Beranda / Romansa / Perjanjian Leluhur / 83. Calon Menantu Tak Dianggap

Share

83. Calon Menantu Tak Dianggap

Rasa kecewa begitu kental mewarnai wajah Cakra. Si Gemblung seakan tahu kalau majikannya lagi galau, maka ia berlari sekencang-kencangnya untuk segera mencapai tujuan. Keterlambatan adalah kematian bagi Gentong Ketawa dan kawan-kawan.

Tapi butuh empat hari perjalanan tanpa istirahat untuk sampai ke istana kerajaan Timur, dan itu tidak mungkin.

Cakra terpaksa berhenti dan beristirahat di bawah pohon rindang sehingga terlindung dari hujan gerimis menjelang dini hari. Mereka masih berada di Hutan Gerimis.

"Ini dinner untukmu, Gemblung," kata Cakra sambil menyodorkan beberapa potong pizza dengan toping organ intim kuda betina, dan lemonade satu panci penuh. "Selamat menikmati hidangan."

"Yang Mulia tidak makan?" tanya si Gemblung.

"Aku belum lapar," jawab Cakra sambil duduk bersandar pada batang pohon. "Aku juga heran kenapa aku belum lapar?"

"Karena pikiran Yang Mulia lagi galau dan hati lagi pusing."

"Terbalik, Gemblung."

"Binatang kebalikan dari manusia, Yang Mulia. Kalau manusi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status