Home / Pendekar / Perjanjian Leluhur / 280. Perjalanan Semakin Panjang

Share

280. Perjalanan Semakin Panjang

Author: Enday Hidayat
last update Last Updated: 2024-05-30 20:56:03
Ratu Singkawang dan Maharini mempunyai kemiripan yang sulit dibedakan, seperti Nyi Ratu Suri dan Dewi Anjani.

"Bercintalah dengan Ratu Singkawang, maka kau serasa bercinta dengan Maharini."

Cakra teringat ucapan puteri mahkota saat meluapkan kecemburuannya kepada Puteri Rinjani.

"Bercintalah dengan kambing, maka kau serasa bercinta dengan si Rinjani!"

Sebagai calon Raja Agung, Cakra mestinya curiga di atas organ intim perempuan ini tidak terpasang anting-anting, tapi sebagai ksatria mata keranjang ... mana peduli!

Rasa senangnya bertemu dengan ratu ketiga melenyapkan akal sehatnya.

Perjalanan semakin panjang dengan kejadian salah terkam ini. Maharini menuntut segera diangkat menjadi permaisuri.

"Aku sudah bilang ada risikonya, kau bilang bodo amat."

"Tapi masa minta secepat itu? Aku selesaikan dulu urusan di kerajaan Selatan."

"Kalau menunggu urusanmu selesai, perutku keburu buncit! Masa puteri mahkota hamil di luar nikah?"

Perempuan di jazirah ini memiliki kebiasaan membuka
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Perjanjian Leluhur   281. Bukan Kesalahan

    "Jadi wanita itu yang membuatmu urung pergi?" tanya Maharini. "Aku tidak masalah." Maharini tidak peduli siapa perempuan yang bersama ayahandanya, ia datang untuk mengurus kepentingannya. "Kita tunggu mereka selesai bertarung." "Jadi kau mau masuk ke kamar?" "Tidak juga." "Kalau begitu tunggu apa lagi?" "Hanya sekali tusuk ribet betul urusannya." Sambil memeluk Maharini yang duduk di pangkuannya, Cakra memejamkan mata dan memusatkan pikiran. Tubuh mereka lenyap seketika. Kemudian mereka muncul secara tiba-tiba di depan pintu kamar di mana Pangeran Mellow menginap. Cakra mengeringkan keringat yang menetes di keningnya. Ia mengeluarkan energi cukup besar untuk membawa Maharini bersamanya. "Ayahandamu menginap di kamar ini," kata Cakra. "Di dalam ada perempuan muda dan cantik seumuran denganmu. Mereka sudah selesai." "Cepat banget kayak kamu." "Aku baru pembukaan." "Siapa suruh tidak sampai penutup?" "Sudah sampai sini baru ngomong." Cakra pikir perempuan di dalam kamar ada

    Last Updated : 2024-05-31
  • Perjanjian Leluhur   282. Terpaksa

    Mereka sudah berada kembali di dangau saat hujan gerimis menjelang dini hari, dengan status suami istri. Udara dingin mencucuk tubuh. Si Gemblung dan kuda betina berteduh di depan balai dangau. Mereka bercinta dengan seru untuk menghangatkan badan. "Kurang ajar," geram Cakra. "Kau sungguh makhluk yang tidak punya sopan santun." "Yayangku mengajak bercinta, Yang Mulia," dalih si Gemblung. "Aku insan biasa yang tak luput dari birahi." Si Gemblung adalah gambaran tuannya, betina pasti ketagihan kalau sudah bercinta dengannya. Percintaan mereka seolah memancing pengantin baru. "Kau nggak kepingin?" kerling Maharini mesra. Tampak Si Gemblung menusuk sampai kandas disertai erangan nikmat, seolah memanas-manasi. "Nggak," sahut Cakra. "Nggak menolak kalau kamu kepingin...!" Cakra merebahkan Maharini di balai bambu. Kemudian mereka berciuman dengan mesra. Ringkikan nikmat si Gemblung dan kuda betina menghasut mereka untuk segera melepas cawat. "Aku betul-betul puteri mahkota muraha

