Beranda / Romansa / Perjanjian Leluhur / 82. Keputusan Terlambat

Share

82. Keputusan Terlambat

Penulis: Enday Hidayat
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-31 18:14:03
Kedatangan kereta pedati raksasa disambut penduduk dengan antusias. Mereka berdiri di sepanjang jalan melambaikan tangan kepada puteri mahkota yang muncul di jendela.

Rombongan kerajaan memutuskan untuk tidak menyamar setelah mengetahui kampung di tepi Hutan Gerimis dalam situasi kurang aman. Kehadiran puteri mahkota menghibur rakyat sehingga termotivasi untuk menggalang kekuatan menghadapi para pengacau.

Warga kampung sebenarnya kecewa tidak menemukan Cakra dalam rombongan. Pendekar Lembah Cemara telah mengharumkan nama kampung dengan mengangkat Gentong Ketawa jadi penguasa tertinggi di kerajaan Timur.

"Kita bermalam di kampung ini," kata Mahameru. "Kuda penarik kereta buruh istirahat setelah seharian melakukan perjalanan."

"Ya," sahut Dewi Anjani singkat."

"Patik sudah menghubungi penginapan terbaik di kampung ini, sebentar lagi kita sampai."

"Aku memilih beristirahat di pedati raksasa untuk memudahkan penjagaan."

Mahameru terpaksa menyewa perlengkapan tidur dari penginapan. P
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Perjanjian Leluhur   83. Calon Menantu Tak Dianggap

    Rasa kecewa begitu kental mewarnai wajah Cakra. Si Gemblung seakan tahu kalau majikannya lagi galau, maka ia berlari sekencang-kencangnya untuk segera mencapai tujuan. Keterlambatan adalah kematian bagi Gentong Ketawa dan kawan-kawan. Tapi butuh empat hari perjalanan tanpa istirahat untuk sampai ke istana kerajaan Timur, dan itu tidak mungkin. Cakra terpaksa berhenti dan beristirahat di bawah pohon rindang sehingga terlindung dari hujan gerimis menjelang dini hari. Mereka masih berada di Hutan Gerimis. "Ini dinner untukmu, Gemblung," kata Cakra sambil menyodorkan beberapa potong pizza dengan toping organ intim kuda betina, dan lemonade satu panci penuh. "Selamat menikmati hidangan." "Yang Mulia tidak makan?" tanya si Gemblung. "Aku belum lapar," jawab Cakra sambil duduk bersandar pada batang pohon. "Aku juga heran kenapa aku belum lapar?" "Karena pikiran Yang Mulia lagi galau dan hati lagi pusing." "Terbalik, Gemblung." "Binatang kebalikan dari manusia, Yang Mulia. Kalau manusi

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-01
  • Perjanjian Leluhur   84. Tidak Kempes-kempes

    Cakra melemparkan jubah pusaka ke udara dan menghilang. Kemudian Cakra memusatkan pikiran ke jubah pusaka. Pakaian kebesaran Raja Agung itu melesat turun ke arahnya. "Dasar kakek edan," maki Cakra. "Aku kena prank. Aku bisa memanggilnya dengan cara apapun karena jubah itu milikku. Jangan-jangan Tongkat Petir juga sama." Cakra memfokuskan pikiran ke Tongkat Petir. Tongkat emas itu melesat dari udara dan hinggap di tangannya. "Edan! Benar-benar edan! Kapan-kapan pasti kubalas!" Cakra melemparkan kedua benda pusaka itu ke angkasa. Kemudian ia duduk bersandar ke batang pohon dan memejamkan mata. Ada getaran sambung kalbu dari puteri mahkota. Ia membuka pintu kalbu menerimanya. "Kanda tidur di mana?" tanya Dewi Anjani. "Di bawah pohon." Dewi Anjani kaget. "Banyak rumah penduduk kok tidur di Hutan Gerimis?" "Aku mengambil jalan pintas agar segera sampai di jalur perdagangan internasional." "Aku bermalam di kampung dekat Hutan Gerimis, tidur di dalam pedati." "Di situ

