Home / Pendekar / Perjanjian Leluhur / 286. Pemberkatan Kid Jaman Now

Share

286. Pemberkatan Kid Jaman Now

Author: Enday Hidayat
last update Last Updated: 2024-06-05 21:00:35
Perahu nelayan muncul di kejauhan dengan kecepatan tinggi dengan sepuluh penumpang berpakaian rakyat jelata.

Cahaya bulan separuh tertutup mega, udara remang-remang.

"Itu mereka."

Sanjaya bersiap-siap menyambut kedatangan Thai Lu dan rombongan.

Mereka berdiri di lokasi cukup terang sehingga kelihatan dari jauh.

Perahu nelayan melaju ke arah mereka.

"Bregada perbatasan tidak ada yang mengejar, berarti pelarian mereka tidak terendus oleh telik sandi."

"Permintaan suaka mereka menambah ketegangan hubungan antara dua kerajaan," kata komandan legiun. "Mereka beruntung dapat menyeberangi perbatasan tanpa ancaman."

"Barangkali juga mereka dibiarkan mencari suaka karena menjadi benalu bagi monarki kerajaan."

"Apakah mereka tidak menjadi benalu di Nusa Kencana?"

"Biarlah baginda ratu memutuskan."

Perahu menepi, mereka berloncatan ke daratan. Dua pencari suaka mendorong perahu ke tengah sungai dan hanyut menuju ke muara di Laut Selatan.

"Sebaiknya perahu itu tidak dihan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Perjanjian Leluhur   287. Misi Terbongkar

    Sanjaya terkejut. "Maksud gusti pangeran apa?" "Mereka bukan kabur dari bui. Mereka sengaja dibebaskan untuk menyusup ke Kadipaten Selatan dan mempengaruhi keraton dengan memanfaatkan persahabatan kalian." Sanjaya pasti tak percaya seandainya bukan putera mahkota yang memberi penjelasan. Sanjaya memandang Thai Lu tanpa berkedip, sinar matanya memancarkan kekecewaan yang sulit dilukiskan. "Aku sungguh tak percaya dengan apa yang kau lakukan. Aku benar-benar tulus menolongmu, tapi kau khianati persahabatan kita." Thai Lu dan Sun Bho Kong berpandangan sekilas. Mereka sama sekali tak menyangka misi terbongkar sebelum beraksi, padahal kerahasiaannya sangat terjaga. Thai Lu curiga di antara mereka ada pengkhianat. Tapi ia sulit menunjuk batang hidungnya. Mereka kelihatan tenang sekali, seolah sudah memprediksi kegagalan misi ini, atau barangkali mereka mengganggap tidak ada yang perlu ditakuti. "Jangan sesali apa yang telah terjadi, Sanjaya," kata Cakra. "Terpenting ke depannya tidak

    Last Updated : 2024-06-06
  • Perjanjian Leluhur   288. Jalan-jalannya Kurang Jauh

    "Kalian aktivis gila! Gila sensasi!" Pertarungan Cakra dan enam tokoh sakti dari Selatan berjalan sengit, sementara dua lagi dihadapi Sanjaya dan komandan legiun. Byur! Daun-daun berguguran terkena pukulan nyasar. Brak! Kereta hancur dan kuda kabur menyelamatkan diri. Kuda coklat milik Cakra bersembunyi di balik pohon besar. "Tumben kau tidak bercinta selama aku bertarung," kata Cakra lewat getaran batin. "Kau biarkan dua kuda montok kabur." "Jadi mereka kuda betina? Saya kira kuda jantan!" Si Gemblung berlari separuh terbang mengejar dua kuda betina. "Kalian sungguh tidak tahu diuntung!" kata Sanjaya. "Aku menerima kalian baik-baik, tapi kebaikanku dimanfaatkan dengan keji!" Sanjaya mengirim kombinasi pukulan dan tendangan, pendekar bercambang lebat menangkis dan menghindar. Sesekali pendekar itu melancarkan serangan dan mengenai udara. Ia kesulitan mendaratkan pukulan karena Sanjaya bukan pendekar kaleng-kaleng. "Kau lumayan juga, Sanjaya," puji pendekar bercambang leb

