Share

bab 5

Pagi ini cerah seperti biasa, semua warga desa memulai rutinitasnya.

Ada yang mencuci di sungai, pergi ke kebun dan bekerja di rumah para pejabat. Tadi pagi saat dirumah, Rama sudah menyiapkan insektisida dan perekat yang ia beli di onshop, tak lupa pula membeli semprot manual 10 liter. Penampilan Rama terlihat mencolok dengan menggendong semprot manual itu.

Rama mulai menyemprot daun cabe dari bawah keatas, karna hama kutu biasa berada di bawah daun, maka Rama memakai semprotan yang mengeluarkan air seperti embun. Para warga berkumpul di sekitar kebun pak Bima. Menatap kagum, bingung dan pikiran lainnya, karna apa yang Rama gunakan belum pernah mereka lihat sebelumnya. Pak Bima dan Jaya mulai membersihkan rumput-rumput liar disekitar tanaman cabai. Sementara Rama mulai menyisiri tanaman cabai dan menyemprotnya. Ketika ingin menyemprot tanaman cabai dengan insektisida, Rama harus melakukannya di pagi hari atau di sore hari, disaat matahari belum terasa panas.

Selesai menyemprot tanaman cabai milik mereka, Rama juga membantu menyemprot tanaman cabai milik pak Suli, karna hanya pak Suli yang percaya bahwa solusi dari Rama akan membantu menyelesaikan masalah hama kutu.

Pak Suli terlihat kagum dengan cara Rama menyemprot tanaman cabai, dia menggunakan penutup wajah dan kaos tangan. Bahkan alat yang Rama pakai terlihat sangat keren, padahal ini adalah alat semprot manual tipe rendah. Masih ada tipe semprot canggih lainnya, Rama ingin membeli yang canggih namun ia ingat harus menghemat token onshopnya. Rama harus segera menghasilkan uang, mengisi token agar bisa membeli apapun yang ia inginkan.

"Pak, kita langsung ke sungai saja...ayo Ram?!" ajak Jaya.

Rama mengangguk, karna berencana sehabis dari kebun langsung mandi. Rama sudah menyiapkan potongan kecil sabun. Ia akan memakai shampo per dua hari, kalau rambutnya tidak terlalu kotor.

Semalam Rama sudah memakai shampo, jadi hari ini ia akan mandi membersihkan badan saja. Namun karena ia baru saja menggunakan insektisida, maka Rama harus membersihkan rambutnya.

Sungai tempat mandi ada dua, sungai mandi para wanita dan para lelaki biasanya berbeda. Para wanita juga mandi menggunakan kain, dan biasanya mereka akan bergantian jaga jika akan mandi. Meskipun sebenarnya yang mandi di sungai hanya para petua, para gadis akan mandi di rumah. Kecuali berniat mencuci pakaian di sungai.

Di sungai para wanita akan bercengkrama, menceritakan keseharian mereka, hingga berita terbaru tentang Rama yang sudah sembuh dari sakit.

Ibu Sri menggosok ringan badannya dengan batu, agar daki yang menempel terangkat, kemudian menggosok potongan kecil sabun yang Rama berikan. Busa mulai terlihat di area yang ibu Sri gosok, wangi vanila mulai tercium semerbak. Para petua dan tentunya wanita muda yang sedang mencuci memandangi ibu Sri. Ketika beliau membilas badannya, kulit yang tadinya terlihat kusam mulai terlihat bersih dan wangi.

"Ibu Sri, pakai apa? Kok wangi sekali?" tanya Bu Sari, yang memang berada tidak jauh dari ibu Sri.

"Ah... Ini sabun dari Rama," jelas ibu Sri.

"Waah...saya boleh minta sedikit bu? Karna sangat wangi..."kata bu Sari malu-malu.

"Aduh maaf Bu Sari, saya hanya dikasih sepotong kecil sama Rama," jelas ibu Sri.

Terlihat wajah ibu Sari memuram, begitu pula para petua dan wanita muda yang mendengar. Mereka berharap setidaknya ibu Sri membagi sedikit pada mereka.

Memang betul tujuan Rama meminta ibunya membawa potongan kecil sabun. Ketika dipakai akan langsung habis.

Sedangkan Rama, Jaya dan Pak Bima menjadi sorotan karna memakai sabun, membuat kotoran yang tadinya menempel, sekejap saja menjadi bersih. Jaya bahkan kaget dengan keajaiban sabun yang Rama berikan, debu dan daki mudah terangkat. Tubuhnya juga menjadi wangi, Jaya yang kehilangan kepercayaan dirinya menjadi lebih bersemangat karna sabun ini. Ia merasa layak menjadi keluarga kerajaan yang tampan dan berwibawa hanya karena sabun.

Rama cekikikan melihat Jaya mulai bergaya ketika membilas tubuhnya, bahkan Pak Bima juga ikut tertawa. Sedangkan warga lainnya yang ikut melihat malah menatap takjub. Keluarga Adipati saat ini memang malah terlihat seperti keluarga kerajaan. Mereka memancarkan aura ketampanan ketika terlihat bersih.

"Tuan muda Rama, sabun apa yang kamu gunakan?" kata pak Yanto mendekat. "Apa aku bisa membelinya?" tanyanya lagi.

Bahkan saat ini warga mulai berkata ramah pada mereka.

"Ah, sabun ini belum bisa dijual! Akan aku kabari jika stoknya sudah ada."jelas Rama.

"Berapa uang yang harus kami bayar untuk sebatang sabun itu Tuan?" tanya pak Yanto lagi.

Rama terlihat berpikir sebentar, "Kalau harga sabun batang murah saja, hanya 20 perunggu per batang. Tapi untuk sabun cair harganya 10 perak..."jelasnya.

Para warga terkejut mendengar harga sabun yang sangat mahal, bahkan ada sabun cair juga.

"Tenang saja, nanti para warga di sini akan aku berikan tester..."sambung Rama lagi.

"Tester?" Para warga terlihat kebingungan dengan kata-kata Rama.

"Sabun gratis untuk dicoba," jelas Rama. "Aku akan memanggil para warga nanti jika stok sabun sudah siap."

Para warga mengangguk paham dan mulai bubar.

"Apa sabun itu memang harganya semahal itu Ram?" tanya Jaya.

Rama tersenyum. "Barang langka harus dijual mahal..."jelas Rama.

Pak Bima mengangguk setuju dan menatap Rama takjub dengan pola pikir dagangnya.

Mudah sebenarnya bagi Rama menjual sabun dari onshop, namun karna tidak ingin terlalu menarik perhatian, Rama mulai berpikir untuk menjual mahal sabunnya. Bahkan masih banyak hal yang bisa Rama jual dari onshop. 'Barang-barang itu harus dibuat langka dan orang-orang tertentu saja yang memakainya agar tidak terlalu mencolok.'begitulah yang ada di pikiran Rama. Meski warga desa akan menjadi pengecualiannya.

Hanya saja Rama belum sadar, hal biasa ini akan membawa perubahan besar...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status