau tidak mau.” Haven mengedikkan bahu. “Dia akan dipenjara beberapa bulan atau satu tahun saja.” Gaby mengernyit. “Secepat itu?” Haven mengangguk. “Untuk kasus yang pertama. Dia memang punya anak, tapi dia bertanggung jawab secara materi. Jadi tidak terlalu dipermasalahkan. Yang kedua, dia menghamili pegawainya. Tapi dia tidak terbukti menekan pegawainya untuk mengaborsi. Yang melakukan siapa? si perempuan sendiri bukan?” tanya Haven. “Bukti yang kamu kumpulkan juga bisa membuat boomerang bagi teman kamu.” Kenapa Gaby tidak bisa berpikir sejauh itu ya. Ternyata Haven bisa berpikir sejauh dan serumit itu. Padahal ia sudah memikirkan dengan matang untuk membuat Damian dipenjara. Ternyata masih ada skenario yang lebih bagus untuk menghukum pria itu. “Ada rencana yang lebih baik untuk membuatnya hancur.” Haven tersenyum miring. “Apa?” tanya Gaby. “Menikahlah denganku.” Haven mendekat. menatap wajah Gaby lekat. “Menikahlah denganku dan semuanya
Flashback off Haven menepati janjinya. Damian dibuat hancur dengan pembongkaran kejahatan yang berada di dalam perusahaan. Damian sering main kasar dengan bawahannya. Tidak hanya kepada laki-laki tapi juga perempuan. Ternyata, perusahaan keluarga Damian sering memanipulasi pajak. Melakukan tindakan ilegal pada tanah warga yang digunakan sebagai pabrik. Perusahaan tidak membayar tanah warga sesuai dengan perjanjian. Belum lagi, korupsi yang merajalela di perusahaan keluarga Damian. Semuanya hancur. Perusahaan tidak bisa bertahan, ditambah kasus Damian yang melakukan penyerangan pada Gaby. Kasus terus bergulir dengan keadaan perusahaan kacau bahkan bangkrut. Gaby dan Haven masih menggunakan pakaian pernikahan mereka. “Mau ke mana?” tanya Haven ketika Gaby hendak pergi. Gaby menggeleng. “Aku hanya ingin pergi keluar mencari udara segar.” Haven mengambil sebuah paper bag. “Ganti dulu pakaianmu. Jangan pergi dengan seperti itu. Orang-orang bisa melihatmu.” Gaby m
Haven sudah berusaha menghubungi Gaby namun tidak dibalas juga. Sudah mencoba menelepon. Tapi tidak dijawab sudah berulang kali. Akhirnya ia keluar. Mengemudikan mobilnya guna mencari Gaby. Setelah melihat sekitar akhirnya ia berhenti tepat di depan sebuah minimarket. Disanalah ia melihat seorang wanita yang tengah menunduk, tidur. “Astaga apa yang dilakukan olehnya?” Haven turun dari mobil. Ia berjalan mendekat dan melihat Gaby dari dekat. Ada satu kresek yang penuh dengan camilan dan es krim. “Gaby..” panggilnya pelan. “Gaby..” Haven mengusap pipi Gaby pelan. “Ayo bangun.” Gaby yang sudah terlanjur tidur tidak mau diganggu. Ia malah semakin terlelap dengan posisi tangan menjadi bantal di atas meja. “Kamu lelah tapi kamu menghindariku. “ Haven mengangkat tubuh Gaby dan membawanya ke mobil. Menurunkan tubuh Gaby dengan hati-hati. gaby sedikit bergerak mencari posisi ternyaman. Haven tersenyum kecil sebelum berjalan memutar dan duduk di kursi pengemudi
Waktu terus berjalan. Gaby maupun Haven bekerja. Mereka menjadi jarang bertemu meski Haven berusaha untuk mendekati Gaby. Gaby yang menyibukkan diri dengan pekerjaan. Ia bahkan selalu pulang saat larut. Begitupun dengan Haven yang tidak memiliki banyak waktu karena mengurusi perusahaan. Apalagi sekarang tanggung jawabnya semakin bertambah dengan menjadi menantu Winston pertama. Ada satu tanggung jawab yang diembannya setelah resmi menjadi menantu seorang Ethan. Satu perusahaan yang bergerak di bidang properti telah resmi menjadi miliknya. Sebagai penanda bahwa ia resmi menjadi bagian dari keluarga Winston. “Untuk yang terakhir…” lirih Haven menatap sebuah kantor di hadapannya. “Aku akan berusaha mendekatinya sebelum aku berangkat ke London.” Haven akhirnya keluar dari mobilnya yang mahal. Ia bersindekap sembari menunggu Gaby keluar. Haven bersandar pada mobil. Meskipun sebenarnya ia juga lelah. Tapi ia akan tetap berusaha mendekati Gaby. “Gaby!” Haven melambaikan tangann
