Home / Romansa / Perjanjian Leluhur / 78. Nenek Seksi

Share

78. Nenek Seksi

Author: Enday Hidayat
last update Last Updated: 2022-10-27 17:31:02
Dua nenek keriput itu terkejut melihat pemuda yang keluar dari dalam pedati raksasa. Ia tampak sangat gagah dengan pakaian pendekar.

"Cakra...!" seru Minarti terpukau. "Apakah aku tidak salah lihat?"

Cakra melongo. Ia biasanya tersohor di kalangan perempuan cantik. Sebuah keajaiban ada nenek-nenek mengenal dirinya.

"Aku Minarti." Nyai Penghasut Birahi tersenyum. "Kau pasti tidak mengenalku dengan rupa seperti ini."

Mereka terakhir kali bertemu di Puri Mentari dalam pagelaran tari striptis. Sebuah pertunjukan yang tidak ingin ditontonnya lagi, kecuali gratis!

Cakra hapal suaranya, meski baru dua kali bertemu. Pada pertemuan pertama Minarti menyamar sebagai pengungsi, padahal lagi mengadakan acara ritual sebelum pertunjukan.

Sebuah ritual aneh. Beda bangsa beda budaya.

"Kau lagi mengadakan acara ritual?" tanya Cakra. "Ada pagelaran di mana lagi? Laris sekali! Tapi ... bukankah di Kadipaten Barat saja kau boleh menari tanpa busana?"

"Jadi kau masih ingat pertunjukan itu?" senyum M
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Fitrotus
ini kok gk ada kelanjutannya sih
goodnovel comment avatar
Thonce22
thorr klau sdh malas ubdate .. tulis bab 78 tamatt
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Perjanjian Leluhur   79. Terlalu Sayang

    Dewi Anjani masuk lagi ke dalam kereta pedati raksasa tanpa ekspresi berlebihan. Ia berusaha menyembunyikan cemburunya di hadapan dayang dan para prajurit. Nirmala heran, ia bertanya, "Kok kembali lagi, Tuan Puteri?" "Tidak ada kejadian apa-apa di luar," jawab Dewi Anjani tenang, seolah tidak mempedulikan bara yang membakar hatinya. "Tuan Muda lagi berbincang dengan Minarti dan Gagak Betina." "Mengapa begitu lama? Ada kepentingan apakah mereka dengan Tuan Muda?" "Bibi Nirmala kan tahu kalau Gagak Betina pernah mempunyai rasa kepada Paman Patih. Nah, sekarang mereka bertemu, senangnya pasti tidak terbayangkan." "Lalu Minarti?" "Aku tidak tahu di mana Tuan Muda pernah bertemu, sehingga mereka kelihatan begitu akrab." Nirmala tahu puteri mahkota memendam kecewa. Keakraban Tuan Muda dan pemilik Puri Mentari pasti diawali dengan pertemuan romantis. Pendekar binal itu adalah penyedia jasa prostitusi untuk kaum bangsawan. Puteri mahkota merasa direndahkan karena bukan perempuan perta

    Last Updated : 2023-01-28
  • Perjanjian Leluhur   80. Menyerah Tanpa Bertarung

    "Kau pikir si Rinjani suka om-om?" teriak Pratiwi. "Maka itu kau puji-puji!" Mahameru terkejut mendengar teriakan Pratiwi yang demikian menggelegar. Ia juga tahu isi percakapan mereka. Puteri mahkota dari kerajaan Selatan kiranya memiliki ilmu Serap Bunyi sangat tinggi sehingga mampu mendengar suara mereka padahal sangat pelan, para prajurit yang duduk di belakang saja tidak mendengar. "Mau apa si Pratiwi menghadang jalan kita?" cetus Dewi Anjani tak habis pikir. "Apakah ia juga menginginkan calon garwaku?" "Baiknya kita keluar," kata Mahameru. "Sungguh di luar dugaan kalau puteri mahkota dari kerajaan Selatan ikut dalam perburuan Raja Agung." Mereka keluar dari pedati raksasa menemui perempuan yang berkacak pinggang di depan kereta. Di antara puteri mahkota, Pratiwi memiliki ilmu kanuragan paling tinggi. Ia mewarisi semua ilmu Ratu Selatan dan pernah berguru pada Setan Jagat. Usianya beberapa tahun lebih tua dari Dewi Anjani, sehingga wajar jadi tokoh muda yang menggetarkan duni