    Last Updated : 2024-06-08
  • Perjanjian Leluhur   289. Terbaik Dari Yang Terburuk

    "Kami undur diri, pangeran." Sanjaya dan komandan legiun menggiring tawanan dengan berjalan kaki karena kereta hancur. Cakra mondar-mandir di bawah pohon, menunggu kedatangan si Gemblung. Cakra memaki, "Dasar kuda durhaka! Juraganmu saja belum pernah bermain threesome!" Si Gemblung muncul sambil meringkik senang. "Bagus! Kau enak-enakan bercinta, aku jadi penunggu pohon!" "Yang Mulia kegantengan jadi kuntilanak." "Oh, jadi begitu sifatmu. Air susu dibalas air beras!" Cakra melompat naik ke punggung si Gemblung. Kemudian memacu kuda separuh terbang menuju ke jalur perdagangan internasional. Perkiraannya sehari semalam ia tiba di tanah tak bertuan itu. Cakra ingin mencegat rombongan Liang Bha Yi yang menyamar menjadi saudagar kain tenun untuk membantu pergerakan di Kadipaten Selatan. Liang Bha Yi sangat berpotensi menghancurkan istana Kadipaten Selatan dengan beberapa perempuan eksotik. "Wanita adalah kelemahan utama pejabat di Kadipaten Selatan," kata Cakra. "Cu

    Last Updated : 2024-06-08
  • Perjanjian Leluhur   290. Penunggang Rakyat

    "Bagus sekali kuda itu!" Pendekar brewok memperhatikan kuda coklat dengan sinar mata seperti melihat penari striptis. Mereka duduk di bangku panjang dengan kopi panas dan penganan baru diangkat dari panggangan. Pemilik kedai sudah tahu selera langganannya. "Kuda milik siapa?" "Milikku," jawab Cakra. "Boleh dipinjam untuk membantu perjuangan?" Cakra menoleh kepada pria yang duduk di sebelahnya dengan acuh tak acuh. "Perjuangan apa?" Pendekar brewok menilik penampilan pemuda di hadapannya, kemudian menjawab, "Kelihatannya kau pengembara, bukan warga Kadipaten Selatan." "Lalu kalau aku pengembara ada perbedaannya?" "Kau tahu di daerah kami sedang berhembus angin perubahan, anak muda berlalu lalang meneriakkan suara kebenaran." "Aku malah mencium angin busuk karena ditunggangi barisan sakit hati dengan topeng kebebasan berpendapat. Bicara seenaknya dan menyakiti pejabat itu bukan kebebasan berpendapat, tapi menumpahkan kotoran dari nafsu kalian. Jadi wajar kalau mereka tutu

    Last Updated : 2024-06-09
  • Perjanjian Leluhur   291. Bukan Untuk Dicintai

    Beberapa kereta barang menerobos kegelapan malam di jalan makadam. Kereta penumpang meluncur paling depan. Kereta itu berisi lima dara cantik jelita, dengan satu perempuan dewasa tak kalah cantiknya. "Aku berharap ketemu dengan Pendekar Lembah Cemara," kata Liang Thai. "Konon ia adalah pangeran tertampan di jazirah ini." "Kau sudah menjadi gundik Pangeran Indrajaya," sahut Liang Bha Yi. "Apakah boleh menjadi gundik Pangeran Nusa Kencana?" "Kasihlah kesempatan kepada jomblo," tukas Lu Shia Lan. "Aku supermodel tapi super sial, hari gini belum dapat jodoh." Mereka tertawa cekikikan. Seandainya suara tawa mereka tidak merdu, barangkali Pak Tua yang menjadi sais sudah kabur mendengar suara cekikikan di tengah malam buta. "Tugasmu membuat Sanjaya klepek-klepek," kata Liang Bha Yi. "Ingat, bukan untuk dicintai, tapi untuk jadi boneka." "Bukankah itu tugasmu selaku pimpinan kabilah?" balik Lu Shia Lan. "Tugasku membujuk para bangsawan untuk menarik investasi sehingga pembangunan di Ka