“Apa kau begitu menyukaiku?” tanya Gaby. Haven mengangkat kepalanya. Bukannya menjawab langsung, pria itu justru tertawa. Setelah membersihkan tangannya dan mengelap tangannya menggunakan tisu. Haven menoleh. “Bukan hanya suka. Aku mencintaimu.” Kemudian menyalakan mobilnya. Mulai mengemudikan mobil menuju rumahnya. “Sudah jangan dipikirkan. Aku tahu kau mengantuk.” Haven fokus menyetir. “Tidur saja. nanti aku akan membangunkanmu.” Gaby bersandar dan memejamkan mata. “Jangan macam-macam denganku.” “Aku boleh macam-macam. Aku suamimu, tidak ada yang akan mempermasalahkannya.” Haven tertawa pelan. “Sudah tidur saja.” “Aku akan menendangmu jika kau menyentuhku.” “Iya, Gaby..” Haven menoleh sebentar. Gaby mengerucutkan bibirnya. Kenapa pria ini membuatnya kesal. Bukan karena pria itu yang menggodanya. Tapi respon yang diberikan Haven. Pria itu pasrah, tidak ada perlawanan. Pria itu bahkan tidak memaksanya sedikitpun. Gaby menjadi merasa bersalah lagi.
“Kenapa kamu di sini?” tanya Aluna begitu melihat Gaby berada di ruang tamu. “Kalau tidak pernah ke sini, di marahi. Ke sini juga di marahi. Memangnya kenapa kalau Gaby ke sini?” tanya Gaby memakan camilan di ruang santai mansion keluarganya. “Baru sehari nikah kok udah marahan,” Decak Aluna. “Sudah dua minggu ya, bukan sehari.” “Sama saja, hitungannya masih sebentar. eh udah marahan.” Aluna mengambil duduk di samping Gaby. Kemudian meraih sebuah toples yang berada di pangkuan Gaby. “Mama kan sudah bilang, pernikahan itu bukan perkara yang mudah.” Aluna menoleh dan mencubit pipi anak perempuannya itu dengan gemas. “siapa yang menyuruh menikah secepat ini?” tanya Aluna. Gaby berdecak. “Aku melakukannya untuk perusahaan juga.” Aluna menggeleng. “Tidak.” Aluna mengedikkan bahunya. “Kamu tidak secinta itu dengan perusahaan sampai-sampai merelakan kebahagiaan kamu sendiri.” “Kamu itu bocah pintar yang licik.” Aluna menonyor dahi anaknya. Gaby berdecak. Ia menghela nafas kasar.
Di dalam sebuah ruangan. Seorang pria sampai tertidur di kursi dengan kepala yang bersandar pada ranjang. Gio tidak akan meninggalkan Agatha sampai wanita itu bangun. Sampai pria itu terbangun akibat usapan lembut di kepalanya. Gio bangun dan melihat Agatha yang tengah menatapnya. “Kamu butuh apa?” tanya Gio. Agatha membuka bibirnya. tapi ucapannya sangat kecil. Seperti lirihan.. “Haus..” lirihnya. Gio dengan sigap bangun. Mengambil air untuk Agatha. membantu Agatha sedikit bangun agar bisa minum dengan nyaman. Gio hendak membaringkan tubuh Agatha lagi. tapi wanita itu menolaknya. “Kenapa?” tanya Gio. “Kamu harus istirahat dulu kata dokter.” Agatha menggeleng. “Aku lelah…” lirihnya. Gio menghela napas. “Benar. Kamu memang lelah setelah lama terbaring di kasur.” Akhirnya Agatha duduk di ranjang. kedua matanya juga terbuka dengan lebar meski hari masih malam. Seolah sangat segar dan tidak bisa tertutup. “Kenapa aku merasa aneh..” lirihnya. “Apa aku koma te
Beberapa hari sebelum kejadian. Beberapa hari sebelum rapat… Gio baru saja keluar dari perusahaan… Berjalan pelan—sempat diam sebentar mengamati langit yang mendung. Hari ini sangat melelahkan. Jujur ia ingin sekali pulang dan istirahat. Tapi…. Gio merogoh ponselnya—melihat satu pesan yang baru saja muncul. Pesan dari bodyguard yang menjaga ruangan Agatha di rumah sakit. [Sir nona Agatha kritis. Keadaannya kian memburuk. Para dokter sedang memberikan pertolongan.] Tanpa menunggu waktu lama lagi. Gio langsung pergi ke rumah sakit di mana Agatha dirawat. Agatha yang berada di ruangan sedang dikerubungi oleh dokter dan perawat. Gio memejamkan mata—kedua tangannya menutupi wajahnya. “Bertahan Agatha…” lirihnya. Sampai akhirnya dokter keluar… “Agatha…. tidak selamat.” Dokter itu mengatakan hal keramat itu pada Gio. “Para perawat akan segera mencabut alat-alat medis dari tubuhnya.” Gio menggeleng—ia segera masuk ke dalam ruangan. Menghalangi para perawat y