    Last Updated : 2023-01-29
  • Perjanjian Leluhur   81. Bukan Siapa-siapa

    Cakra tiba-tiba saja jadi trending topik di kampung terdekat. Pendekar Lembah Cemara telah mengangkat Gentong Ketawa menjadi penguasa di kerajaan Timur, dan ia berasal dari kampung ini. "Aku sangat bangga meski Gentong Ketawa bukan sanak familiku, bahkan kenal saja tidak," kata penduduk. "Bukti nyata kalau kid slebew sangat pro rakyat." Kebanggaan mereka tidak menjadi penyesalan walau pengangkatan itu berdampak buruk pada situasi kampung. Makhluk di dataran ini ternyata sangat banyak yang tidak suka rakyat kecil jadi penguasa, dengan modus beraneka ragam. Kampung yang semula tenteram dan damai mendadak banyak terjadi kekacauan akibat ulah sekelompok pendekar yang mengaku relawan Pangeran Tengkorak dan Setan Jagat. "Aku minta seluruh pendekar lokal untuk merapatkan barisan," kata kepala dukuh. "Bahu membahu dengan penduduk untuk menjaga keamanan kampung." Kepala dukuh pusing tujuh keliling. Bantuan keamanan dari kadipaten sangat kurang karena luasnya wilayah, semenara bantuan dari

    Last Updated : 2023-01-30
  • Perjanjian Leluhur   82. Keputusan Terlambat

    Kedatangan kereta pedati raksasa disambut penduduk dengan antusias. Mereka berdiri di sepanjang jalan melambaikan tangan kepada puteri mahkota yang muncul di jendela. Rombongan kerajaan memutuskan untuk tidak menyamar setelah mengetahui kampung di tepi Hutan Gerimis dalam situasi kurang aman. Kehadiran puteri mahkota menghibur rakyat sehingga termotivasi untuk menggalang kekuatan menghadapi para pengacau. Warga kampung sebenarnya kecewa tidak menemukan Cakra dalam rombongan. Pendekar Lembah Cemara telah mengharumkan nama kampung dengan mengangkat Gentong Ketawa jadi penguasa tertinggi di kerajaan Timur. "Kita bermalam di kampung ini," kata Mahameru. "Kuda penarik kereta buruh istirahat setelah seharian melakukan perjalanan." "Ya," sahut Dewi Anjani singkat." "Patik sudah menghubungi penginapan terbaik di kampung ini, sebentar lagi kita sampai." "Aku memilih beristirahat di pedati raksasa untuk memudahkan penjagaan." Mahameru terpaksa menyewa perlengkapan tidur dari penginapan. P

    Last Updated : 2023-01-31
  • Perjanjian Leluhur   83. Calon Menantu Tak Dianggap

    Rasa kecewa begitu kental mewarnai wajah Cakra. Si Gemblung seakan tahu kalau majikannya lagi galau, maka ia berlari sekencang-kencangnya untuk segera mencapai tujuan. Keterlambatan adalah kematian bagi Gentong Ketawa dan kawan-kawan. Tapi butuh empat hari perjalanan tanpa istirahat untuk sampai ke istana kerajaan Timur, dan itu tidak mungkin. Cakra terpaksa berhenti dan beristirahat di bawah pohon rindang sehingga terlindung dari hujan gerimis menjelang dini hari. Mereka masih berada di Hutan Gerimis. "Ini dinner untukmu, Gemblung," kata Cakra sambil menyodorkan beberapa potong pizza dengan toping organ intim kuda betina, dan lemonade satu panci penuh. "Selamat menikmati hidangan." "Yang Mulia tidak makan?" tanya si Gemblung. "Aku belum lapar," jawab Cakra sambil duduk bersandar pada batang pohon. "Aku juga heran kenapa aku belum lapar?" "Karena pikiran Yang Mulia lagi galau dan hati lagi pusing." "Terbalik, Gemblung." "Binatang kebalikan dari manusia, Yang Mulia. Kalau manusi

