Beranda / Romansa / Perjanjian Leluhur / 281. Bukan Kesalahan

Share

281. Bukan Kesalahan

Penulis: Enday Hidayat
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-31 20:41:05
"Jadi wanita itu yang membuatmu urung pergi?" tanya Maharini. "Aku tidak masalah."

Maharini tidak peduli siapa perempuan yang bersama ayahandanya, ia datang untuk mengurus kepentingannya.

"Kita tunggu mereka selesai bertarung."

"Jadi kau mau masuk ke kamar?"

"Tidak juga."

"Kalau begitu tunggu apa lagi?"

"Hanya sekali tusuk ribet betul urusannya."

Sambil memeluk Maharini yang duduk di pangkuannya, Cakra memejamkan mata dan memusatkan pikiran. Tubuh mereka lenyap seketika.

Kemudian mereka muncul secara tiba-tiba di depan pintu kamar di mana Pangeran Mellow menginap.

Cakra mengeringkan keringat yang menetes di keningnya. Ia mengeluarkan energi cukup besar untuk membawa Maharini bersamanya.

"Ayahandamu menginap di kamar ini," kata Cakra. "Di dalam ada perempuan muda dan cantik seumuran denganmu. Mereka sudah selesai."

"Cepat banget kayak kamu."

"Aku baru pembukaan."

"Siapa suruh tidak sampai penutup?"

"Sudah sampai sini baru ngomong."

Cakra pikir perempuan di dalam kamar ada
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Perjanjian Leluhur   282. Terpaksa

    Mereka sudah berada kembali di dangau saat hujan gerimis menjelang dini hari, dengan status suami istri. Udara dingin mencucuk tubuh. Si Gemblung dan kuda betina berteduh di depan balai dangau. Mereka bercinta dengan seru untuk menghangatkan badan. "Kurang ajar," geram Cakra. "Kau sungguh makhluk yang tidak punya sopan santun." "Yayangku mengajak bercinta, Yang Mulia," dalih si Gemblung. "Aku insan biasa yang tak luput dari birahi." Si Gemblung adalah gambaran tuannya, betina pasti ketagihan kalau sudah bercinta dengannya. Percintaan mereka seolah memancing pengantin baru. "Kau nggak kepingin?" kerling Maharini mesra. Tampak Si Gemblung menusuk sampai kandas disertai erangan nikmat, seolah memanas-manasi. "Nggak," sahut Cakra. "Nggak menolak kalau kamu kepingin...!" Cakra merebahkan Maharini di balai bambu. Kemudian mereka berciuman dengan mesra. Ringkikan nikmat si Gemblung dan kuda betina menghasut mereka untuk segera melepas cawat. "Aku betul-betul puteri mahkota muraha

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-01
  • Perjanjian Leluhur   283. Istri Terbuang

    "Aku mesti mencobanya." Cakra memejamkan mata dan memusatkan pikiran dengan bantuan energi roh, tubuhnya lenyap seketika. Cakra muncul di dalam labirin pesanggrahan leluhur. Ia melihat Nyi Ratu Suri sedang bertafakur dalam puncak keheningan. "Maafkan aku mengganggu tirakat mu," kata Cakra. "Ratu Nusa Kencana sampai merepotkan prajurit untuk memaksaku pulang." Nyi Ratu Suri menoleh dengan terkejut, ia bertanya, "Bagaimana kau bisa masuk ke bilik labirin?" "Sekedar mencoba, dan berhasil." Cakra melihat hanya ada Nyi Ageng Permata di bilik itu, ia bertanya, "Apakah Ratu Singkawang pulang ke alam roh?" "Aku tidak tahu keberadaannya," jawab Nyi Ratu Suri. "Apakah ia pulang ke alam roh atau CLBK dengan Pangeran Sundalarang? Tapi biarkanlah, kau tidak perlu mencarinya." "Aku kuatir ia menjadi korban ledakan gerbang transisi." "Barangkali lebih baik daripada merecoki urusan Nusa Kencana." "Ia sudah mengakui kekeliruannya." "Karena kau menjanjikan tahta kepada Reksajiwa." "Apakah be