“Kenapa ingin bertemu denganku?” tanya Leonard pada Levin yang ada di hadapannya. Mereka dipisahkan oleh kaca dan tembok.. Leonard hanya bisa melihat ayahnya itu dari kaca. “Aku ingin kau meneruskan perusahaan,” ucap Levin. Leonard menatap ayahnya tidak percaya. “Kau pikir aku kau?” tanyanya. “Aku bukan kau. aku bukan kau yang membunuh saudara, keponakan sendiri untuk mendapatkan kekuasaan.” Levin tertawa pelan. “Kau hidup karena uangku. Kau hidup karena kekusaanku.” Menatap anaknya itu. “Darahmu itu mengalir darahku juga. Mau berlari seperti apapun, kau tetap sama denganku.” Leonard mengepalkan kedua tangannya. “Tidak puas kau menyakiti Mom dan aku? Tidak puas? sampai sekarang pun kau masih menyuruhku sesuka hatimu!” teriak Leonard. Tatapan Leonard pada ayahnya sepenuhnya dendam dan kebencian. Bukan tanpa alasan. Leonard tahu semuanya. Tahu yang terjadi pada orang tuanya. Levin sering menyiksa dan memukul ibunya. Ia juga tahu perselingkuhan yang dilakukan Levin
“Saya tadi mencari anda. Tapi anda langsung pergi. saya bertanya pada bodyguard anda, katanya anda sedang pergi ke gereja.” Polisi yang membantu penyelidikan kasus Agatha. Gio mengangguk. mereka duduk di sebuah bangku. Polisi itu mengeluarkan rokok, menyulutnya kemudian menghisapnya perlahan. “Terima kasih,” ucap Gio. “Terima kasih sudah membantu saya. Kapanpun anda membutuhkan bantuan, anda bisa menghubungi saya.” Polisi itu mengangguk.“Saya dulu yang memegang kasus Bryan Harper.” Gio menoleh. baru tahu mengenai hal itu. “Dari awal saya memang menemukan keanehan pada kasus itu. namun, para atasan menyuruh saya untuk diam saja. waktu itu saya memberontak dan berusaha untuk mengungkap kasus tersebut, tapi karena saya membangkang. Saya diturunkan jabatan…” “Dari sanalah saya tidak memegang kasus besar. Tapi anda datang, membantu saya juga…” polisi itu menatap Gio. “Saya juga berterima kasih pada anda. Karena anda, saya bisa menempati posisi awal saya.” Gio mengangguk. “Ternya
“Ditetapkan menjadi tersangka berdasarkan bukti….” Semua dijelaskan secara rinci. Semua yang membuktikan Levin sebagai dalang dibalik pembunuhan dan perencanaan pembunuhan. “Sebelum itu, ada hal yang ingi disampaikan?” tanya Hakim. Levin menatap semua orang yang ada di sana. Tidak ada satupun keluarga Levin yang datang ke pengadilah. Saudara, anak bahkan istrinya tidak ada yang datang. Tidak tahu apa yang terjadi. Tapi mereka tidak ada yang datang. “Tidak ada.” “DASAR BAJINGAN!” teriak Jessika. “KAU TIDAK HANYA MEMBUNUH SAUDARAMU SENDIRI, KAU MEMBUNUH ANAK SAUDARAMU JUGA. KAU TIDAK MERASA BERSALAH?” Pak Rudi berusaha menenangkan Jessika lagi. “Tenang Jessika…” Jessika memberontak. Ia melepaskan tangan pak Rudi di lengannya. “DASAR BAJINGAN! DASAR IBLIS! SAMPAI KAPANPUN AKU TIDAK AKAN PERNAH MEMAAFKANMU!” “Iya Jessika. Iya… tenang dulu ya..” pak Rudi membawa Jessika untuk duduk kembali. “Jangan berteriak. Nanti kau bisa diusir..” ucap Pak Rudi lagi. Sementara
