"Tuan...."
Rupanya Rianty menunggu Rama di depan penginapan. Ketika Rama turun dari kereta kuda, ia langsung mencegatnya dengan tangan di pinggang dan wajah cantik yang cemberut. Rama tersenyum ramah, seperti suami yang dicegat istri karna pulang terlambat. "Wah kamu semangat sekali nona muda..." goda Jaya. Hari ini Rianty terlihat cantik dengan rambut yang dikepang satu kebelakang. "Tuan, lebih cepat lebih baik untuk kamu buktikan kemampuan memasakmu." "Baiklah... Tapi apa boleh aku kekamarku dulu untuk mengambil persiapan?" tanya Rama, padahal ia hanya ingin tempat aman untuk diam-diam membeli bumbu di onshop. "Baik... jangan berpikir untuk kabur ya Tuan Muda!!" ancam Rianty. "Hei mana mungkin kami kabur!!" tegas Jaya, sementara Jaya dan Rianty berdebat, Rama naik ke lantai 2 , kekamar ia dan Jaya. Sesampainya dikamar, Rama membuka onshop dan membeli beberapa bumbu ikan bakar, madu, kaldu ayam, garam, veksin, dan bumbu saji bihun goreng. Tidak lupa tepung kriyuk serbaguna dan minyak goreng. Selesai menyalin beberapa barang yang ia beli ke dalam kotak, Rama membawanya ke bawah. Rupanya Jaya dan Rianty sudah selesai berdebat, mereka hanya saling membuang muka. Padahal kalau tidak sedang marah wajah Rianty itu termasuk cantik dan manis. "Baiklah, dimana dapurnya?" tanya Rama kemudian. "Ikuti aku Tuan Muda." kata Rianty kemudian membawa mereka ke suatu ruangan, di sana ada pak Petra, Asir, Mono dan ibu Dinda istri pak Petra. "Hmmm.... Aku minta ikan segar 2 ekor, kalau bisa yang besar." jelas Rama. Pak Petra mengangguk dan mengintruksikan kepada bu Dinda untuk menyiapkan 2 ekor ikan besar. Rama mulai menghidupkan arang, membumbui satu ekor ikan yang sudah disayati, ketika arang sudah siap Rama membakarnya di atas bara arang. Kemudian Rama meminta Rianty untuk mengipasi bara secara perlahan. "Jangan terlalu kencang, nanti apinya hidup... Harus pelan-pelan seperti ini." kata Rama sembari mempraktekkannya. Rama kemudian mengambil ikan kemudian membuat fillet ikan untuk diambil dagingnya dan membuat daging kriyuk ikan dengan tepung goreng serbagunanya. Setelah siap, Rama juga meminta Asir untuk menyiapkan penggorengan. Rama menuang banyak minyak, dan itu membuat semua orang terpana dengan minyak yang begitu boros. Namun minyak ini Rama yang membawa, jadi mereka enggan berkomentar. Ketika minyak sudah siap Rama memasukkan daging ikan berbalut tepung ke dalam minyak, dan meminta Asir untuk menjaga warnanya, serta menjaga besarnya api. Rama kemudian memotong beberapa sayur yang ada, memanaskan air, ketika air sudah mendidih Rama memasukkan beberapa potongan sayur, kaldu ayam, dan garam. Meminta ibu Dinda untuk menjaganya, karna Rama sudah mencicipinya dan rasanya sudah pas, tinggal menunggu sayur layu di dalam sup. "Itu sudah bisa diangkat Rianty," kata Rama ketika melihat ikan bakarnya sudah siap. Ketika ikan bakar disajikan, Rama mengoleskan madu diatasnya. Jadilah ikan bakar madu. Kemudian Rama juga meminta Asir untuk membalik ikan goreng kriyuknya, ketika warnanya sudah kuning keemasan, Rama mengangkatnya ke peniris. Kemudian menyajikannya ke piring. "Seandainya ada selada lebih enak ini." gumam Rama. Rama kemudian memasak air lagi dan memasukkan 1 bungkus bihun, sebentar saja sudah masak, tapi karna kualitas bihun yang kurang baik, warnanya jadi tidak terlalu putih. Rama meniriskan bihun, kemudian menyiapkan sedikit minyak, beberapa irisan bawang merah, bawang putih, bawang bombay dan cabai segar. Setelah wanginya mulai semerbak Rama mulai memasukkan bihun dan bumbu bihun saji. Aromanya membuat semua yang ada disitu tanpa sadar meneteskan air liur. Bahkan wanginya tercium hingga keluar penginapan. "Bu Dinda matikan saja apinya, sup itu sudah siap." Jelas Rama. "Nah kebetulan sekali, rupanya kalian sedang memasak disini!! siapkan makanannya!!!" tiba-tiba Surya bangsawan dari klan JagatRaya menerobos masuk ke dapur. Ia sudah tidak tahan karena mencium aroma masakan yang begitu menggoda, namun masih tak yakin dengan rasanya. "Tuan Muda bagaimana ini?" kata pak Petra yang langsung bergetar ketakutan, mereka