    Last Updated : 2024-06-10
  • Perjanjian Leluhur   292. Bukan Bangsawan Pecicilan

    "Ada pesta rupanya!" Bramantana muncul bersama Fredy dengan berpakaian bangsawan pelancong. "Aku terlambat datang!" Cakra sedang sibuk menghadapi lima sais berkepandaian tinggi. Ia berada di atas angin meski dikeroyok, beberapa kali berhasil mendaratkan pukulan. "Kalian urus para perempuan itu! Mereka penduduk kerajaan Timur dan Bunian, kecuali Liang Bha Yi!" Fredy berkata kepada Bramantana, "Aku suka gagal fokus menghadapi perempuan cantik! Kau saja urus mereka!" "Aku rajamu." "Bodo amat!" Fredy terjun ke arena pertarungan membantu Cakra. Bramantana memperhatikan Lu Shia Lan, ia berkata, "Aku sepertinya pernah melihatmu di kota mode Bunian, di panggung catwalk." "Kau betul sekali, aku super model internasional. Apakah temanmu itu putera mahkota Nusa Kencana?" "Oh, ia buaya darat dari Timur! Makanya ia takut menghadapi bidadari!" "Kok takut?" "Takut candu!" "Jadi kau Raja Timur?" tanya Bhi Hun. "Aku bersedia menjadi selirmu. Kau disuruh menangkap ku oleh bangsawan pecic

    Last Updated : 2024-06-11
  • Perjanjian Leluhur   293. Cukup Keluar Keringat Cinta

    Cakra berkuda bersama pembesar kerajaan Timur menelusuri jalan makadam yang rata dan mulus. "Kalian ikut mengembara, lalu siapa yang mengurus rakyat?" tanya Cakra. Malam hampir larut, jalur perdagangan mulai sepi. Kabilah singgah di penginapan untuk beristirahat. Di daerah Selatan, penginapan tidak seramai di perbatasan Nusa Kencana, destinasi wisatanya kalah menarik. "Ratu Singkawang meminta kami untuk membantu perjuanganmu," sahut Bramantana. "Aku mendelegasikan kepada panglima perang dan beberapa pejabat istana untuk mengurus rakyat." Cakra senang mendengar kabar tentang keberadaan Ratu Singkawang. Ia kira ratu ketiga lenyap dalam ledakan labirin roh di Bukit Penamburan. Barangkali ia enggan menetap di istana bidadari, padahal bisa CLBK dengan Pangeran Sundalarang. Ratu Singkawang ingin memenuhi janjinya lebih dahulu untuk menjadikan Reksajiwa sebagai penguasa. "Di istana Timur tidak ada pesanggrahan leluhur, di mana Ratu Singkawang tinggal?" "Ia tinggal di altar t

    Last Updated : 2024-06-12
  • Perjanjian Leluhur   294. Pecundang

    "Penjagaan sangat ketat." Cakra dan kedua sahabatnya tiba di perbatasan kadipaten Pesisir Selatan. "Semut saja sulit lolos." Di sepanjang perbatasan dijaga prajurit istana. Barangkali Indrajaya kuatir Citrasari melarikan diri ke kerajaan tetangga. Mereka mendatangi sekelompok prajurit yang berjaga di jalur perdagangan internasional. Rombongan kabilah antri panjang menjalani pemeriksaan ketat. "Apa yang terjadi di Pesisir Selatan sampai kalian mengadakan pagar betis?" tanya Cakra. "Kami sedang mensterilkan wilayah," jawab kepala prajurit. "Pekan depan gusti pangeran akan berkunjung ke keraton adipati." "Pemaksaan untuk menjadi selir," sindir Cakra. "Citrasari mesti berkorban demi keselamatan rakyatnya." "Jaga ucapan anda," tegur kepala prajurit. "Lebih baik anda teruskan perjalanan." "Perjalananku sudah sampai. Aku ingin berkunjung ke kota Pesisir Selatan." "Kota tertutup untuk pelancong dalam sepekan ke depan." Beberapa prajurit mulai siaga untuk mengantisipasi kemungkinan