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-02
  • Perjanjian Leluhur   85. Kawasan Kuliner

    Jalur perdagangan internasional adalah jalur bebas dilalui rombongan kabilah dari seluruh negeri. Jalur itu semakin ramai semenjak kematian Pangeran Tengkorak dan gurunya. Di sebuah rumah makan di penginapan mewah tampak ramai didatangi tamu. Mereka adalah rombongan kabilah dari kerajaan Bunian. Mereka membicarakan Gentong Ketawa yang mendadak jadi raja setelah memenangkan pertarungan melawan Setan Jagat dan muridnya. "Aku tidak menyangka pelayan puteri mahkota ternyata sakti mandraguna," kata awak kereta berkepala plontos. "Pantas Ratu Purbasari berani melepas puteri mahkota untuk mengembara dengan pengawalan seadanya." "Yang membunuh mereka bukan Gentong Ketawa," tukas Ranggaslawi, pendekar golongan putih dari Kadipaten Timur. "Kalian salah menyirap kabar." "Yang mengangkatnya jadi raja adalah Pendekar Lembah Cemara," ujar saudara kembarnya, Ranggaslawe. "Tokoh muda yang sangat menggemparkan dunia perkelahian." Mereka berdua adalah bagian dari sedikit tokoh tua yang menguasai

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-03
  • Perjanjian Leluhur   86. Api Cinta Yang Membara

    "Chan Che Bok." Cakra terkejut mendengar Puteri Rinjani menyebut nama itu. Penasehat istana adalah pejabat yang harus disingkirkan. Ia sudah membuat kekacauan di wilayah Nusa Kencana dengan tujuan licik. Tapi sungguh tak disangka, Chan Che Bok ternyata kerabat dekat dari Ratu Sihir. Apapun perlakuan terhadapnya akan berdampak pada perang dingin antar kerajaan. "Aku dan Anjani sempat akrab saat sekolah mode di Paris," kata Puteri Rinjani. "Kemudian renggang gara-gara Bramantana berusaha memaksakan cinta, padahal Anjani sudah terikat dengan perjanjian leluhur." "Aku merasa tersanjung," kata Cakra seraya menyelesaikan makan. "Aku berangkat duluan." "Kok duluan? Tujuan kita kan sama." Cakra jadi pusing tujuh keliling ketika Puteri Rinjani memaksa pergi bersama. Sementara itu Dewi Anjani hampir tiap waktu melakukan sambung kalbu. Cakra jadi teringat pada Priscillia yang rutin telpon tiap jam apabila ia bepergian. Padahal cuma pergi ke hutan mencari kayu bakar. Alasannya, siapa tahu d

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-04
  • Perjanjian Leluhur   87. Angin Perubahan

    Warga kadipaten perbatasan sangat mendukung perubahan. Banyak peraturan mencekik rakyat dan menguntungkan kaum bangsawan dan penguasa. Mereka berharap pemimpin baru membawa angin segar. Pro rakyat tidak sekedar slogan untuk menarik simpati. Ketika Pangeran Tengkorak dan Setan Jagat tewas di tangan Pendekar Lembah Cemara, rakyat kadipaten pesta sampai pagi. Namun saat terbangun siang hari, mereka dihadapkan pada kenyataan; tidak ada pembesar dan kroni istana yang pantas menduduki tahta untuk mengisi status quo. Mereka hanya beda penampilan, sedangkan otak sama. Semangat mereka hadir kembali tatkala terdengar kabar tentang kemunculan Raja Agung dari Lembah Cemara, dan mengangkat Gentong Ketawa untuk menjadi raja di kerajaan Timur. "Aku senang mendapat kabar rakyat menyambut kedatangannya dengan gegap gempita," kata Cakra. "Adipati juga bahkan turun ke jalan." Adipati kadipaten perbatasan sudah muak dengan kebijakan istana yang banyak merugikan warganya. Pembesar istana mendis

