Share

Chapter 208

Penulis: Iamyourhappy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-16 08:45:01

Gaby menunduk mengambil buku-bukunya.

Ia terhenti ketika sebuah tangan mengambil bukunya.

Gaby terdiam—untuk sesaat pandangan mereka bertemu.

Gaby memutuskan untuk mengabaikannya.

“Gabriella..” panggil Haven pelan.

Gaby mendongak. “ada yang ingin anda katakan pak?”

Haven menggeram pelan. “Gaby bisakah kita mengobrol sebentar?”

Gaby menggeleng sembari menatap jam di tangannya.

“Sebentar lagi saya harus bertemu dengan klien.”

Haven menghela sebentar.

“Saya pergi, pak..” Gaby pergi setelah menegaskan hubungan mereka.

Ia tidak ingin berhubungan lagi dengan pria itu. apalagi memberi kesempatan pada mereka untuk lebih dekat lagi.

Haven menggeleng pelan. Akhirnya ia menangkap pergelangan tangan Gaby. “Tunggu.”

“Apa yang anda inginkan?” Gaby mengangkat salah satu alisnya ke atas.

Jika bertanya bagaimana perasaannya?

Gaby tidak bisa mendeskripsikannya.

Yang pasti Haven masih seperti dulu.

Tampan.

Dan yang pasti juga semakin dewasa.

Gaby menyadarkan diri untuk tidak jatuh ke
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 209

    Damian menepati janjinya. Setelah melakukan perjalanan bisnis, pria itu benar-benar pulang dan langsung menemui Gaby. Gaby menyambut kedatangan kekasihnya itu dengan senang hati. Gaby langsung memeluk Damian ketika membuka pintu penthousenya. “Aku merindukanmu!” ucap Gaby dengan antusias. Damian mengecup beberapa kali puncak kepala Gaby. Gaby menarik Damian masuk. “Kamu beli apa?” tanya Gaby melihat paper bag yang dibawa oleh Damian. Damian menaruh paper bag itu di atas meja. “Apa yaa…” sembari membuka paper bag itu. Gaby tersenyum. Damian membuka paper bag itu dan mengambil satu buah jam tangan. Jam tangan vintage. Bukan jam tangan dengan merek mahal. Melainkan jam tangan kuno yang sepertinya berharga. “Untukku?” tanya Gaby. “Modelnya untuk wanita. Aku beli karena mengingat kamu. karena kamu suka jam tangan.” Damian memasangkan jam tangan itu di tangan Gaby. “Katanya jam tangan ini dulu adalah milik ratu kerajaan. Aku langsung beli karena mengingat ada ratuku yaitu kamu.

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-16
  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 210

    “Silahkan tuan putriku.” Damian membukakan pintu. Gaby tersenyum sembari masuk ke dalam mobil. Hari ini ia menggunakan dress cantik berwarna hitam. Sedikit terbuka di bagian dada. Its fine. Kata Damnian yang penting Gaby nyaman. Kalau tidak nyaman nanti bisa ditutup dengan jasnya. Damian menyetir satu tangan dengan satu tangan lagi menggenggam tangan Gaby. Cekrek! Gaby memotret Damian Damian dari samping. “My hot boyfriend,” lirih Gaby sembari terkikik geli. “Post kalau berani.” Gaby berdecak. “Hanya post saja kan? Siapa takut.” “Post wajahku dengan jelas kalau berani.” Gaby menggeleng. “Privat but not secret baby.” Mengecup pipi Damian. Gaby memiliki banyak sekali pengikut, hal itu yang sekarang membuatnya berhati-hati saat memposting sesuatu. Sedangkan Damian sosial medianya dikunci dan hanya diikuti oleh orang terdekat saja. Sehingga pria itu begitu leluasa memposting foto-foto kebersamaan mereka. Damian mengecup punggung tangan Gaby pelan. Tidak m

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-16
  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 211

    “Maaf,” lirih Damian. Ia mengecup pelan pipi Gaby dari samping. “Aku meninggalkan kamu terlalu lama.” Gaby mendongak. “Tidak masalah.” Gaby hendak berbicara namun ia ragu. “Kamu…” Ia melirik seorang pria yang kini sibuk berbicara. “Kamu akrab dengannya?” tanya Gaby menunjuk Haven dengan dagunya. “Aku pernah tidak sengaja bertemu dengannya di beberepa acara.” Damian menangkup wajah Gaby. “Aku tahu. Aku pernah dengar kamu pernah menjalin hubungan dengannya.” Damian menghela nafas. “Tapi aku tidak tahu apapun tentangmu dan dia. Karena kamu yang tidak pernah menceritakan apa-apa padaku.” Damian mengusap pipi Gaby. “Sampai saat ini aku hanya menganggapnya sebagai kenalan bisnis. bukan sebagai mantan kekasihku..” Gaby mendongak. ia tahu, ini memang kesalahannya yang tidak memberitahu apapun pada Damian tentang masa lalunya. Tapi ia tidak pernah membahas masa lalu karena ingin fokus pada hubungannya saat ini.“Maaf,” lirih Gaby. “Aku hanya ingin melupakan masa laluku.” Damian men