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-02
  • Perjanjian Leluhur   284. Berpikir Bijak

    Cakra muncul di dekat kuda coklat di Hutan Gerimis. "Urusan di istana sudah beres Yang Mulia?" tanya si Gemblung. "Mestinya beres kalau mereka berpikir bijak," jawab Cakra. "Tapi istana kekurangan pemikir bijak." "Beruntung aku makhluk tidak berakal, jadi tidak perlu berpikir." "Makhluk berakal juga banyak yang tidak berpikir." "Sekalinya berpikir untuk diri sendiri, bukan untuk orang lain." "Bapak pemimpin di negeri ini berpikir untuk diri sendiri dan golongan, rakyat terlupakan, bahkan tersudut oleh kenyataan." "Kuda-kuda meringkik disangka barisan sakit hati, pasukan nasi bungkus, kuda-kuda baik jadi diam." Nusa Kencana banyak diduduki oleh bangsawan bodoh berduit, kaum cendekia terpinggirkan karena kekurangan dukungan. Nusa Kencana hanya besar secara wilayah, sehingga menjadi koloni kaum bangsawan dan direndahkan dalam perserikatan kerajaan. "Ratu Purbasari mestinya memandang dari dua sisi mata uang." Ratu Purbasari hanya memikirkan kepentingan Raden Mas Arya Bimantara,

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-03
  • Perjanjian Leluhur   285. Bukan Atas Nama Istana

    "Kalian mesti hati-hati dalam penyamaran sebagai rombongan saudagar kain tenun." Ping Ping memberi wejangan kepada beberapa perempuan cantik yang akan menjalankan misi di Kadipaten Selatan. Ping Ping adalah kepala telik sandi kerajaan Selatan. Mereka mengadakan pertemuan di sebuah penginapan mewah. "Jangan sekali-kali berbuat sesuatu yang justru membongkar penyamaran kalian." Penyusupan kali ini dilakukan sekelompok wanita dengan modus operandi baru, setelah telik sandi mengalami kegagalan karena banyak yang tertangkap. Beruntung retorika Ratu Selatan bagus sehingga lolos dari embargo perserikatan kerajaan. Ia bahkan berani menjadikan kemolekan tubuhnya sebagai alat tawar. "Janganlah kalian banyak berkunjung ke toko perhiasan, itulah kasus terakhir yang sempat heboh padahal sedang menyamar sebagai juru tempa, gara-gara melibatkan perasaan terlalu jauh dan jatuh cinta kepada penjaga toko." Para perempuan itu adalah pendekar bayaran berilmu tinggi dan belum terkenal di wilayah

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-04
  • Perjanjian Leluhur   286. Pemberkatan Kid Jaman Now

    Perahu nelayan muncul di kejauhan dengan kecepatan tinggi dengan sepuluh penumpang berpakaian rakyat jelata. Cahaya bulan separuh tertutup mega, udara remang-remang. "Itu mereka." Sanjaya bersiap-siap menyambut kedatangan Thai Lu dan rombongan. Mereka berdiri di lokasi cukup terang sehingga kelihatan dari jauh. Perahu nelayan melaju ke arah mereka. "Bregada perbatasan tidak ada yang mengejar, berarti pelarian mereka tidak terendus oleh telik sandi." "Permintaan suaka mereka menambah ketegangan hubungan antara dua kerajaan," kata komandan legiun. "Mereka beruntung dapat menyeberangi perbatasan tanpa ancaman." "Barangkali juga mereka dibiarkan mencari suaka karena menjadi benalu bagi monarki kerajaan." "Apakah mereka tidak menjadi benalu di Nusa Kencana?" "Biarlah baginda ratu memutuskan." Perahu menepi, mereka berloncatan ke daratan. Dua pencari suaka mendorong perahu ke tengah sungai dan hanyut menuju ke muara di Laut Selatan. "Sebaiknya perahu itu tidak dihan