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-05
  • Perjanjian Leluhur   88. Mengikuti Jejak

    "Kau tidak tahu risikonya," gerutu Puteri Rinjani sambil naik ke atas pelana dan menghela kuda meninggalkan rumah makan. "Ngomong seenak-enaknya." "Kamu sudah sering berkunjung ke negeri manusia," kata Cakra. "Masa baru tahu sekarang kalau manusia suka seenak-enaknya?" "Aku baru ketemu manusia kayak kamu. Aku diam bukannya mikir, malah makin kurang ajar." "Aku salah banget ya?" balik Cakra santai. "Sampai segitu sewotnya?" "Sebutan istri bukan candaan di jazirah ini. Saat kamu bilang aku dan kelima pengawal adalah istrimu, maka benar-benar begitu kenyataannya. Aku tidak mau kena karma dari Raja Sekalian Alam." "Yang ngomong kan aku, masa kamu yang kena karma?" "Karena aku obyeknya." "Oh, jadi di sini obyeknya yang kena tulah, bukan pelakunya?" "Pelakunya wajar kena juga." "Terus aku mesti bagaimana biar kalian tidak kena karma?" "Kamu harus mengadakan ritual penyatuan dengan kami." Cakra melotot. Masa enam-enamnya jadi istri? Alamak! Sungguh kearifan lokal yang sa

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-06
  • Perjanjian Leluhur   89. Jalan Semakin Terjal

    Jalan untuk pulang ke rumah semakin terjal. Cakra menghadapi masalah baru gara-gara bicara sembarangan. Puteri Rinjani tidak mau menunggu tujuh purnama untuk menghilangkan karma dan kutukan. "Urusanku dengan Anjani saja belum selesai," gerutu Cakra. "Selesaikan dulu urusanmu dengannya." "Setelah itu kita melakukan ritual penyatuan?" "Aku sudah bilang kita berendam di Sungai Suci." "Berendam di Sungai Suci semalaman berat banget." "Tahu berat banget, kenapa ngomong sembarangan?" "Kamu itu suka ngulang-ngulang apa yang sudah kejadian. Lama-lama aku jadi ilfeel." "Bodo." "Apakah ada batas waktu untuk jadi pasangan suami istri gara-gara itu?" "Aku tidak mau berbatas waktu. Harapan setiap puteri mahkota adalah satu pangeran untuk selamanya. Tapi tidak mungkin, karena si Anjani lebih dulu hadir di dalam hidupmu. Kau bisa bayangkan bagaimana beratnya hidupku nanti." "Hidupku juga berat." "Kau tinggal mengadakan ritual penyatuan, tidur satu malam, lalu bebas pergi." "Kau pikir i

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-07
  • Perjanjian Leluhur   90. Berpura-pura Hidup Merakyat

    "Salam sejahtera untuk paduka raja! Semoga panjang umur!" Gentong Ketawa disambut dengan gegap gempita oleh rakyat yang menginginkan perubahan di sepanjang jalan menuju istana. Puncak penyambutan terjadi di Kotaraja. Masyarakat datang berduyun-duyun dan berdiri berjejer di pinggir jalan mengucapkan selamat datang kepada Gentong Ketawa dan rombongan. Ia sampai pegal menganggukkan kepala. Mereka berharap banyak pada raja baru. Gentong Ketawa tersenyum seakan sangat paham penderitaan mereka. Padahal ia menyembunyikan kebingungannya bagaimana menanggulangi persoalan yang demikian menumpuk. "Tugasku selama ini membuat puteri mahkota gembira," kata Gentong Ketawa pelan. "Tentu berbeda dengan membuat rakyat gembira. Sementara aku akan melawak untuk menyenangkan mereka. Mendingan raja jadi pelawak ketimbang pelawak jadi raja." Puteri bangsawan berbondong-bondong keluar dengan dandanan terbaik dan melambaikan tangan menebar pesona. Gentong Ketawa serasa jadi Song Joong Ki, aktor favoritny