    Last Updated : 2024-06-01
  • Perjanjian Leluhur   283. Istri Terbuang

    "Aku mesti mencobanya." Cakra memejamkan mata dan memusatkan pikiran dengan bantuan energi roh, tubuhnya lenyap seketika. Cakra muncul di dalam labirin pesanggrahan leluhur. Ia melihat Nyi Ratu Suri sedang bertafakur dalam puncak keheningan. "Maafkan aku mengganggu tirakat mu," kata Cakra. "Ratu Nusa Kencana sampai merepotkan prajurit untuk memaksaku pulang." Nyi Ratu Suri menoleh dengan terkejut, ia bertanya, "Bagaimana kau bisa masuk ke bilik labirin?" "Sekedar mencoba, dan berhasil." Cakra melihat hanya ada Nyi Ageng Permata di bilik itu, ia bertanya, "Apakah Ratu Singkawang pulang ke alam roh?" "Aku tidak tahu keberadaannya," jawab Nyi Ratu Suri. "Apakah ia pulang ke alam roh atau CLBK dengan Pangeran Sundalarang? Tapi biarkanlah, kau tidak perlu mencarinya." "Aku kuatir ia menjadi korban ledakan gerbang transisi." "Barangkali lebih baik daripada merecoki urusan Nusa Kencana." "Ia sudah mengakui kekeliruannya." "Karena kau menjanjikan tahta kepada Reksajiwa." "Apakah be

    Last Updated : 2024-06-02
  • Perjanjian Leluhur   284. Berpikir Bijak

    Cakra muncul di dekat kuda coklat di Hutan Gerimis. "Urusan di istana sudah beres Yang Mulia?" tanya si Gemblung. "Mestinya beres kalau mereka berpikir bijak," jawab Cakra. "Tapi istana kekurangan pemikir bijak." "Beruntung aku makhluk tidak berakal, jadi tidak perlu berpikir." "Makhluk berakal juga banyak yang tidak berpikir." "Sekalinya berpikir untuk diri sendiri, bukan untuk orang lain." "Bapak pemimpin di negeri ini berpikir untuk diri sendiri dan golongan, rakyat terlupakan, bahkan tersudut oleh kenyataan." "Kuda-kuda meringkik disangka barisan sakit hati, pasukan nasi bungkus, kuda-kuda baik jadi diam." Nusa Kencana banyak diduduki oleh bangsawan bodoh berduit, kaum cendekia terpinggirkan karena kekurangan dukungan. Nusa Kencana hanya besar secara wilayah, sehingga menjadi koloni kaum bangsawan dan direndahkan dalam perserikatan kerajaan. "Ratu Purbasari mestinya memandang dari dua sisi mata uang." Ratu Purbasari hanya memikirkan kepentingan Raden Mas Arya Bimantara,

    Last Updated : 2024-06-03
  • Perjanjian Leluhur   285. Bukan Atas Nama Istana

    "Kalian mesti hati-hati dalam penyamaran sebagai rombongan saudagar kain tenun." Ping Ping memberi wejangan kepada beberapa perempuan cantik yang akan menjalankan misi di Kadipaten Selatan. Ping Ping adalah kepala telik sandi kerajaan Selatan. Mereka mengadakan pertemuan di sebuah penginapan mewah. "Jangan sekali-kali berbuat sesuatu yang justru membongkar penyamaran kalian." Penyusupan kali ini dilakukan sekelompok wanita dengan modus operandi baru, setelah telik sandi mengalami kegagalan karena banyak yang tertangkap. Beruntung retorika Ratu Selatan bagus sehingga lolos dari embargo perserikatan kerajaan. Ia bahkan berani menjadikan kemolekan tubuhnya sebagai alat tawar. "Janganlah kalian banyak berkunjung ke toko perhiasan, itulah kasus terakhir yang sempat heboh padahal sedang menyamar sebagai juru tempa, gara-gara melibatkan perasaan terlalu jauh dan jatuh cinta kepada penjaga toko." Para perempuan itu adalah pendekar bayaran berilmu tinggi dan belum terkenal di wilayah