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-05
  • Perjanjian Leluhur   287. Misi Terbongkar

    Sanjaya terkejut. "Maksud gusti pangeran apa?" "Mereka bukan kabur dari bui. Mereka sengaja dibebaskan untuk menyusup ke Kadipaten Selatan dan mempengaruhi keraton dengan memanfaatkan persahabatan kalian." Sanjaya pasti tak percaya seandainya bukan putera mahkota yang memberi penjelasan. Sanjaya memandang Thai Lu tanpa berkedip, sinar matanya memancarkan kekecewaan yang sulit dilukiskan. "Aku sungguh tak percaya dengan apa yang kau lakukan. Aku benar-benar tulus menolongmu, tapi kau khianati persahabatan kita." Thai Lu dan Sun Bho Kong berpandangan sekilas. Mereka sama sekali tak menyangka misi terbongkar sebelum beraksi, padahal kerahasiaannya sangat terjaga. Thai Lu curiga di antara mereka ada pengkhianat. Tapi ia sulit menunjuk batang hidungnya. Mereka kelihatan tenang sekali, seolah sudah memprediksi kegagalan misi ini, atau barangkali mereka mengganggap tidak ada yang perlu ditakuti. "Jangan sesali apa yang telah terjadi, Sanjaya," kata Cakra. "Terpenting ke depannya tidak

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-06
  • Perjanjian Leluhur   288. Jalan-jalannya Kurang Jauh

    "Kalian aktivis gila! Gila sensasi!" Pertarungan Cakra dan enam tokoh sakti dari Selatan berjalan sengit, sementara dua lagi dihadapi Sanjaya dan komandan legiun. Byur! Daun-daun berguguran terkena pukulan nyasar. Brak! Kereta hancur dan kuda kabur menyelamatkan diri. Kuda coklat milik Cakra bersembunyi di balik pohon besar. "Tumben kau tidak bercinta selama aku bertarung," kata Cakra lewat getaran batin. "Kau biarkan dua kuda montok kabur." "Jadi mereka kuda betina? Saya kira kuda jantan!" Si Gemblung berlari separuh terbang mengejar dua kuda betina. "Kalian sungguh tidak tahu diuntung!" kata Sanjaya. "Aku menerima kalian baik-baik, tapi kebaikanku dimanfaatkan dengan keji!" Sanjaya mengirim kombinasi pukulan dan tendangan, pendekar bercambang lebat menangkis dan menghindar. Sesekali pendekar itu melancarkan serangan dan mengenai udara. Ia kesulitan mendaratkan pukulan karena Sanjaya bukan pendekar kaleng-kaleng. "Kau lumayan juga, Sanjaya," puji pendekar bercambang leb

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-08
  • Perjanjian Leluhur   289. Terbaik Dari Yang Terburuk

    "Kami undur diri, pangeran." Sanjaya dan komandan legiun menggiring tawanan dengan berjalan kaki karena kereta hancur. Cakra mondar-mandir di bawah pohon, menunggu kedatangan si Gemblung. Cakra memaki, "Dasar kuda durhaka! Juraganmu saja belum pernah bermain threesome!" Si Gemblung muncul sambil meringkik senang. "Bagus! Kau enak-enakan bercinta, aku jadi penunggu pohon!" "Yang Mulia kegantengan jadi kuntilanak." "Oh, jadi begitu sifatmu. Air susu dibalas air beras!" Cakra melompat naik ke punggung si Gemblung. Kemudian memacu kuda separuh terbang menuju ke jalur perdagangan internasional. Perkiraannya sehari semalam ia tiba di tanah tak bertuan itu. Cakra ingin mencegat rombongan Liang Bha Yi yang menyamar menjadi saudagar kain tenun untuk membantu pergerakan di Kadipaten Selatan. Liang Bha Yi sangat berpotensi menghancurkan istana Kadipaten Selatan dengan beberapa perempuan eksotik. "Wanita adalah kelemahan utama pejabat di Kadipaten Selatan," kata Cakra. "Cukup sekali t