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-08

Bab terbaru

  • Perjanjian Leluhur   381. Sang Perkasa

    Ketua lama Dewan Agung berhasil kabur dari gerbang siksa. Ia menjadi pendukung utama Ratu Dublek. Raden Mas Arya Bimantara sebagai ketua baru sungkan untuk menangkapnya. Ratu Kencana sampai turun tangan melobi Cakra, ia sangat peduli dengan kegaduhan yang terjadi. Padahal ia berasal dari langit berbeda. "Nusa Kencana adalah negeri warisanku, aku memiliki keterikatan batin dengan penguasa istana." "Kenapa kau tidak menegur ketua baru untuk bertindak tegas?" "Kepandaian Arya Bimantara belum memadai untuk meringkus ketua lama." "Kenapa diangkat jadi ketua Dewan Agung kalau tidak memenuhi syarat?" "Ia paling pantas menjadi tetua! Tapi ketua lama mempunyai ilmu tertinggi di langit!" "Lalu kau pikir aku memadai? Aku bisa jadi ayam penyet!" "Aku sudah menurunkan intisari roh kepadamu. Jurus dan pukulan saktimu sekarang jauh lebih dahsyat." "Aku diminta taat aturan, kau sendiri tidak tahu aturan. Kau menurunkan ilmu tanpa seizin diriku. Kau seharusnya memberikan ilmu itu kepada indu

  • Perjanjian Leluhur   380. Pangeran Terkutuk

    Plak! Plak!Dua tamparan keras kembali mampir di wajah Cakra.Kesatria gagah dan tampan itu tersenyum, ia hanya memiliki senyuman untuk perempuan cantik."Aku teringat pertemuan kita di hutan kayu," kata Cakra. "Kau lima puluh kali menampar wajahku sebelum mempersembahkan lima puluh kenikmatan."Plak! Plak!Cakra merasa ada aliran hangat dari tamparan itu, berangsur-angsur menyegarkan tubuhnya."Jadi kau sekarang mengalirkan energi roh melalui tamparan? Apakah Raden Mas Arya Bimantara melarang dirimu untuk bercinta denganku? Jadi kau masih mencintai lelaki pecundang itu? Aku sendiri malu mempunyai indung leluhur seperti dirinya...."Plak! Plak!"Jawabanmu sangat menyebalkan diriku," gerutu Cakra."Kau benar-benar pangeran terkutuk!""Aku mengakui diriku pangeran terkutuk ... terkutuk menjadi gagah dan tampan, bahkan menurut body goal magazine, aku satu-satunya pangeran yang dirindukan tampil telanjang di sampul depan! Tapi kecerdasan buatan tidak mampu menduplikat diriku, lebih-lebih

  • Perjanjian Leluhur   379. Ada Cemburu Di Hatimu

    Puteri mahkota khawatir kesembuhan dirinya menimbulkan masalah baru bagi kerajaan.Bagaimana kalau Nyi Ratu Kencana murka dan menurunkan bencana yang lebih besar?"Aku kira Cakra sudah mempertimbangkan secara matang," kata Pangeran Liliput. "Ia terkenal sering bicara gegabah, namun tak pernah bertindak gegabah."Puteri mahkota memandang dengan resah, ia bertanya, "Bagaimana jika kutukan itu menimpa calon garwaku karena sudah melanggar kehendak ketua langit?" "Janganlah berpikir terlalu jauh, ananda," tegur Ratu Liliput lembut. "Belum tentu apa yang ananda pikirkan itu kejadian.""Bagaimana kalau kejadian, ibunda? Aku pasti disalahkan permaisuri pertama."Puteri Liliput segera meninggalkan pesanggrahan untuk menjumpai calon suaminya.Penjaga bilik tirakat segera berlutut dengan sebelah kaki menyentuh lantai begitu puteri mahkota dan baginda ratu tiba di hadapannya."Bukalah pintu bilik, Paman," pinta Puteri Liliput. "Aku mau masuk.""Patik mohon ampun sebelumnya, Gusti Puteri ... gust