saja belum mencicipi makanan itu. Bagaimana bisa mereka yakin untuk menyajikannya pada Surya. "Tenang saja paman, silahkan disajikan..." kata Rama dengan senyum meyakinkan. "Baiklah, mari aku bantu." jelas Jaya. Ia kemudian membantu membawa ikan bakar ke meja Surya. Asir kemudian membawa ikan goreng kriyuk, Pak Petra membawa sup sayur dan Rianty membawa bihun goreng yang baru saja Rama cicipi. Ia mengangguk yakin pada Rianty untuk menyajikannya pada Surya. Kini banyak orang yang menonton di depan penginapan. Sebagian yakin jika pak Petra akan kembali dipukuli, sebagian lagi tidak, karna aroma masakan kali ini sangat menggugah selera siapapun yang menciumnya. "Mana nasinya?" kata Surya. "Tunggu sebentar..." Pak Petra kemudian menyiapkan semangkok nasi versi mereka. Karna Rama belum sempat memasakkan nasi. Setelah siap Surya memandang makanan yang sudah disajikan di mejanya. Surya mengambil sumpit dan mulai mengambil ikan bakar. Matanya berbinar ketika mulai merasakan nikmatnya ikan bakar yang gurih, legit, lembut dan manis. Ia juga mencoba mengambil seiris ikan kriyuk dan terpana ketika merasakan renyahnya ikan kriyuk namun tetap lembut di dalam, bumbunya bahkan meresap ke daging ikan. Ketika mulai merasakan sup sayur dan bihun goreng, kini Surya makan dalam diam. Menurutnya bagian terkurang hanya pada nasinya, nasinya tidak dicuci dengan baik dan dimasak dengan baik. Namun lauk-pauk yang tersaji begitu nikmat, membuat Surya enggan berkomentar dan hanya menikmati makanannya dalam diam. "Sepertinya enak, karna Tuan Muda terlihat menikmati makanannya...aku jadi ingin makan itu juga..." "Iya, dari wanginya saja menggoda..." Para tamu mulai berbisik, namun takut menganggu Tuan Muda Surya. Mereka menunggu Surya menyelesaikan makanannya. "Terima kasih atas makanannya..." Surya kemudian meletakkan 10 logam emas di meja, dan meninggalkan mejanya setelah menghabiskan semua makanan tadi. Baru kali ini ia merasakan masakan yang sangat luar biasa. Belum pernah ia makan selezat itu. Namun ia malu untuk mengakuinya secara langsung, jadi ia memilih untuk membayar sebanyak 10 logam emas. Semua orang terpana, harga makanan 10 logam emas adalah harga yang sangat mahal. Namun siapapun yang mencium aromanya tentu tidak akan sayang untuk membayar dengan harga semahal itu. Kecuali Rama, ia tidak merasa cukup puas ketika hasil masakannya dinilai semahal itu. Meskipun ia berharap lebih. Ketika Surya memasuki kereta kudanya ia berpesan."tolong perbaiki rasa nasinya..." jelasnya kemudian masuk kedalam kereta kudanya. "Ah... Ternyata kurangnya di nasi." Gumam Rama. "Eeehhh...." Semua orang langsung menatap Rama. "Pak Petra, apa aku bisa memesan masakan yang sama?" "Pak Petra aku juga mau..." "Pak Petra aku juga..." Alhasil hari ini Rama dan kawan-kawan ikut sibuk membantu di dapur. Rama bahkan beberapa kali harus bolak-balik ke kamar untuk membeli beberapa bahan di onshop. Jaya bahkan tidak bisa mengeluh, karna ini semua gara-gara dia. Ada baiknya memang keahlian itu harus disembunyikan!Plak! Sebuah tamparan mengenai pipi Surya, Antoni bangsawan dari klan Jagatraya yang digadang-gadang sebagai penerus, melayangkan tamparan itu. Matanya memerah karna marah, bahkan ia ingin menghajar Surya hingga babak belur. Jika saja Surya bukan bagian dari klan, itu bisa saja terjadi. Namun Antoni masih menahan amarahnya. "Kau, kuberi misi untuk mendapatkan toko itu bagaimanapun caranya!!Tapi yang kudengar kamu malah memberikan tip pada makanannya!!! Dimana otakmu?!!" Kata Antoni dengan tangan dikepal. Surya memegangi pipinya yang memerah, ia menahan malu saat ini. Namun ia tak bisa melawan karna Antoni mempunyai temperamen yang tidak bisa ditahan. "Kakak tertua, aku khilaf karna rasa masakan itu. Aku benar-benar minta maaf!!" ucap Surya sembari berlutut. "Rasanya belum pernah aku rasakan, aku seperti tersihir!!" kata Surya beralasan. "Cih!! Itu hanya penginapan biasa, bahkan yang datang kesana bukanlah para bangsawan. Penginapan itu hanya memiliki nilai jual karna letak