    Last Updated : 2023-02-01
  • Perjanjian Leluhur   84. Tidak Kempes-kempes

    Cakra melemparkan jubah pusaka ke udara dan menghilang. Kemudian Cakra memusatkan pikiran ke jubah pusaka. Pakaian kebesaran Raja Agung itu melesat turun ke arahnya. "Dasar kakek edan," maki Cakra. "Aku kena prank. Aku bisa memanggilnya dengan cara apapun karena jubah itu milikku. Jangan-jangan Tongkat Petir juga sama." Cakra memfokuskan pikiran ke Tongkat Petir. Tongkat emas itu melesat dari udara dan hinggap di tangannya. "Edan! Benar-benar edan! Kapan-kapan pasti kubalas!" Cakra melemparkan kedua benda pusaka itu ke angkasa. Kemudian ia duduk bersandar ke batang pohon dan memejamkan mata. Ada getaran sambung kalbu dari puteri mahkota. Ia membuka pintu kalbu menerimanya. "Kanda tidur di mana?" tanya Dewi Anjani. "Di bawah pohon." Dewi Anjani kaget. "Banyak rumah penduduk kok tidur di Hutan Gerimis?" "Aku mengambil jalan pintas agar segera sampai di jalur perdagangan internasional." "Aku bermalam di kampung dekat Hutan Gerimis, tidur di dalam pedati." "Di situ kan banyak

    Last Updated : 2023-02-02
  • Perjanjian Leluhur   85. Kawasan Kuliner

    Jalur perdagangan internasional adalah jalur bebas dilalui rombongan kabilah dari seluruh negeri. Jalur itu semakin ramai semenjak kematian Pangeran Tengkorak dan gurunya. Di sebuah rumah makan di penginapan mewah tampak ramai didatangi tamu. Mereka adalah rombongan kabilah dari kerajaan Bunian. Mereka membicarakan Gentong Ketawa yang mendadak jadi raja setelah memenangkan pertarungan melawan Setan Jagat dan muridnya. "Aku tidak menyangka pelayan puteri mahkota ternyata sakti mandraguna," kata awak kereta berkepala plontos. "Pantas Ratu Purbasari berani melepas puteri mahkota untuk mengembara dengan pengawalan seadanya." "Yang membunuh mereka bukan Gentong Ketawa," tukas Ranggaslawi, pendekar golongan putih dari Kadipaten Timur. "Kalian salah menyirap kabar." "Yang mengangkatnya jadi raja adalah Pendekar Lembah Cemara," ujar saudara kembarnya, Ranggaslawe. "Tokoh muda yang sangat menggemparkan dunia perkelahian." Mereka berdua adalah bagian dari sedikit tokoh tua yang menguasai

    Last Updated : 2023-02-03
  • Perjanjian Leluhur   86. Api Cinta Yang Membara

    "Chan Che Bok." Cakra terkejut mendengar Puteri Rinjani menyebut nama itu. Penasehat istana adalah pejabat yang harus disingkirkan. Ia sudah membuat kekacauan di wilayah Nusa Kencana dengan tujuan licik. Tapi sungguh tak disangka, Chan Che Bok ternyata kerabat dekat dari Ratu Sihir. Apapun perlakuan terhadapnya akan berdampak pada perang dingin antar kerajaan. "Aku dan Anjani sempat akrab saat sekolah mode di Paris," kata Puteri Rinjani. "Kemudian renggang gara-gara Bramantana berusaha memaksakan cinta, padahal Anjani sudah terikat dengan perjanjian leluhur." "Aku merasa tersanjung," kata Cakra seraya menyelesaikan makan. "Aku berangkat duluan." "Kok duluan? Tujuan kita kan sama." Cakra jadi pusing tujuh keliling ketika Puteri Rinjani memaksa pergi bersama. Sementara itu Dewi Anjani hampir tiap waktu melakukan sambung kalbu. Cakra jadi teringat pada Priscillia yang rutin telpon tiap jam apabila ia bepergian. Padahal cuma pergi ke hutan mencari kayu bakar. Alasannya, siapa tahu d