  • Perjanjian Leluhur   378. Karena Cintanya

    "Ceesss...!"Bunyi pergesekan ujung Tongkat Petir dengan leher Puteri Liliput berkumandang menyerupai bunyi besi panas dicelupkan ke dalam air, seiring mengepulnya asap hitam tebal beraroma busuk.Keringat mengucur deras dari kening Cakra. Tongkat Petir bergetar keras sampai tangannya turut bergetar.Asap hitam tebal menyelimuti pesanggrahan, sehingga menghalangi pandangan sri ratu, ia tidak tahu apa yang terjadi dengan mereka."Semoga tidak terjadi apa-apa...."Baginda ratu menutup pintu pesanggrahan karena tidak tahan menghirup bau busuk yang sangat menyengat.Ratu Liliput menunggu dengan cemas di depan pintu pesanggrahan.Pangeran Nusa Kencana sungguh nekat mengobati Puteri Liliput, ia tak sepatutnya mengorbankan nyawa untuk hal percuma."Hanya Nyi Ratu Kencana yang dapat menghilangkan kutukan itu," kata Ratu Liliput lemas. "Kesalahan diriku telah membuat murka para ketua langit."Ratu Liliput membuka pintu sedikit, asap tebal menerobos keluar.Ratu Liliput segera menutup pintu kem

  • Perjanjian Leluhur   377. Suara Para Leluhur

    Hari menjelang senja ketika Cakra tiba di istana Liliput. Ia diterima langsung oleh baginda ratu di pesanggrahan utama."Puteriku menolak untuk bertemu denganmu."Ratu Liliput bertutur dengan lembut untuk menghibur kekecewaan Cakra.Padahal pesona sri ratu sudah cukup menghibur kepenatan hatinya akibat perjalanan sepanjang siang.Perawakan sang ratu sebagaimana perempuan Asia Timur; berpostur semanpai, tinggi rata-rata, tidak kerdil seperti bayangan Cakra."Kau sudah tahu apa alasannya."Mendung berarak di wajah jelita itu. Sinar matanya meredup tersapu kesedihan mendalam.Mata itu seakan bercerita kalau ia siap menebus dengan apapun demi kesembuhan puterinya.Puteri mahkota mengurung diri di pesanggrahan meski sri ratu mendesaknya untuk keluar."Aku datang untuk menyembuhkan penyakitnya," ucap Cakra. "Jadi tidak ada alasan ia menolak kedatanganku.""Tiada kekuatan dapat menghilangkan kutukan itu, selain kemurahan hati ketua langit. Puteriku hanya mempermalukan diri sendiri jika mener

  • Perjanjian Leluhur   376. Bukan Sekedar Hasrat

    Bantuan untuk menanggulangi bencana alam dari empat kerajaan besar membuat Ratu Dublek murka. Bantuan itu bermaksud merongrong tahta yang didudukinya. Pangeran Nusa Kencana mengambil simpati rakyat dengan pengiriman beberapa kebutuhan pokok. Cakra mengetahui perkembangan terkini kota Dublek dari Ratu Sihir. Ia tampak resah dengan peristiwa yang terjadi. "Rinjani pergi ke Nusa Kencana untuk membahas ancaman Ratu Dublek," kata Ratu Sihir. "Aku kuatir mereka mengambil keputusan ekstrem dan berpengaruh terhadap moralitas perserikatan kerajaan." "Aku tidak mengira kalian sudah menyerahkan separuh kekuasaan kepada mereka," keluh Cakra. "Mereka jelas ingin membubarkan perserikatan dan mengganti dengan persemakmuran di bawah kendali puteri mahkota Nusa Kencana." "Bukankah hal itu keinginan dirimu?" "Aku pikir kebutuhan mendesak bukan mempersatukan seluruh kerajaan yang ada, tapi memakmurkan seluruh rakyat di jazirah bentala." "Kau menyelewengkan titah Nyi Ratu Kencana dalam babad