    Last Updated : 2024-06-13

Latest chapter

  • Perjanjian Leluhur   397. Matinya Sang Pecundang

    Raden Manggala bersama beberapa pembantunya mengadakan perjamuan makan malam yang dihadiri puluhan istrinya. Perempuan-perempuan muda itu pergi ke Puri Abadi secara sukarela tanpa sepengetahuan suami atau orang tua sehingga dikabarkan diculik. Kebiasaan jelek warga kampung Luhan adalah menyebarkan berita tanpa menyaring dahulu kebenaran berita itu. "Perjuangan takkan pernah padam," kata Raden Manggala. "Kita tinggalkan para pecundang yang menginginkan imbalan semata. Aku akan berusaha memberikan kehidupan yang lebih baik bagi kalian." Semua wanita yang menghadiri perjamuan tidak tahu kalau makanan dan minuman yang dihidangkan adalah hasil rampokan. Mereka mengira uang hasil usaha penginapan termewah di Butong, milik Manggala. Mereka juga baru mengetahui sosok Manggala secara jelas, dan mereka tidak menyesal menjadi istrinya. Manggala sangat gagah dan tampan. "Aku sebelumnya minta maaf, kalian ke depannya akan mengalami pengurangan fasilitas, sebab hartaku ludes diambil

  • Perjanjian Leluhur   396. Menolak Ampunan

    Cakra merasa banyak waktu senggang. Kelompok pergerakan bukan ancaman serius secara global, skalanya sangat kecil. Maka itu ia tidak keberatan ketika istana mengadakan pesta tujuh hari tujuh malam untuk janji suci mereka. "Pesta itu untuk rakyat," kata Nawangwulan. "Kita tidak perlu hadir sepanjang waktu." "Protokoler istana melarang rakyat untuk menyampaikan ucapan selamat secara langsung," keluh Cakra. "Jadi kita hadir sekedar seremonial saja." "Kau maunya seperti apa?" "Kita keliling Kotaraja untuk menyapa rakyat." "Perlu berapa hari kita mengelilingi Kotaraja?" "Tidak sampai tujuh hari tujuh malam kan? Apa salahnya kita mengadakan resepsi di setiap penginapan yang disinggahi supaya rakyat merasa lebih dekat?" "Sayang ... aku berarti harus merubah protokoler istana." "Ibunda ratu keberatan?" "Ia keberatan kalau kita merasa kecewa dengan perjamuan." "Kalau begitu kita rubah pesta sesuai keinginan kita!" Seluruh pegawai istana kelimpungan ada perubahan agenda

  • Perjanjian Leluhur   395. Setia Pada Uang

    Dengan bantuan intisari roh, Cakra berhasil memindahkan harta di kediaman adipati ke rumah Adinda yang kini kosong. "Aku butuh kereta barang untuk mengangkut ke istana," gumam Cakra. "Warga kampung Luhan pasti curiga kalau aku sewa kereta barang. Apakah aku minta bantuan Nawangwulan saja?" Ratu Kencana muncul di kamar tirakat. Cakra tersenyum senang. "Kebetulan...!" seru Cakra. "Kebetulan apa?" sergah Ratu Kencana. "Kebetulan kau sedang mau digampar?" "Aku butuh kereta barang untuk mengangkut harta karun ke istana. Dapatkah kau menciptakan binatang penarik bertenaga super?" "Tidak ada ilmu yang bisa menciptakan makhluk hidup, tapi kau bisa menciptakan tiruannya." "Betul juga...! Lalu kau datang mau apa?" Plak! Plak! "Aku ingin menamparmu...!" geram Ratu Kencana. "Aku menjadi gunjingan di semua jazirah gara-gara kau!" Pasti soal bercinta lagi, batin Cakra kecut. Ratu itu sangat jengkel dibilang mentransfer ilmu lewat kemesraan. "Kau mestinya memberi klarifikasi! Ja