    Last Updated : 2023-02-04

Latest chapter

  • Perjanjian Leluhur   375. Permaisuri Kesebelas

    "Kau bukan tandinganku...!" Cakra mengingatkan Chu Phang Yu yang hendak menyerangnya. "Aku tidak mau kau mati sia-sia...!"Chu Phang Yu adalah tokoh muda sakti mandraguna yang sangat ditakuti di Hutan Utara, sehingga ia memperoleh gelar Ratu Hutan Utara.Tiada pendekar berani berbuat konyol di Hutan Utara, kecuali ingin mengantarkan nyawa.Betapa nekatnya Cakra memandang remeh Chu Phang Yu."Kau sungguh tidak menghormati diriku!" geram Ratu Hutan Utara. "Apakah kau masih memiliki kehormatan?""Bedebah...! Aku ingin tahu seberapa pantas kau merendahkan diriku!""Sangat pantas...!"Cakra melayani serbuan Chu Phang Yu dengan jurus Hati Di Ranting Cemara.Ia berkata, "Aku juga ingin tahu seberapa pantas kau jadi calon permaisuri Raja Agung!""Aku belum memberi jawaban kepada Anjani! Aku berpikir ulang menjadi permaisuri kesebelas melihat kesombongan dirimu!"Dewi Anjani menetapkan lima belas calon permaisuri untuk Pangeran Nusa Kencana, namun hanya sepuluh yang diumumkan dalam testimoni,

  • Perjanjian Leluhur   374. Ratu Hutan Utara

    Chu Phang Yu mengintip lewat rumpun bunga tulip, rumpun bunga itu terletak di tepi telaga kecil.Chu Phang Yu tersenyum saat kuda coklat mendatangi kuda betina yang lagi makan rumput di seberang telaga."Jebakanku berhasil...!" gumam Chu Phang Yu. "Daging kuda itu pasti sangat lezat.""Kau sedang apa?"Sebuah pertanyaan dari belakang mengejutkan Chu Phang Yu.Ia menoleh dan menemukan bangsawan muda sangat tampan tengah tersenyum.Bagaimana dirinya sampai tidak mengetahui kedatangan pemuda itu?"Aku kira lagi mpup," kata Cakra. "Kok tidak buka cawat? Apa mpup di celana?""Kurang ajar...!" geram Chu Phang Yu. "Makhluk apa kau tidak ketahuan datangnya olehku?""Kau terlalu khusyuk melihat kelamin kudaku, sehingga tidak tahu kedatangan diriku.""Rupanya kau bangsawan cabul...! Kau tidak tahu berhadapan dengan siapa!""Aku sedang berhadapan dengan perempuan cantik jelita yang mempunyai kegemaran mengintip binatang kawin.""Aku adalah Chu Phang Yu! Penguasa Hutan Utara yang akan menghukum p

  • Perjanjian Leluhur   373. Kuda Betina

    "Bersiaplah...!"Cakra menempelkan ujung tongkat pada kening topeng lalu mengalirkan energi roh, asap berbau busuk mengepul dari sela topeng. Ratu Utara mengerahkan energi inti untuk membantu proses pengobatan, dan menutup jalur pernafasan, mencegah terhirupnya aroma busuk dan beracun.Ratu Utara membuka topeng ketika dirasa wajahnya sudah kembali seperti sediakala, dan mengenakan pakaian."Aku kagum denganmu," puji Ratu Utara. "Kau mampu berkonsentrasi melakukan pengobatan dengan pesonaku terpampang jelas di matamu.""Ada saatnya aku menikmati keindahan perempuan, ada saatnya menutup mata," sahut Cakra. "Aku minta kau memenuhi janji untuk menemui Ratu Purbasari. Permusuhan kalian mesti diakhiri di atas traktat.""Tiada alasan bagiku untuk mengingkari janji. Kutukan akan kembali menimpa diriku jika aku ingkar."Cakra tersenyum miris. Ratu Utara sudi berdamai bukan atas kesadaran diri sendiri, tapi takut kena karma.Kiranya sulit melupakan masa lalu, padahal Pangeran Wikudara mengikat