    Last Updated : 2024-06-04
  • Perjanjian Leluhur   286. Pemberkatan Kid Jaman Now

    Perahu nelayan muncul di kejauhan dengan kecepatan tinggi dengan sepuluh penumpang berpakaian rakyat jelata. Cahaya bulan separuh tertutup mega, udara remang-remang. "Itu mereka." Sanjaya bersiap-siap menyambut kedatangan Thai Lu dan rombongan. Mereka berdiri di lokasi cukup terang sehingga kelihatan dari jauh. Perahu nelayan melaju ke arah mereka. "Bregada perbatasan tidak ada yang mengejar, berarti pelarian mereka tidak terendus oleh telik sandi." "Permintaan suaka mereka menambah ketegangan hubungan antara dua kerajaan," kata komandan legiun. "Mereka beruntung dapat menyeberangi perbatasan tanpa ancaman." "Barangkali juga mereka dibiarkan mencari suaka karena menjadi benalu bagi monarki kerajaan." "Apakah mereka tidak menjadi benalu di Nusa Kencana?" "Biarlah baginda ratu memutuskan." Perahu menepi, mereka berloncatan ke daratan. Dua pencari suaka mendorong perahu ke tengah sungai dan hanyut menuju ke muara di Laut Selatan. "Sebaiknya perahu itu tidak dihan

    Last Updated : 2024-06-05
  • Perjanjian Leluhur   287. Misi Terbongkar

    Sanjaya terkejut. "Maksud gusti pangeran apa?" "Mereka bukan kabur dari bui. Mereka sengaja dibebaskan untuk menyusup ke Kadipaten Selatan dan mempengaruhi keraton dengan memanfaatkan persahabatan kalian." Sanjaya pasti tak percaya seandainya bukan putera mahkota yang memberi penjelasan. Sanjaya memandang Thai Lu tanpa berkedip, sinar matanya memancarkan kekecewaan yang sulit dilukiskan. "Aku sungguh tak percaya dengan apa yang kau lakukan. Aku benar-benar tulus menolongmu, tapi kau khianati persahabatan kita." Thai Lu dan Sun Bho Kong berpandangan sekilas. Mereka sama sekali tak menyangka misi terbongkar sebelum beraksi, padahal kerahasiaannya sangat terjaga. Thai Lu curiga di antara mereka ada pengkhianat. Tapi ia sulit menunjuk batang hidungnya. Mereka kelihatan tenang sekali, seolah sudah memprediksi kegagalan misi ini, atau barangkali mereka mengganggap tidak ada yang perlu ditakuti. "Jangan sesali apa yang telah terjadi, Sanjaya," kata Cakra. "Terpenting ke depannya tidak

    Last Updated : 2024-06-06
  • Perjanjian Leluhur   288. Jalan-jalannya Kurang Jauh

    "Kalian aktivis gila! Gila sensasi!" Pertarungan Cakra dan enam tokoh sakti dari Selatan berjalan sengit, sementara dua lagi dihadapi Sanjaya dan komandan legiun. Byur! Daun-daun berguguran terkena pukulan nyasar. Brak! Kereta hancur dan kuda kabur menyelamatkan diri. Kuda coklat milik Cakra bersembunyi di balik pohon besar. "Tumben kau tidak bercinta selama aku bertarung," kata Cakra lewat getaran batin. "Kau biarkan dua kuda montok kabur." "Jadi mereka kuda betina? Saya kira kuda jantan!" Si Gemblung berlari separuh terbang mengejar dua kuda betina. "Kalian sungguh tidak tahu diuntung!" kata Sanjaya. "Aku menerima kalian baik-baik, tapi kebaikanku dimanfaatkan dengan keji!" Sanjaya mengirim kombinasi pukulan dan tendangan, pendekar bercambang lebat menangkis dan menghindar. Sesekali pendekar itu melancarkan serangan dan mengenai udara. Ia kesulitan mendaratkan pukulan karena Sanjaya bukan pendekar kaleng-kaleng. "Kau lumayan juga, Sanjaya," puji pendekar bercambang leb

