Beranda / Romansa / Perjanjian Leluhur / 290. Penunggang Rakyat

Share

290. Penunggang Rakyat

"Bagus sekali kuda itu!"

Pendekar brewok memperhatikan kuda coklat dengan sinar mata seperti melihat penari striptis.

Mereka duduk di bangku panjang dengan kopi panas dan penganan baru diangkat dari panggangan.

Pemilik kedai sudah tahu selera langganannya.

"Kuda milik siapa?"

"Milikku," jawab Cakra.

"Boleh dipinjam untuk membantu perjuangan?"

Cakra menoleh kepada pria yang duduk di sebelahnya dengan acuh tak acuh.

"Perjuangan apa?"

Pendekar brewok menilik penampilan pemuda di hadapannya, kemudian menjawab, "Kelihatannya kau pengembara, bukan warga Kadipaten Selatan."

"Lalu kalau aku pengembara ada perbedaannya?"

"Kau tahu di daerah kami sedang berhembus angin perubahan, anak muda berlalu lalang meneriakkan suara kebenaran."

"Aku malah mencium angin busuk karena ditunggangi barisan sakit hati dengan topeng kebebasan berpendapat. Bicara seenaknya dan menyakiti pejabat itu bukan kebebasan berpendapat, tapi menumpahkan kotoran dari nafsu kalian. Jadi wajar kalau mereka tutu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status