  • Perjanjian Leluhur   375. Permaisuri Kesebelas

    "Kau bukan tandinganku...!" Cakra mengingatkan Chu Phang Yu yang hendak menyerangnya. "Aku tidak mau kau mati sia-sia...!"Chu Phang Yu adalah tokoh muda sakti mandraguna yang sangat ditakuti di Hutan Utara, sehingga ia memperoleh gelar Ratu Hutan Utara.Tiada pendekar berani berbuat konyol di Hutan Utara, kecuali ingin mengantarkan nyawa.Betapa nekatnya Cakra memandang remeh Chu Phang Yu."Kau sungguh tidak menghormati diriku!" geram Ratu Hutan Utara. "Apakah kau masih memiliki kehormatan?""Bedebah...! Aku ingin tahu seberapa pantas kau merendahkan diriku!""Sangat pantas...!"Cakra melayani serbuan Chu Phang Yu dengan jurus Hati Di Ranting Cemara.Ia berkata, "Aku juga ingin tahu seberapa pantas kau jadi calon permaisuri Raja Agung!""Aku belum memberi jawaban kepada Anjani! Aku berpikir ulang menjadi permaisuri kesebelas melihat kesombongan dirimu!"Dewi Anjani menetapkan lima belas calon permaisuri untuk Pangeran Nusa Kencana, namun hanya sepuluh yang diumumkan dalam testimoni,

  • Perjanjian Leluhur   374. Ratu Hutan Utara

    Chu Phang Yu mengintip lewat rumpun bunga tulip, rumpun bunga itu terletak di tepi telaga kecil.Chu Phang Yu tersenyum saat kuda coklat mendatangi kuda betina yang lagi makan rumput di seberang telaga."Jebakanku berhasil...!" gumam Chu Phang Yu. "Daging kuda itu pasti sangat lezat.""Kau sedang apa?"Sebuah pertanyaan dari belakang mengejutkan Chu Phang Yu.Ia menoleh dan menemukan bangsawan muda sangat tampan tengah tersenyum.Bagaimana dirinya sampai tidak mengetahui kedatangan pemuda itu?"Aku kira lagi mpup," kata Cakra. "Kok tidak buka cawat? Apa mpup di celana?""Kurang ajar...!" geram Chu Phang Yu. "Makhluk apa kau tidak ketahuan datangnya olehku?""Kau terlalu khusyuk melihat kelamin kudaku, sehingga tidak tahu kedatangan diriku.""Rupanya kau bangsawan cabul...! Kau tidak tahu berhadapan dengan siapa!""Aku sedang berhadapan dengan perempuan cantik jelita yang mempunyai kegemaran mengintip binatang kawin.""Aku adalah Chu Phang Yu! Penguasa Hutan Utara yang akan menghukum p

  • Perjanjian Leluhur   373. Kuda Betina

    "Bersiaplah...!" Cakra menempelkan ujung tongkat pada kening topeng lalu mengalirkan energi roh, asap berbau busuk mengepul dari sela topeng. Ratu Ipritala mengerahkan energi inti untuk membantu proses pengobatan, dan menutup jalur pernafasan, mencegah terhirupnya aroma busuk dan beracun. Ratu Ipritala membuka topeng ketika dirasa wajahnya sudah kembali seperti sediakala, dan mengenakan pakaian. "Aku kagum denganmu," puji Ratu Ipritala. "Kau mampu berkonsentrasi melakukan pengobatan dengan pesonaku terpampang jelas di matamu." "Ada saatnya aku menikmati keindahan perempuan, ada saatnya menutup mata," sahut Cakra. "Aku minta kau memenuhi janji untuk menemui Ratu Purbasari. Permusuhan kalian mesti diakhiri di atas traktat." "Tiada alasan bagiku untuk mengingkari janji. Kutukan akan kembali menimpa diriku jika aku ingkar." Cakra tersenyum miris. Ratu Ipritala sudi berdamai bukan atas kesadaran diri sendiri, tapi takut kena karma. Kiranya sulit melupakan masa lalu, padahal

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status