    Last Updated : 2024-06-08

Latest chapter

  • Perjanjian Leluhur   397. Matinya Sang Pecundang

    Raden Manggala bersama beberapa pembantunya mengadakan perjamuan makan malam yang dihadiri puluhan istrinya. Perempuan-perempuan muda itu pergi ke Puri Abadi secara sukarela tanpa sepengetahuan suami atau orang tua sehingga dikabarkan diculik. Kebiasaan jelek warga kampung Luhan adalah menyebarkan berita tanpa menyaring dahulu kebenaran berita itu. "Perjuangan takkan pernah padam," kata Raden Manggala. "Kita tinggalkan para pecundang yang menginginkan imbalan semata. Aku akan berusaha memberikan kehidupan yang lebih baik bagi kalian." Semua wanita yang menghadiri perjamuan tidak tahu kalau makanan dan minuman yang dihidangkan adalah hasil rampokan. Mereka mengira uang hasil usaha penginapan termewah di Butong, milik Manggala. Mereka juga baru mengetahui sosok Manggala secara jelas, dan mereka tidak menyesal menjadi istrinya. Manggala sangat gagah dan tampan. "Aku sebelumnya minta maaf, kalian ke depannya akan mengalami pengurangan fasilitas, sebab hartaku ludes diambil

  • Perjanjian Leluhur   396. Menolak Ampunan

    Cakra merasa banyak waktu senggang. Kelompok pergerakan bukan ancaman serius secara global, skalanya sangat kecil. Maka itu ia tidak keberatan ketika istana mengadakan pesta tujuh hari tujuh malam untuk janji suci mereka. "Pesta itu untuk rakyat," kata Nawangwulan. "Kita tidak perlu hadir sepanjang waktu." "Protokoler istana melarang rakyat untuk menyampaikan ucapan selamat secara langsung," keluh Cakra. "Jadi kita hadir sekedar seremonial saja." "Kau maunya seperti apa?" "Kita keliling Kotaraja untuk menyapa rakyat." "Perlu berapa hari kita mengelilingi Kotaraja?" "Tidak sampai tujuh hari tujuh malam kan? Apa salahnya kita mengadakan resepsi di setiap penginapan yang disinggahi supaya rakyat merasa lebih dekat?" "Sayang ... aku berarti harus merubah protokoler istana." "Ibunda ratu keberatan?" "Ia keberatan kalau kita merasa kecewa dengan perjamuan." "Kalau begitu kita rubah pesta sesuai keinginan kita!" Seluruh pegawai istana kelimpungan ada perubahan agenda

  • Perjanjian Leluhur   395. Setia Pada Uang

    Dengan bantuan intisari roh, Cakra berhasil memindahkan harta di kediaman adipati ke rumah Adinda yang kini kosong. "Aku butuh kereta barang untuk mengangkut ke istana," gumam Cakra. "Warga kampung Luhan pasti curiga kalau aku sewa kereta barang. Apakah aku minta bantuan Nawangwulan saja?" Ratu Kencana muncul di kamar tirakat. Cakra tersenyum senang. "Kebetulan...!" seru Cakra. "Kebetulan apa?" sergah Ratu Kencana. "Kebetulan kau sedang mau digampar?" "Aku butuh kereta barang untuk mengangkut harta karun ke istana. Dapatkah kau menciptakan binatang penarik bertenaga super?" "Tidak ada ilmu yang bisa menciptakan makhluk hidup, tapi kau bisa menciptakan tiruannya." "Betul juga...! Lalu kau datang mau apa?" Plak! Plak! "Aku ingin menamparmu...!" geram Ratu Kencana. "Aku menjadi gunjingan di semua jazirah gara-gara kau!" Pasti soal bercinta lagi, batin Cakra kecut. Ratu itu sangat jengkel dibilang mentransfer ilmu lewat kemesraan. "Kau mestinya memberi klarifikasi! Ja