  • Perjanjian Leluhur   394. Generasi Nasi Bungkus

    Kampung Luhan gempar. Penggerebekan rumah Adinda oleh pasukan elit Kotaraja sangat mengejutkan. Gelombang protes muncul secara sporadis. Mereka menganggap penangkapan lima puluh wanita dan beberapa petugas keamanan sangat beraroma politis. Adipati Butong laksana kebakaran jenggot, padahal tidak berjenggot. Ia bukan meredam massa yang berdemo di depan kantor kadipaten, malah semakin membangkitkan amarah. "Tenang! Tenang! Beri saya kesempatan untuk berbicara!" Warga berusaha diam, kebanyakan orang tua perempuan yang ditangkap. "Saya tidak tahu apa-apa dalam peristiwa itu! Istana tidak berkoordinasi dengan saya! Saya akan melancarkan protes keras pada istana!" "Bukan protes! Bebaskan anak kami! Mereka tidak bersalah!" "Pasukan elit sudah berbuat sewenang-wenang! Mereka membawa anak kami ke Kotaraja untuk mempertanggungjawabkan perbuatan yang tidak mereka lakukan!" "Bebaskan anak kami...!" "Bebaskan istri kami...!" "Tenang! Tenang! Beri saya waktu untuk menyelesaikan

  • Perjanjian Leluhur   393. Tuan Khong

    "Selamat pagi, Tuan Khong!" Seluruh pelayan di dapur mengangguk hormat menyambut kedatangan kepala koki di pintu masuk. "Ada yang sakit pagi ini?" "Tidak ada, Tuan Khong." "Bagus." Khong mendatangi Chan Xian yang tengah menyiapkan minuman hangat. "Bagaimana kabarmu hari ini?" tanya Khong. "Pagi terindah bagiku," jawab Chan Xian. "Kau pasti mendapat gift universe lagi." Pelayanan kamar yang memuaskan akan menerima uang tip besar dari tamu. Chan Xian adalah primadona di penginapan termewah di Butong. Chan Xian terlihat sangat ceria, padahal hatinya menderita. "Aku dapat sepuluh gift universe pagi ini. Entah karena pelayanan yang memuaskan atau karena kecantikan diriku." "Perempuan cantik selalu memuaskan." Khong adalah kepala koki mata keranjang. Beberapa asisten koki sering tidur dengannya. Chan Xian pasti sudah jadi korban kalau bukan puteri mahkota. Semua pegawai menaruh hormat kepadanya. Chan Xian menjadi asisten koki secara sukarela. Ia tinggal di rumah mewah dengan

  • Perjanjian Leluhur   392. Bukan Hanya Milik Puteri Mahkota

    Hari sudah pagi. Cakra bangun dan pergi mandi, kemudian berpakaian. Jie masih tertidur pulas di pembaringan. Cakra menghubungi Nawangwulan lewat Sambung Kalbu. "Sayang...!" pekik puteri mahkota Segara gembira. "Ada apa menghubungi aku?" "Aku ada informasi penting," sahut Cakra. "Lima puluh istri Manggala akan mengadakan pertemuan rahasia di rumah Adinda, kepala front office kastil Mentari, dengan modus party dance." "Sayang ... kau berada di kampung Luhan?" "Ikan paus membawa diriku ke mari." "Ia ratu siluman. Ia sering menolong kesatria yang ingin berkunjung ke negeriku." "Tapi jutek banget." Nawangwulan tertawa lembut. "Ia biasanya minta upah ... barangkali ia sungkan karena kau adalah calon garwaku, ia jadi bete." "Dari mana ia tahu aku calon garwamu?" "Seluruh penghuni samudera sudah tahu kabar itu, dan Ratu Paus bukan sekedar tahu, ia mengenal sosokmu." Upah yang diminta pasti bercinta. Edan. Bagaimana ia bercinta dengan ikan paus? Siluman ikan biasanya hanya berubah