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-17
  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 212

    “Kau masih merokok?” seorang pria yang diam-diam mengikuti Gaby. Gaby menghela nafas. “Jangan mengikutiku sialan!” Gaby berbalik. Ia berjalan ingin pergi dan meninggalkan Haven. Namun pria itu lagi-lagi mencegahnya. Pria itu mencekal pergelangan tangannya. “Aku minta maaf,” ucap Haven. “Untuk apa?” Gaby mendongak. “Atas kesalahanku dulu.” Gaby bersindekap. “Memangnya apa kesalahanmu?” “Aku membuatmu menderita. Aku tidak bisa memberimu kepastian tentang hubungan kita. Maaf, karena aku dulu berniat menjadikanmu mainanku. Maaf karena aku berniat jahat padamu. Dan maaf atas semua tindakanku yang membuatmu sakit hati.” Gaby memejamkan mata sebentar. “Brengsek!” umpat Gaby begitu keras. “Aku menyesal. Tidak seharusnya aku melakukan semua itu padamu.” Haven meraih tangan Gaby dan menggenggamnya. “Maafkan aku Gabriella. Aku janji aku tidak akan menyakitimu..” Gaby mendongak. “KENAPA KAU BARU MINTA MAAF SEKARANG? KEMANA SAJA LIMA TAHU INI?” “Kau tidak tahu betapa hanc

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-17
  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 213

    Gaby mengibaskan tangan Haven. “Kau bisa bangun sendiri kan?” tanya Gaby. Ia berdiri dan tidak berniat membantu Haven untuk berdiri. Tapi Haven meraih tangan Gaby untuk berdiri. Hingga Gaby hampir saja oleng jika satu tangan Haven tidak menangkap pinggangnya. “Setidaknya kau harus bertanggung jawab atas lukaku ini.” Gaby menyingkir. Menjaga jarak dengan Haven. “Kau punya banyak uang. Pergilah ke rumah sakit sendiri.” Gaby mengernyit. Ia menatap Haven dari ujung rambut sampai ujung kaki. Ternyata luka yang dibuatnya cukup banyak juga. Rahang Haven, sudut bibir pria itu berdarah. Untung saja Gaby tidak meninju hidung mancung Haven. Jika iya, sudah pasti akan patah dan pasti akan mendapatkan operasi. “Rasakan…” lirih Gaby sembari tersenyum puas. Haven terdiam. Akhirnya ia bisa melihat senyum Gaby kembali. Senyum natural yang tidak dipaksa sama sekali. “Kenapa kau terdiam?” tanya Gaby menyipitkan mata curiga. Terlalu curiga karena takut Haven pingsan. “Akhirnya aku meliha

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-18
  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 215

    Gaby mendorong Haven hingga pangutan bibir mereka bisa terlepas. Jika dibiarkan ia tidak tahu apakah bisa mengendalikan dirinya atau tidak. Gaby mendongak. “Brengsek!” “Panggil aku jika kau membutuhkanku.” Haven mendekat. Reflek Gaby menjaga jarak dari pria itu. “Jangan mendekat.” Haven menghela nafas. jemarinya mengusap sudut bibirnya yang masih terasa perih. “Aku tidak bercanda dengan ucapanku. Kau bisa menjadikanku selingkuhan.” Gaby mengernyit. “Kau gila!” Gaby melangkah pergi. tidak menoleh ke belakang lagi dan memilih untuk segera pergi dari sana. Gaby langsung pulang ke rumahnya dengan perasaan yang kacau. ~~ Pagi harinya. Gaby sudah berangkat ke kantor. Ia tidak langsung masuk melainkan menatap sebuah tas yang berada di atas meja. Tas mewah yang hanya bisa dibeli di luar negeri. Tapi Vina memilikinya? “Oh anda sudah datang,” ucap Vina yang baru saja kembali dari toilet. Vina tersenyum—ia meraih tas itu dan memilih menaruhnya ke bawah. “Tasmu b

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-18
  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 115