  • Perjanjian Leluhur   394. Generasi Nasi Bungkus

    Kampung Luhan gempar. Penggerebekan rumah Adinda oleh pasukan elit Kotaraja sangat mengejutkan. Gelombang protes muncul secara sporadis. Mereka menganggap penangkapan lima puluh wanita dan beberapa petugas keamanan sangat beraroma politis. Adipati Butong laksana kebakaran jenggot, padahal tidak berjenggot. Ia bukan meredam massa yang berdemo di depan kantor kadipaten, malah semakin membangkitkan amarah. "Tenang! Tenang! Beri saya kesempatan untuk berbicara!" Warga berusaha diam, kebanyakan orang tua perempuan yang ditangkap. "Saya tidak tahu apa-apa dalam peristiwa itu! Istana tidak berkoordinasi dengan saya! Saya akan melancarkan protes keras pada istana!" "Bukan protes! Bebaskan anak kami! Mereka tidak bersalah!" "Pasukan elit sudah berbuat sewenang-wenang! Mereka membawa anak kami ke Kotaraja untuk mempertanggungjawabkan perbuatan yang tidak mereka lakukan!" "Bebaskan anak kami...!" "Bebaskan istri kami...!" "Tenang! Tenang! Beri saya waktu untuk menyelesaikan

  • Perjanjian Leluhur   393. Tuan Khong

    "Selamat pagi, Tuan Khong!" Seluruh pelayan di dapur mengangguk hormat menyambut kedatangan kepala koki di pintu masuk. "Ada yang sakit pagi ini?" "Tidak ada, Tuan Khong." "Bagus." Khong mendatangi Chan Xian yang tengah menyiapkan minuman hangat. "Bagaimana kabarmu hari ini?" tanya Khong. "Pagi terindah bagiku," jawab Chan Xian. "Kau pasti mendapat gift universe lagi." Pelayanan kamar yang memuaskan akan menerima uang tip besar dari tamu. Chan Xian adalah primadona di penginapan termewah di Butong. Chan Xian terlihat sangat ceria, padahal hatinya menderita. "Aku dapat sepuluh gift universe pagi ini. Entah karena pelayanan yang memuaskan atau karena kecantikan diriku." "Perempuan cantik selalu memuaskan." Khong adalah kepala koki mata keranjang. Beberapa asisten koki sering tidur dengannya. Chan Xian pasti sudah jadi korban kalau bukan puteri mahkota. Semua pegawai menaruh hormat kepadanya. Chan Xian menjadi asisten koki secara sukarela. Ia tinggal di rumah mewah dengan

  • Perjanjian Leluhur   392. Bukan Hanya Milik Puteri Mahkota

    Hari sudah pagi. Cakra bangun dan pergi mandi, kemudian berpakaian. Jie masih tertidur pulas di pembaringan. Cakra menghubungi Nawangwulan lewat Sambung Kalbu. "Sayang...!" pekik puteri mahkota Segara gembira. "Ada apa menghubungi aku?" "Aku ada informasi penting," sahut Cakra. "Lima puluh istri Manggala akan mengadakan pertemuan rahasia di rumah Adinda, kepala front office kastil Mentari, dengan modus party dance." "Sayang ... kau berada di kampung Luhan?" "Ikan paus membawa diriku ke mari." "Ia ratu siluman. Ia sering menolong kesatria yang ingin berkunjung ke negeriku." "Tapi jutek banget." Nawangwulan tertawa lembut. "Ia biasanya minta upah ... barangkali ia sungkan karena kau adalah calon garwaku, ia jadi bete." "Dari mana ia tahu aku calon garwamu?" "Seluruh penghuni samudera sudah tahu kabar itu, dan Ratu Paus bukan sekedar tahu, ia mengenal sosokmu." Upah yang diminta pasti bercinta. Edan. Bagaimana ia bercinta dengan ikan paus? Siluman ikan biasanya hanya berubah

