Beranda / Romansa / Perjanjian Leluhur / 62. Kejarlah Daku Kau Kutinggal

Share

62. Kejarlah Daku Kau Kutinggal

"Sering-sering mengeluarkan ajian itu," kata Gentong Ketawa. "Saya jadi awet muda."

Musuh tidak ada yang tersisa. Mereka tersapu bersih. Cakra sengaja memusatkan pukulan pada penunggang kuda sehingga pohon dan tanaman perdu tidak terkena dampaknya.

Cakra mampu mengendalikan ajian Badai Cemara sesuai kebutuhan. Hal yang sulit dilakukan gurunya sendiri.

Dewi Anjani bertanya dengan cemas, "Apakah para prajurit yang tersapu angin itu akan tewas, kanda?"

"Aku kira tidak ada yang tewas," jawab Cakra. "Beberapa prajurit mungkin mengalami patah tulang saat terjatuh ke bumi. Hal itu susah dihindari untuk pasukan yang begitu banyak."

Gentong Ketawa membela Cakra, "Betul, Tuan Puteri. Korban jiwa pasti tak terhindarkan kalau bentrok dengan pasukan pengawal kerajaan."

"Aku mau menyusul Mahapatih dan pasukan," kata Cakra. "Mereka butuh bantuan."

"Kita pergi bersama-sama saja, kanda," sahut Dewi Anjani.

"Kau naik kuda saja, sepasang sejoli itu sebentar lagi selesai bercinta."

Gentong Ketaw
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status