    Kelas yang sedikit membosankan. Gaby masih menyimak Haven yang berbicara di depan. Banyak mahasiswi yang terpesona dengan ketampanan Haven. Memang tidak bisa diragukan lagi pesona pria matang berusia 35 tahun itu sungguh menggoda. Untungnya Gaby tidak lagi terpesona. Bukan tidak lagi, tapi mencoba untuk tidak terpesona. “Jika masih bingung dengan tugas yang saya berikan, bisa menghubungi saya.” Haven menutup kelas. Tentu saja diakhiri dengan pemberian tugas. Gaby menghela nafas. Gampang! Hanya tugas saja ia bisa menyelesaikannya dalam semalam. Yang terpenting harus ada referensi buku dulu. Gaby pergi ke perpustakaan untuk mencari buku. Ia menyusuri rak-rak untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh Haven. Ada satu buku yang letaknya begitu tinggi. Gaby mencoba berjinjit, tapi tetap tidak bisa menggapainya. Sampai ada tubuh yang berada di belakangnya kemudian membantunya mengambil buku itu. “Sudah lima tahu berlalu tapi kau tidak bertumbuh juga.” Haven menyerahkan buku

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-18
  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 216

    Gaby berlari menyusul Haven. Ia langsung masuk ke dalam mobil pria itu tanpa berkata apa-apa lagi. Haven hanya tersenyum, setelah itu masuk ke dalam mobilnya. Duduk di kursi penumpang. Menjalankan mobilnya pelan. “Mau ke mana?” “Aku tidak tahu rumahmu.” Haven tidak berbohong. Ia memang tidak tahu rumah Gaby. Yang pasti ia sudah mencari tahu tapi tidak menemukannya. Mungkin saja wanita itu memang sengaja menyembunyikannya, agar tidak diketahui orang banyak. Apalagi Gaby juga terkenal di media sosial. “Ke restoran.” “Kau lapar?” Gaby mengangguk. kemudian menoleh dan tersenyum. “Pacarku sudah menunggu di restoran. Kita sudah berencana untuk dinner..” Haven terdiam. Tidak berbicara lagi setelah Gaby mengatakan itu. Gaby bersindekap menatap lurus ke depan. “Sudah cukup hubungan ini. aku tidak ingin terlibat denganmu lagi.” Haven menoleh ke samping sebentar. “Aku tidak mau berhubungan denganmu lagi. Aku akan menganggapmu sebagai dosenku. Tidak

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-19

Bab terbaru

  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 623 Ending

    GUYS INI CHAPTER TERAKHIR. SEMOGA SUKA YA... Aiden memutuskan untuk pergi langsung tanpa sarapan. ia pergi ke parkiran yang terletak di samping. Di sanalah motornya tersimpan… Namun ia berhenti ketika melihat ayahnya yang berada di samping motornya. “Kenapa dad di sana?” tanya Aiden mengernyit. “Dad ingin membuang motorku?” tanya Aiden lagi. Gio menghela napas. Kemudian tangannya terulur mengusap motor Aiden pelan. “Warnanya bagus… helmnya juga cocok.” Gio tersenyum. “Kamu membelinya dengan uang kamu sendiri ya?” kemudian mengangguk. “Motornya bagus.” Aiden mengernyit. Kemudian mendekat. “Apa yang terjadi dengan Dad?” Gio mengusap pelan bahu anaknya. “Dad minta maaf, Dad tidak tahu kalau Dad bersalah pada kamu. Dad sering mengabaikan kamu. Dad menganggap enteng acara penting kamu. Dad terlalu sibuk bekerja sampai tidak memperhatikan kamu…” “Dad juga lupa kalau semua anak pasti melakukan kesalahan…” Gio tersenyum. “Dad seharusnya memuji kamu daripada

  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 623 Ending

    GUYS INI CHAPTER TERAKHIR. SEMOGA SUKA YA... Aiden memutuskan untuk pergi langsung tanpa sarapan. ia pergi ke parkiran yang terletak di samping. Di sanalah motornya tersimpan… Namun ia berhenti ketika melihat ayahnya yang berada di samping motornya. “Kenapa dad di sana?” tanya Aiden mengernyit. “Dad ingin membuang motorku?” tanya Aiden lagi. Gio menghela napas. Kemudian tangannya terulur mengusap motor Aiden pelan. “Warnanya bagus… helmnya juga cocok.” Gio tersenyum. “Kamu membelinya dengan uang kamu sendiri ya?” kemudian mengangguk. “Motornya bagus.” Aiden mengernyit. Kemudian mendekat. “Apa yang terjadi dengan Dad?” Gio mengusap pelan bahu anaknya. “Dad minta maaf, Dad tidak tahu kalau Dad bersalah pada kamu. Dad sering mengabaikan kamu. Dad menganggap enteng acara penting kamu. Dad terlalu sibuk bekerja sampai tidak memperhatikan kamu…” “Dad juga lupa kalau semua anak pasti melakukan kesalahan…” Gio tersenyum. “Dad seharusnya memuji kamu daripada