  • Perjanjian Leluhur   391. Badai Sudah Berlalu

    Sejak awal Cakra sudah curiga dengan Jie. Ia melihat sosok berbeda terbelenggu tabir misteri. Cakra ingin membebaskan sosok itu dari belenggu dengan mengalirkan energi intisari roh. "Aku adalah puteri mahkota dari kerajaan Terumbu," kata Jie. "Aku mendapat kutukan dari Raja Sihir karena menolak lamarannya." "Ada kerajaan sihir di jazirah tirta?" "Tidak ada. Ia pemilik Puri Abadi di wilayah tak bertuan." "Kalian kesulitan menangkap Raja Sihir untuk mencabut kutukan?" "Raja Sihir ditemukan tewas saat tokoh istana menyerbu ke Puri Abadi." "Siapa yang membunuhnya?" "Ia mati diracun murid tunggalnya, Raden Manggala." "Jadi kau datang ke kampung Luhan dalam rangka mencari Raden Manggala untuk mencabut kutukan?" "Ahli nujum istana mendapat wangsit; aku akan terbebas dari kutukan kalau ada kesatria gagah dan tampan bersedia bercinta denganku." "Kesatria di negerimu tidak ada yang bersedia?" "Lubangku mendadak hilang, ada bibir besar saja." "Lubangmu tertutup tabir sehingga ter

  • Perjanjian Leluhur   390. Ada Yang Lain

    Kehidupan di kampung Luhan tenteram dan damai, padahal menjadi markas pergerakan. Kelompok ini sulit diketahui keberadaannya. Mereka berbaur dengan masyarakat dan menjalani kehidupan sehari-hari seperti biasa. Pada saat dibutuhkan, mereka beroperasi secara masif, terstruktur, dan sistematis. Pergerakan seperti itu sangat berbahaya karena mereka akan memanfaatkan setiap peristiwa untuk menjatuhkan istana. "Kau tahu di mana kediaman Raden Manggala?" tanya Cakra. "Aku melihat tidak ada kekacauan di kampung ini. Gerakan mereka rapi sekali." "Bagaimana rupa Raden Manggala saja aku tidak tahu," sahut Jie. "Konon ia operasi plastik di negeri manusia sehingga sulit dikenali. Aku curiga anggota pergerakan telah menculik Chan Xian." "Apakah kakakmu pernah berurusan dengan kelompok Manggala?""Tidak." "Lalu ia diculik untuk apa? Untuk minta tebusan?" "Untuk jadi istri." "Jadi pemimpin pemberontak itu bujang lapuk?" "Istri keseribu." "Luar biasa...! Cukup untuk modal pemberont

  • Perjanjian Leluhur   389. Musuh Satu Kampung

    "Aku berasal dari bangsa Incubus." Cakra merasa jawaban itu adalah jawaban paling aman. Nama bangsa itu sudah termasyhur ke seantero jagat raya. Ia pasti menjadi binatang buruan jika mengaku bangsa manusia. Perempuan di negeri ini akan menjadikan dirinya gongli dengan penampilan sekeren ini. "Jangan keras-keras," tegur perempuan gembrot. "Kedengaran mereka hidupmu dijamin bakal susah." Cakra kaget. "Mereka tergila-gila pada bangsa Incubus. Mereka rela meninggalkan suami untuk mendapatkan pria Incubus, lebih-lebih pria segagah dan setampan dirimu." Cakra terbelalak. Celaka! "Kau bukan wanita kampung ini?" "Namaku Jiefan, panggil saja Jie, kayaknya kita seumuran. Aku dari negeri tetangga." "Oh, pantas...! Lagi pula, siapa yang tertarik kepada perempuan sebesar kerbau bunting? Ia pasti menjadi musuh lelaki satu bangsa! "Jadi aku aman jalan bersama dirimu?" "Kau aman kalau mengaku dari bangsa manusia dan berwajah jelek." "Waduh...!" "Kau akan jadi musuh per

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status