  • Perjanjian Leluhur   372. Kebohongan Terbongkar

    Cakra senang mendengar kehamilan permaisuri ketiga. Pantas saja Maharini tidak pernah sambung kalbu, ia sudah kehilangan ilmu itu secara sendirinya.Ilmu Sambung Kalbu dan Sambung Rasa akan muncul kembali setelah ia melewati masa lahiran."Puteri mahkota akan tinggal di istana Miring sampai masa lahiran selesai," kata Ratu Utara. "Ia mesti dijaga dari segala pengaruh pria jahat.""Aku heran bagaimana puteri mahkota mempunyai banyak musuh sehingga banyak pria yang ingin mencelakai dirinya," ujar Cakra. "Apakah ia banyak memberi harapan kepada mereka sewaktu masih lajang?""Maharini senang pengembara, kehidupannya banyak dihabiskan di luar istana, ia mempunyai beberapa teman dekat yang sakit hati karena pernikahannya dengan pangeran Nusa Kencana begitu mendadak.""Aku kira mereka salah mengartikan kebaikan puteri mahkota, mereka seharusnya tahu bahwa sejak awal ia sudah menentukan pilihan hidupnya, yaitu Pendekar Lembah Cemara.""Mereka tahu kalau aku tidak setuju puteriku mengikat jan

  • Perjanjian Leluhur   371. Topeng Srikandi

    "Maksudmu ingin menyumpal mulutku dengan bibir topeng?" Cakra memandang Ratu Topeng dengan kurang ajar. "Mendingan disumpal dengan mulut kuda sekalian!""Kau sangat menyinggung harga diriku!" geram Ratu Topeng marah. "Padahal belum pernah ada bangsawan Bunian yang berani menghinaku!""Aku tersanjung menjadi yang pertama."Cakra meminta si Gemblung untuk berjalan lewat gili-gili karena perempuan bertopeng tidak bergeser dari tengah jalan."Aku bertanya sekali lagi...!" tegas Ratu Topeng. "Ada kepentingan apa kau datang malam-malam ke wilayah Utara?""Aku kemalaman, aku kurang nyaman menginap di wilayah Barat, perempuannya bau asem seperti dirimu.""Aku kira ada masalah dengan hidungmu!""Hey, ratu ronggeng...! Kau tidak dapat mencium bau dirimu karena memakai topeng! Maka itu buka dulu topengmu agar bisa menikmati bau asem tubuhmu!"Padahal perempuan bertopeng beraroma mirabilis, wanginya sangat menyegarkan pernafasan.Cakra sampai berfantasi dengan body goal-nya. Wangi mirabilis adal

  • Perjanjian Leluhur   370. Perempuan Bertopeng

    Cakra pergi meninggalkan prajurit kerajaan, kembali ke dangau di perkebunan jeruk di mana si Gemblung menunggu.Kemudian Cakra berangkat ke perbatasan dengan berkendara kuda coklat itu."Kau benar, Gemblung," kata Cakra. "Kita mestinya melanjutkan perjalanan ke wilayah Utara. Sepasang Pengemis Gila akan menjadi tanggung jawab tokoh istana untuk melumpuhkannya.""Bagaimana kita melewati pintu gerbang, Yang Mulia?" tanya si Gemblung. "Apakah penjaga perbatasan sudi membuka gerbang tengah malam buta begini?""Bagiku tidak ada rintangan yang tak dapat dilewati," sahut Cakra. "Aku adalah calon Raja Agung, aku harus mampu membuktikan ketangguhan diriku."Cakra dapat menggunakan ilmu Selubung Khayali untuk mempengaruhi mereka agar menuruti keinginannya. Ia bahkan dapat berbuat apa saja.Cakra biasa menggunakan ilmu itu dalam situasi darurat, karena cukup menguras energi, terutama untuk makhluk yang berotak jernih.Cakra cukup menggerakkan kepala kepada penjaga perbatasan untuk membuka pintu