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-08

Bab terbaru

  • Perjanjian Leluhur   375. Permaisuri Kesebelas

    "Kau bukan tandinganku...!" Cakra mengingatkan Chu Phang Yu yang hendak menyerangnya. "Aku tidak mau kau mati sia-sia...!"Chu Phang Yu adalah tokoh muda sakti mandraguna yang sangat ditakuti di Hutan Utara, sehingga ia memperoleh gelar Ratu Hutan Utara.Tiada pendekar berani berbuat konyol di Hutan Utara, kecuali ingin mengantarkan nyawa.Betapa nekatnya Cakra memandang remeh Chu Phang Yu."Kau sungguh tidak menghormati diriku!" geram Ratu Hutan Utara. "Apakah kau masih memiliki kehormatan?""Bedebah...! Aku ingin tahu seberapa pantas kau merendahkan diriku!""Sangat pantas...!"Cakra melayani serbuan Chu Phang Yu dengan jurus Hati Di Ranting Cemara.Ia berkata, "Aku juga ingin tahu seberapa pantas kau jadi calon permaisuri Raja Agung!""Aku belum memberi jawaban kepada Anjani! Aku berpikir ulang menjadi permaisuri kesebelas melihat kesombongan dirimu!"Dewi Anjani menetapkan lima belas calon permaisuri untuk Pangeran Nusa Kencana, namun hanya sepuluh yang diumumkan dalam testimoni,

  • Perjanjian Leluhur   374. Ratu Hutan Utara

    Chu Phang Yu mengintip lewat rumpun bunga tulip, rumpun bunga itu terletak di tepi telaga kecil.Chu Phang Yu tersenyum saat kuda coklat mendatangi kuda betina yang lagi makan rumput di seberang telaga."Jebakanku berhasil...!" gumam Chu Phang Yu. "Daging kuda itu pasti sangat lezat.""Kau sedang apa?"Sebuah pertanyaan dari belakang mengejutkan Chu Phang Yu.Ia menoleh dan menemukan bangsawan muda sangat tampan tengah tersenyum.Bagaimana dirinya sampai tidak mengetahui kedatangan pemuda itu?"Aku kira lagi mpup," kata Cakra. "Kok tidak buka cawat? Apa mpup di celana?""Kurang ajar...!" geram Chu Phang Yu. "Makhluk apa kau tidak ketahuan datangnya olehku?""Kau terlalu khusyuk melihat kelamin kudaku, sehingga tidak tahu kedatangan diriku.""Rupanya kau bangsawan cabul...! Kau tidak tahu berhadapan dengan siapa!""Aku sedang berhadapan dengan perempuan cantik jelita yang mempunyai kegemaran mengintip binatang kawin.""Aku adalah Chu Phang Yu! Penguasa Hutan Utara yang akan menghukum p

  • Perjanjian Leluhur   373. Kuda Betina

    "Bersiaplah...!"Cakra menempelkan ujung tongkat pada kening topeng lalu mengalirkan energi roh, asap berbau busuk mengepul dari sela topeng. Ratu Utara mengerahkan energi inti untuk membantu proses pengobatan, dan menutup jalur pernafasan, mencegah terhirupnya aroma busuk dan beracun.Ratu Utara membuka topeng ketika dirasa wajahnya sudah kembali seperti sediakala, dan mengenakan pakaian."Aku kagum denganmu," puji Ratu Utara. "Kau mampu berkonsentrasi melakukan pengobatan dengan pesonaku terpampang jelas di matamu.""Ada saatnya aku menikmati keindahan perempuan, ada saatnya menutup mata," sahut Cakra. "Aku minta kau memenuhi janji untuk menemui Ratu Purbasari. Permusuhan kalian mesti diakhiri di atas traktat.""Tiada alasan bagiku untuk mengingkari janji. Kutukan akan kembali menimpa diriku jika aku ingkar."Cakra tersenyum miris. Ratu Utara sudi berdamai bukan atas kesadaran diri sendiri, tapi takut kena karma.Kiranya sulit melupakan masa lalu, padahal Pangeran Wikudara mengikat