  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 623 Ending

    GUYS INI CHAPTER TERAKHIR. SEMOGA SUKA YA... Aiden memutuskan untuk pergi langsung tanpa sarapan. ia pergi ke parkiran yang terletak di samping. Di sanalah motornya tersimpan… Namun ia berhenti ketika melihat ayahnya yang berada di samping motornya. “Kenapa dad di sana?” tanya Aiden mengernyit. “Dad ingin membuang motorku?” tanya Aiden lagi. Gio menghela napas. Kemudian tangannya terulur mengusap motor Aiden pelan. “Warnanya bagus… helmnya juga cocok.” Gio tersenyum. “Kamu membelinya dengan uang kamu sendiri ya?” kemudian mengangguk. “Motornya bagus.” Aiden mengernyit. Kemudian mendekat. “Apa yang terjadi dengan Dad?” Gio mengusap pelan bahu anaknya. “Dad minta maaf, Dad tidak tahu kalau Dad bersalah pada kamu. Dad sering mengabaikan kamu. Dad menganggap enteng acara penting kamu. Dad terlalu sibuk bekerja sampai tidak memperhatikan kamu…” “Dad juga lupa kalau semua anak pasti melakukan kesalahan…” Gio tersenyum. “Dad seharusnya memuji kamu daripada

  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 622

    “Puas membuat kawatir orang tua? Puas bermain-main dengan acara penting?” tanya Gio pada Aiden. Aiden berhenti. pada langkah yang ketiga di tangga. Laki-laki itu berhenti dan menghadap ayahnya. “Bagaimana rasanya?” tanya Aiden sembari tersenyum. “Kalian tidak pernah datang ke acara pentingku. Jadi aku ingin melakukannya juga…” “Bagaimana rasanya?” tanyanya. “Aiden!” Gio memijit keningnya yang terasa pusing. “Kami melakukannya karena ada alasannya.” “Aku juga punya alasan untuk tidak datang ke acara itu.” Aiden memutar tubuhnya. berjalan—sampai Gio memanggilnya lagi. “Acara balapan yang kamu maksud?” tanyanya. “Balapan tidak jelas seperti itu? jika ingin balapan di sirkuit bukan di jalan raya. Kamu membahayakan orang lain. kamu juga membahayakan diri kamu sendiri.” “Aiden kamu jangan melakukan hal seperti ini lagi ya..” Agatha menatap putranya. “Mom dan Dad tidak akan melakukan hal seperti dulu lagi.” “Kalau kamu mau balapan, kamu bisa mengajak kamu ke sir

  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 621

    Di sinilah… Raini pergi ke atap gedung. Sendirian di tengah gelap yang hanya diterangi oleh cahaya rembulan yang bersinar dengan terang. Raini membiarkan rambutnya tertiup angin ke sana ke mari. Kedua tangannya bersandar pada dinding pembatas. Tempatnya memang di sini. Jelas dirinya dan Aiden sangat berbeda. Aiden memang lebih cocok dengan perempuan bernama Talia itu. Tadi, Raini melihat mereka dari kejauhan. Talia pasti dari keluarga yang memiliki perusahaan besar juga. Mereka memang cocok. Lantas… Kenapa hatinya sedikit tidak rela ya? Apa mungkin ia tidak rela jika Aiden bersama perempuan lain? Tidak! Sampai kapanpun Raini tidak boleh mendambakan apa yang tidak boleh didambakan. Tempatnya di sini… Menyingkir lalu tidak terlihat oleh siapapun. “Jadi seperti ini ya pemandangan kota dari atas gedung tinggi..” Raini tersenyum pelan. “Maklum orang kampung…” Raini menggeleng pelan. “Ternyata sangat bagus. pantas saja banyak orang kampung yang berbondong-b