  • Perjanjian Leluhur   391. Badai Sudah Berlalu

    Sejak awal Cakra sudah curiga dengan Jie. Ia melihat sosok berbeda terbelenggu tabir misteri. Cakra ingin membebaskan sosok itu dari belenggu dengan mengalirkan energi intisari roh. "Aku adalah puteri mahkota dari kerajaan Terumbu," kata Jie. "Aku mendapat kutukan dari Raja Sihir karena menolak lamarannya." "Ada kerajaan sihir di jazirah tirta?" "Tidak ada. Ia pemilik Puri Abadi di wilayah tak bertuan." "Kalian kesulitan menangkap Raja Sihir untuk mencabut kutukan?" "Raja Sihir ditemukan tewas saat tokoh istana menyerbu ke Puri Abadi." "Siapa yang membunuhnya?" "Ia mati diracun murid tunggalnya, Raden Manggala." "Jadi kau datang ke kampung Luhan dalam rangka mencari Raden Manggala untuk mencabut kutukan?" "Ahli nujum istana mendapat wangsit; aku akan terbebas dari kutukan kalau ada kesatria gagah dan tampan bersedia bercinta denganku." "Kesatria di negerimu tidak ada yang bersedia?" "Lubangku mendadak hilang, ada bibir besar saja." "Lubangmu tertutup tabir sehingga ter

  • Perjanjian Leluhur   390. Ada Yang Lain

    Kehidupan di kampung Luhan tenteram dan damai, padahal menjadi markas pergerakan. Kelompok ini sulit diketahui keberadaannya. Mereka berbaur dengan masyarakat dan menjalani kehidupan sehari-hari seperti biasa. Pada saat dibutuhkan, mereka beroperasi secara masif, terstruktur, dan sistematis. Pergerakan seperti itu sangat berbahaya karena mereka akan memanfaatkan setiap peristiwa untuk menjatuhkan istana. "Kau tahu di mana kediaman Raden Manggala?" tanya Cakra. "Aku melihat tidak ada kekacauan di kampung ini. Gerakan mereka rapi sekali." "Bagaimana rupa Raden Manggala saja aku tidak tahu," sahut Jie. "Konon ia operasi plastik di negeri manusia sehingga sulit dikenali. Aku curiga anggota pergerakan telah menculik Chan Xian." "Apakah kakakmu pernah berurusan dengan kelompok Manggala?""Tidak." "Lalu ia diculik untuk apa? Untuk minta tebusan?" "Untuk jadi istri." "Jadi pemimpin pemberontak itu bujang lapuk?" "Istri keseribu." "Luar biasa...! Cukup untuk modal pemberont

  • Perjanjian Leluhur   389. Musuh Satu Kampung

    "Aku berasal dari bangsa Incubus." Cakra merasa jawaban itu adalah jawaban paling aman. Nama bangsa itu sudah termasyhur ke seantero jagat raya. Ia pasti menjadi binatang buruan jika mengaku bangsa manusia. Perempuan di negeri ini akan menjadikan dirinya gongli dengan penampilan sekeren ini. "Jangan keras-keras," tegur perempuan gembrot. "Kedengaran mereka hidupmu dijamin bakal susah." Cakra kaget. "Mereka tergila-gila pada bangsa Incubus. Mereka rela meninggalkan suami untuk mendapatkan pria Incubus, lebih-lebih pria segagah dan setampan dirimu." Cakra terbelalak. Celaka! "Kau bukan wanita kampung ini?" "Namaku Jiefan, panggil saja Jie, kayaknya kita seumuran. Aku dari negeri tetangga." "Oh, pantas...! Lagi pula, siapa yang tertarik kepada perempuan sebesar kerbau bunting? Ia pasti menjadi musuh lelaki satu bangsa! "Jadi aku aman jalan bersama dirimu?" "Kau aman kalau mengaku dari bangsa manusia dan berwajah jelek." "Waduh...!" "Kau akan jadi musuh per

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status