  • Perjanjian Leluhur   372. Kebohongan Terbongkar

    Cakra senang mendengar kehamilan permaisuri ketiga. Pantas saja Maharini tidak pernah sambung kalbu, ia sudah kehilangan ilmu itu secara sendirinya.Ilmu Sambung Kalbu dan Sambung Rasa akan muncul kembali setelah ia melewati masa lahiran."Puteri mahkota akan tinggal di istana Miring sampai masa lahiran selesai," kata Ratu Utara. "Ia mesti dijaga dari segala pengaruh pria jahat.""Aku heran bagaimana puteri mahkota mempunyai banyak musuh sehingga banyak pria yang ingin mencelakai dirinya," ujar Cakra. "Apakah ia banyak memberi harapan kepada mereka sewaktu masih lajang?""Maharini senang pengembara, kehidupannya banyak dihabiskan di luar istana, ia mempunyai beberapa teman dekat yang sakit hati karena pernikahannya dengan pangeran Nusa Kencana begitu mendadak.""Aku kira mereka salah mengartikan kebaikan puteri mahkota, mereka seharusnya tahu bahwa sejak awal ia sudah menentukan pilihan hidupnya, yaitu Pendekar Lembah Cemara.""Mereka tahu kalau aku tidak setuju puteriku mengikat jan

  • Perjanjian Leluhur   371. Topeng Srikandi

    "Maksudmu ingin menyumpal mulutku dengan bibir topeng?" Cakra memandang Ratu Topeng dengan kurang ajar. "Mendingan disumpal dengan mulut kuda sekalian!""Kau sangat menyinggung harga diriku!" geram Ratu Topeng marah. "Padahal belum pernah ada bangsawan Bunian yang berani menghinaku!""Aku tersanjung menjadi yang pertama."Cakra meminta si Gemblung untuk berjalan lewat gili-gili karena perempuan bertopeng tidak bergeser dari tengah jalan."Aku bertanya sekali lagi...!" tegas Ratu Topeng. "Ada kepentingan apa kau datang malam-malam ke wilayah Utara?""Aku kemalaman, aku kurang nyaman menginap di wilayah Barat, perempuannya bau asem seperti dirimu.""Aku kira ada masalah dengan hidungmu!""Hey, ratu ronggeng...! Kau tidak dapat mencium bau dirimu karena memakai topeng! Maka itu buka dulu topengmu agar bisa menikmati bau asem tubuhmu!"Padahal perempuan bertopeng beraroma mirabilis, wanginya sangat menyegarkan pernafasan.Cakra sampai berfantasi dengan body goal-nya. Wangi mirabilis adal

  • Perjanjian Leluhur   370. Perempuan Bertopeng

    Cakra pergi meninggalkan prajurit kerajaan, kembali ke dangau di perkebunan jeruk di mana si Gemblung menunggu.Kemudian Cakra berangkat ke perbatasan dengan berkendara kuda coklat itu."Kau benar, Gemblung," kata Cakra. "Kita mestinya melanjutkan perjalanan ke wilayah Utara. Sepasang Pengemis Gila akan menjadi tanggung jawab tokoh istana untuk melumpuhkannya.""Bagaimana kita melewati pintu gerbang, Yang Mulia?" tanya si Gemblung. "Apakah penjaga perbatasan sudi membuka gerbang tengah malam buta begini?""Bagiku tidak ada rintangan yang tak dapat dilewati," sahut Cakra. "Aku adalah calon Raja Agung, aku harus mampu membuktikan ketangguhan diriku."Cakra dapat menggunakan ilmu Selubung Khayali untuk mempengaruhi mereka agar menuruti keinginannya. Ia bahkan dapat berbuat apa saja.Cakra biasa menggunakan ilmu itu dalam situasi darurat, karena cukup menguras energi, terutama untuk makhluk yang berotak jernih.Cakra cukup menggerakkan kepala kepada penjaga perbatasan untuk membuka pintu