  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 620

    Seorang pemuda dengan setelan kemeja dan jas rapi baru saja turun dari mobil. Langkahnya mantap—kemudian disusul oleh perempuan yang berada di belakangnya. Perempuan cantik yang menggunakan dress berwarna putih. Nampak sangat cantik dengan rambut panjang yang digerai… Aiden menyodorkan lengannya. Raini tersenyum manis dan menggandeng tangan Aiden. Tahukah permintaan Aiden? Ya, membawa Raini untuk pergi ke pesta bersamanya. Lantas, Raini harus menuruti permintaan lelaki itu jika ingin lelaki itu hadir di pesta. Raini tidak pernah berhadapan dengan orang segila Aiden. Tapi mari imbangi kegilaan Raini. Bersikap seperti apa kemuan Aiden saja. Raini berjalan dengan hati-hati. di luar ternyata banyak sekali kamera wartawan yang menyorot dirinya. Pasti mereka akan membuat berita dan bertanya-tanya tentang identitasnya. Raini bersumpah… Pasti setelah ini, kehidupan sekolahnya kian rumit. Pasti akan muncul rumor aneh tentan dirinya dan Aiden. Aiden dan Raini b

  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 619

    “Dia di mana?” Agatha berkacak pinggang sembari mondar-mandir. Ia sudah berdandan rapi namun Aiden malah belum pulang… Gio menggenggam tangan Agatha. “Kali ini aku tidak bisa mentolerir perbuatannya..” “Tunggu sebentar. dia pasti pulang.” Agatha mengeluarkan ponselnya.. Melakukan panggilan berkali-kali namun satupun tidak dijawab. “Ayo kita berangkat..” nampak wajah Gio begitu dingin. Hanya berjalan beberapa langkah saja.. “Bagaimana kalau kita menunggu sedikit lebih lama..” Agatha mendongak. “Aku yakin dia akan segera pulang.” Gio menatap jam tangannya. “Kalaupun pulang dia butuh berganti pakaian segala macam. Kita tidak ada waktu sayang.” Agatha akhirnya mengangguk. menyetujui untuk berangkat. Akhirnya dengan berat hati Agatha dan Gio berangkat tanpa anak mereka. Entah, Gio tidak mau tahu keberadaan anaknya. Di sisi lain, Raini yang melihat mereka merasa ini tidak benar. Ia harus mencari Aiden dan membuat laki-laki itu datang ke pesta ulang tahun Winston.

  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 618

    Raini menjadi semakin panik ketika tubuh mereka terasa benar-benar menempel. “Cepat ambil,” lirih Raini. Aiden tersenyum. menunduk dan mendekatkan bibirnya pada telinga kanan perempuan itu. “Cepat ambil, aku tidak akan melihatmu,” ucap Raini. “Lantas kenapa wajahmu memerah seperti itu?” Raini mengerjap karena kesal akhirnya ia berbalik—namun kakinya tidak bisa berpijak dengan benar alhasil… Braak! Raini memejamkan mata—bersiap menerima kerasnya lantai. Tapi yang ia dapatkan adalah pelukan dari tangan seseorang. Raini membuka mata—wajah Aiden yang sudah begitu dekat di hadapannya. Kenapa… Jantungnya berdetak sangat cepat. Juga, suhu tubuhnya yang tiba-tiba memanas sampai membuat pipinya begitu panas seperti terbakar. Raini baru menyadari jika Aiden masih bertelanjang dada… “Bu-bu buahnya jatuh!” Raini melepaskan diri dari Aiden. Buru-buru mengambil buah itu dengan cepat. “Aku tidak makan buah yang sudah jatuh.” Aiden mengamati Raini yang begitu gugup memungut

  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 617

    “Apa aunty tahu kau menggunakan motor ke sekolah?” tanya Raini yang baru memarkirkan sepeda listriknya di halaman mansion. Aiden melepas helmnya. Pertama kalinya ia membawa motornya ke rumah. “Belum.” Aiden menggeleng. “Sekarang akan tahu.” Raini mendekati Aiden. “Bukankah bahaya?” tanyanya. “Kau belum memiliki sim juga.” “Bukan urusanmu.” Aiden menyipitkan mata. Aiden pergi begitu saja ke dalam mansion. Meninggalkan Raini yang ngomel-ngomel. Aiden pergi ke dalam rumah. disambut oleh ibunya yang selalu berada di rumah menunggunya pulang. “Kamu sudah pulang..” Agatha mendekat. “Di luar itu motor kamu?” tanya Agatha. Aiden mengangguk. Agatha berhenti sejenak. “Mom marah?” tanya Aiden. Agahta menggeleng. “Itu hobi baru kamu kan?” Agatha mengusap pelan bahu Aiden. “Asalkan kamu menaikinya dengan hati-hati, jangan sampai terluka. Mom tidak masalah.” “Mom dulu juga bisa tahu naik motor. Tapi sekarang lupa caranya..” Agatha terkekeh pelan. “Mom bisa?” Agatha men

DMCA.com Protection Status