Beranda / Romansa / Perjanjian Leluhur / 197. Tidak Sepayah Pandanganmu

Share

197. Tidak Sepayah Pandanganmu

"Salam sejahtera untuk Raja Agung!"

Rabi Sabani dan anaknya buahnya berbaris rapi di halaman istana dengan posisi duduk. Prajurit berdiri di belakang seakan mengawal mereka. Tiang gantungan dibuang dari pintu gerbang.

"Salam sejahtera untuk Raja Agung!"

Mereka mengulang-ulang kalimat itu, sampai Cakra dan Nyi Ratu Suri tiba di depan istana.

Cakra bengong. "Apa yang terjadi dengan mereka?"

"Mereka menyerah," jawab Nyi Ratu Suri. "Mereka ingin kedamaian. Kabar kehancuran istana Curug Tiga rupanya sudah sampai ke telinga mereka."

Kemurkaan putera mahkota memaksa mereka memilih menyerah tanpa syarat. Mereka tidak mau mati dalam kehinaan.

Rabi Sabani memutuskan untuk mengikuti rehabilitasi di kota baru, sesuai permintaan rabi Sakila.

Tragedi Curug Tiga menyadarkan mereka betapa pentingnya nyawa rakyat tak berdosa bagi putera mahkota. Ia mengamuk laksana banteng terluka.

Mereka percuma melakukan perlawanan, tidak ada perlindungan dari Tapak Mega sebagaimana yang dijanjikan.

"Pemand
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status