  • Perjanjian Leluhur   369. Sepasang Pengemis Gila

    "Terima kasih atas informasinya, tuan...!" Kepala prajurit istana dan anak buahnya pergi ke perkebunan apel menyusul Sepasang Pengemis Gila. "Mereka tak percaya dengan penjelasan Yang Mulia," kata si Gemblung. "Mereka pikir Yang Mulia adalah bangsawan edan." "Kau kurang ajar sekali kepada majikanmu...!" gerutu Cakra. "Bangsawan edan mana mungkin mempunyai 5.000 keping emas dan perak?" Cakra bangkit dari balai kayu, berjalan mondar-mandir seperti orang bingung."Ada apa Yang Mulia bolak-balik kayak gergaji mesin?" tanya si Gemblung. "Sepasang Pengemis Gila adalah tokoh sakti mandraguna yang malang-melintang di kerajaan Dublek, kemampuan mereka setingkat sahabatku, pasti cukup merepotkan." Istana Dublek mempunyai tokoh sakti sangat banyak, sehingga cukup disegani meski kerajaan kecil. "Lalu Yang Mulia akan menyusul mereka?" "Ya. Kau tunggu di sini." Cakra merasa bertanggung jawab karena puteri Marina adalah calon permaisuri. "Aku pasti terlambat menyelamatkan puteri mahkota ka

  • Perjanjian Leluhur   368. Bukan Aku Yang Bilang

    "Kita terpaksa menempuh jalan setapak."Cakra meminta si Gemblung untuk memasuki jalan kecil berkerikil di antara pohon apel yang berderet rapi."Puteri Marina pasti mengenali diriku jika kita lewat jalan umum.""Bagaimana ia mengenali Yang Mulia padahal belum pernah bertemu?""Ratu Barat pasti sudah memberi gambaran secara virtual."Cakra sulit menolak jika puteri Marina mengundang untuk menghadiri pesta. Perjalanan menuju kerajaan Utara jadi terhambat.Cakra hanya mempunyai waktu tiga pekan untuk menyambangi permaisuri, pada saat itu sayembara di kota Dublek sudah memasuki babak akhir.Kesempatan terbaik bagi Cakra untuk mengambil alih istana, tanpa perlu melumpuhkan prajurit."Yang Mulia mestinya senang bertemu puteri Marina. Yang Mulia pasti diminta menginap di rumah singgah, dan bisa test drive.""Kau itu kendaraan calon Raja Agung, pikiran kotormu mestinya dihilangkan.""Barangkali aku ketularan."Cakra mendelik. "Ketularan aku maksudnya?""Bukan aku yang bilang."Hari sudah mal

  • Perjanjian Leluhur   367. Sayangnya Bukan Ksatria

    Cakra segera mengadakan ikatan janji suci dengan puteri mahkota begitu tiba di istana Bunian.Cakra tinggal selama dua hari di istana megah itu. Setelah muncul titik hitam di kening Bidasari, pertanda datang masa kehamilan, ia pergi ke istana Utara untuk menyambangi Maharini.Bidasari melepas kepergian sang ksatria dengan berat."Aku akan selalu merindukan kedatangan dirimu," kata puteri mahkota Bunian. "Jadikanlah aku pengisi bilik hatimu di antara permaisuri lain." Cakra senang Bidasari sudah memasuki masa kehamilan, sehingga tanggung jawabnya untuk mencetak penerus dinasti sudah tertunaikan.Cakra menempuh perjalanan lewat kerajaan Barat, ia belum pernah berkunjung ke negeri kecil yang makmur itu."Aku heran dengan leluhur Nusa Kencana," kata Cakra sambil menunggang kuda coklat dengan santai. "Ia tidak menjodohkan diriku dengan puteri Marina, padahal negeri ini perlu menjadi anggota persemakmuran.""Puteri Marina masih di bawah umur, Yang Mulia," sahut si Gemblung. "Barangkali itu

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status