Semua berjalan begitu saja. Dan Agatha masih sama. tidak kunjung bangun. Kata dokter, tidak ada perubahan pada Agatha. Dan yang terakhir. Dokter itu menegaskan. Tidak ada harapan, tubuh Agatha hanya ditopang oleh alat-alat medis. Jika tanpa alat medis tersebut—Agatha tidak akan bertahan. Tapi Gio bersikukuh mempertahankan Agatha. ia akan menunggu—sampai kapanpun. Ia akan menunggu selama apapun. Ia akan tetap menunggu Agatha bangun. “Dia terlihat lelah bukan…” Aluna berada di samping Gio. Menatap kaca yang menampilkan Agatha terbaring lemah. Kian hari kian kurus.. Kian hari tubuhnya—seluruh tubuhnya termasuk wajahnya juga pucat. Gio menghela napas. Kemudian mengangguk. Hanya anggukan untuk menjawab ucapan mamanya. “Jangan bilang mama juga menyuruhku untuk melepaskan Agatha, seperti orang-orang lain yang menyuruhku untuk menyerah saja?” tanya Gio. Aluna menggeleng. “Tidak.” “Mama tidak akan menyuruh kamu melepaskan. Jika mama ada di posisi kamu. mama juga
Semua bukti telah diberikan kepada polisi. Dengan semua bukti yang telah lengkap itu, kasus langsung ke kejaksaan. Semua orang dipanggil… Calista menjadi tersangka utama dalam kasus itu. Calista yang terbukti menjadi orang yang menyuruh pria untuk membunuh Agatha. Sampai akhirnya Calista ditetapkan menjadi tersangka. Karena tidak ingin hancur sendirian. Ia juga menyeret nama Levin. Sampai Levin pun sekarang menjadi terdakwa… Menjadi orang yang dicurigai menjadi dalang utama dari rencana pembunuhan Agatha. Satu persatu terbuka… Kasus yang telah ditutup pun akhirnya dibuka juga. Kasus kecelakaan Jordy dan kecelakaan Bryan Harper. Rumah Levin digrebek. Ruangan kantor Levin juga tidak luput dari penyelidikan. Penangkapan Levin pun menjadi perbincangan karena, pria itu ditangkap saat berada di bandara. Hendak melarikan diri keluar negeri. Ada banyak bukti-bukti yang di dapatkan setelah penggrebekan itu. Ponsel-ponsel yang disembunyikan oleh Levin… Ponsel yan
Gio mengangguk mengerti. “Saya punya kenalan seorang hakim yang sangat tegas…” polisi itu berhenti sejenak. “Tapi saya tidak bisa memilik hakim saat kasus sudah masuk ke kejaksaan.”“Siapa hakim itu?” tanya Gio. “Saya akan mengirimkan detailnya.” Gio berdiri dari duduknya. “Jika kau berhasil mengerjakan kasusku dengan baik. aku akan memberimu bayaran tambahan.”Polisi itu ikut berdiri kemudian menggeleng. “Tidak. Sudah menjadi tugas saja menangani kasus dengan benar. Anda datang ke sini menandakan bahwa saya adalah penegak hukum yang dapat dipercaya.” “Anda tidak perlu membayar saya lagi. karena memang sudah tugas saya.” Gio mengernyit. tapi kemudian berjalan mendekat. “Jika suatu nanti kau memerlukan bantuan. Kau bisa menghubungiku.” Setelah itu Gio pergi. [Keadaan Agatha memburuk] sebuah pesan dari bodyguard. Gio langsung pergi ke rumah sakit. Meski jadwalnya yang begitu padat. Gio tidak peduli. Ia tetap pergi ke rumah sakit untuk melihat bagaimana keadaan kekasihnya. Ses
Sudah beberapa hari Agatha dirawat. Meski mendapatkan penjagaan ketat, Gio masih mengijinkan orang-orang terdekat Agatha menjenguk. Bukan hanya terdekat, karyawan Agatha, teman-teman Agatha. Silih berganti orang-orang datang—mereka hanya bisa melihat Agatha dari jendela. Semuanya berhati-hati. keadaan Agatha belum stabil. Gio menunduk—di sela-sela kesibukannya. Ia menyempatkan diri untuk datang menjenguk Agatha. “Babe..” panggil Gio. “Kamu tidak bosan terus tidur seperti ini?” tanya Gio. “Semua orang menyayangi kamu.” Gio mengambil tangan Agatha. Mengenggamnya perlahan. Mengusapnya dengan sayang. Sesekali mengecupnya. Wajah Agatha kian hari kian pucat. Kata dokter, mengajak pasien koma berbicara dan bercerita bisa membantu mereka pulih. Untuk itu, Gio selalu berbicara. Meski ia tidak terlalu bisa bercerita. “Hari ini.. semua karyawanmu datang menjenguk. Ada perempuan yang mengajak kamu minum juga. Aku tidak tahu namanya.” “Tapi dia terlihat begitu sedih melih