Share

282. Terpaksa

Mereka sudah berada kembali di dangau saat hujan gerimis menjelang dini hari, dengan status suami istri.

Udara dingin mencucuk tubuh.

Si Gemblung dan kuda betina berteduh di depan balai dangau. Mereka bercinta dengan seru untuk menghangatkan badan.

"Kurang ajar," geram Cakra. "Kau sungguh makhluk yang tidak punya sopan santun."

"Yayangku mengajak bercinta, Yang Mulia," dalih si Gemblung. "Aku insan biasa yang tak luput dari birahi."

Si Gemblung adalah gambaran tuannya, betina pasti ketagihan kalau sudah bercinta dengannya.

Percintaan mereka seolah memancing pengantin baru.

"Kau nggak kepingin?" kerling Maharini mesra.

Tampak Si Gemblung menusuk sampai kandas disertai erangan nikmat, seolah memanas-manasi.

"Nggak," sahut Cakra. "Nggak menolak kalau kamu kepingin...!"

Cakra merebahkan Maharini di balai bambu. Kemudian mereka berciuman dengan mesra.

Ringkikan nikmat si Gemblung dan kuda betina menghasut mereka untuk segera melepas cawat.

"Aku betul-betul puteri mahkota muraha
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status