  • Perjanjian Leluhur   369. Sepasang Pengemis Gila

    "Terima kasih atas informasinya, tuan...!" Kepala prajurit istana dan anak buahnya pergi ke perkebunan apel menyusul Sepasang Pengemis Gila. "Mereka tak percaya dengan penjelasan Yang Mulia," kata si Gemblung. "Mereka pikir Yang Mulia adalah bangsawan edan." "Kau kurang ajar sekali kepada majikanmu...!" gerutu Cakra. "Bangsawan edan mana mungkin mempunyai 5.000 keping emas dan perak?" Cakra bangkit dari balai kayu, berjalan mondar-mandir seperti orang bingung."Ada apa Yang Mulia bolak-balik kayak gergaji mesin?" tanya si Gemblung. "Sepasang Pengemis Gila adalah tokoh sakti mandraguna yang malang-melintang di kerajaan Dublek, kemampuan mereka setingkat sahabatku, pasti cukup merepotkan." Istana Dublek mempunyai tokoh sakti sangat banyak, sehingga cukup disegani meski kerajaan kecil. "Lalu Yang Mulia akan menyusul mereka?" "Ya. Kau tunggu di sini." Cakra merasa bertanggung jawab karena puteri Marina adalah calon permaisuri. "Aku pasti terlambat menyelamatkan puteri mahkota ka

  • Perjanjian Leluhur   368. Bukan Aku Yang Bilang

    "Kita terpaksa menempuh jalan setapak."Cakra meminta si Gemblung untuk memasuki jalan kecil berkerikil di antara pohon apel yang berderet rapi."Puteri Marina pasti mengenali diriku jika kita lewat jalan umum.""Bagaimana ia mengenali Yang Mulia padahal belum pernah bertemu?""Ratu Barat pasti sudah memberi gambaran secara virtual."Cakra sulit menolak jika puteri Marina mengundang untuk menghadiri pesta. Perjalanan menuju kerajaan Utara jadi terhambat.Cakra hanya mempunyai waktu tiga pekan untuk menyambangi permaisuri, pada saat itu sayembara di kota Dublek sudah memasuki babak akhir.Kesempatan terbaik bagi Cakra untuk mengambil alih istana, tanpa perlu melumpuhkan prajurit."Yang Mulia mestinya senang bertemu puteri Marina. Yang Mulia pasti diminta menginap di rumah singgah, dan bisa test drive.""Kau itu kendaraan calon Raja Agung, pikiran kotormu mestinya dihilangkan.""Barangkali aku ketularan."Cakra mendelik. "Ketularan aku maksudnya?""Bukan aku yang bilang."Hari sudah mal

  • Perjanjian Leluhur   367. Sayangnya Bukan Ksatria

    Cakra segera mengadakan ikatan janji suci dengan puteri mahkota begitu tiba di istana Bunian.Cakra tinggal selama dua hari di istana megah itu. Setelah muncul titik hitam di kening Bidasari, pertanda datang masa kehamilan, ia pergi ke istana Utara untuk menyambangi Maharini.Bidasari melepas kepergian sang ksatria dengan berat."Aku akan selalu merindukan kedatangan dirimu," kata puteri mahkota Bunian. "Jadikanlah aku pengisi bilik hatimu di antara permaisuri lain." Cakra senang Bidasari sudah memasuki masa kehamilan, sehingga tanggung jawabnya untuk mencetak penerus dinasti sudah tertunaikan.Cakra menempuh perjalanan lewat kerajaan Barat, ia belum pernah berkunjung ke negeri kecil yang makmur itu."Aku heran dengan leluhur Nusa Kencana," kata Cakra sambil menunggang kuda coklat dengan santai. "Ia tidak menjodohkan diriku dengan puteri Marina, padahal negeri ini perlu menjadi anggota persemakmuran.""Puteri Marina masih di bawah umur, Yang Mulia," sahut si Gemblung. "Barangkali itu

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status