"Kak Rama, biarkan kami ikut bersamamu..." tiba-tiba Toni memeluk Rama. "Iya Kak... Aku bisa membantumu membersihkan rumah." Rita juga ikut memeluk Rama. Diikuti Santi yang juga memeluk Rama. Alan menatap marah kepada ketiga adiknya yang ia rasa tidak tau malu. Alan tidak ingin menyusahkan Rama, bahkan bantuan yang Rama berikan padanya sudah sangat membantu mereka. Rama berpikir sejenak. Bukannya ia tak mau mengajak anak-anak ini, namun selain belum mendapatkan izin dari kedua orangtuanya, rumah Rama belum mampu menampung mereka berempat. "Tuan Muda Rama, jika kau ingin membawa mereka, saya bisa membantu memberikan tumpangan. " Kata pak Wijaya memberikan saran. Jaya mengangguk sebelum akhirnya bicara. "Kita bisa bawa tenda itu untuk mereka kan Ram..." Rama menggeleng,saat ini akan banyak orang yang penasaran dengan tenda yang ia miliki. Bahkan saat ini saja pengawal pak Wijaya terlihat mengagumi tenda milik Rama. Pak Suli juga menatap kagum, namun tidak berani bertanya pada R
"Beraninya kamu menghina keluarga kerajaan!!" Jaya akan maju menghajar pak Arya, namun Rama kembali menahannya. Saat ini jika Jaya menghajar Pak Arya, ia hanya akan menimbulkan masalah baru. Terlebih Rama tidak ingin pak Arya merasa lebih sombong ketika yakin keluarga Adipati memang dibuang. "Paman... Kami kesini ingin membayar upeti, bebaskan keluarga kami!" Mendengar kata-kata Rama mata Arya kembali dipenuhi rasa tamak akan kekayaan. "Aku tidak akan menerima kurang dari 25%!! Jika kalian memberikan kurang dari itu maka keluarga kalian akan aku tahan!!" "Kami menjual 40kg cabai dikali dengan 1 logam emas, sama dengan 40 logam emas, jika 25% untuk paman, maka kami membayar 10 logam emas untuk paman. Masing-masing dari kami akan membayar 5 logam emas." kata Rama kemudian menyerahkan 5 logam emas,disusul pak Suli yang juga memberikan 5 logam emas kepada pak Arya. Untung saja ia mendengarkan nasehat Rama untuk menukar 1 batang emas dengan beberapa logam emas dan perak. Pak Arya me
Rama tersenyum puas, ternyata begitu mudah mempengaruhi orang-orang di masa ini, terutama yang tamak. Pemuda itu kini berbisik kepada pak Arya, membuat mata pak Arya berbinar. Kemudian ia mengangguk. Para pengawal yang memperhatikan dari kejauhan menatap bingung. Mereka melihat Rama mengeluarkan suatu kotak kayu dan memberikannya pada pak Arya. "Apa itu?" *** Di sisi lain, Pak Andik berlari tergopoh-gopoh ke arah gerbang rumahnya diikuti para pegawainya, pak Andi seorang Menteri Perdagangan datang berkunjung ke rumahnya. "Terima hormat Tuan Besar!" Pak Andik menangkupkan tangannya. "Langsung saja, ada hal penting yang ingin aku bicarakan!" kata pak Andi. Pak Andik langsung mengangguk paham dan mengajak pak Andi ke ruang pertemuannya. Sesampainya di sana sudah ada beberapa hidangan, secara khusus pak Andik juga meletakkan bubuk cabai original dan rumput laut di atas meja. Baunya tercium sangat kuat, membuat pak Andi langsung memperhatikan kotak itu. "Aku membutuhkan bantu
"Tuan Muda Rama..." Pak Arya datang dengan senyuman di wajahnya. Dan memamerkan cincin giok hijau di jarinya. Tadi malam Rama memberikan 1 kotak suplemen, 1 buah sabun batangan dan 1 cincin bermatakan giok hijau. Di zaman ini tak banyak pejabat yang mampu memiliki cincin bermatakan giok hijau, bahkan ukiran cincin ini begitu indah dan elegan. Membuat siapapun yang melihatnya akan terpukau. Jelas cincin yang Rama hadiahkan adalah cincin yang ia beli dari onshop, Rama hanya melihat pak Arya ini orang yang suka memperhatikan penampilannya, jadi memberi hadiah berupa cincin. Rama bahkan tak pernah menyangka kalau pak Arya menyukai hadiah yang Rama berikan. "Pak Arya..." "Saya dengar Tuan Muda Rama mencari orang untuk membuat tambahan kamar?" 'Lihatlah, bahkan hadiah bisa membuat sikap orang menjadi ramah dalam semalam!' Batin Rama. "Benar, apa paman punya kenalan?" "Hahaha....aku adalah kepala desa, aku tau warga yang bisa membantumu Tuan Muda." Lanjutnya lagi. "Baiklah...bisa
Maslianur tertidur setelah meminum obat. Rama memintanya untuk tetap tinggal hingga keadaannya pulih, namun Maslianur mengkhawatirkan keadaan adiknya. Anisa sendirian di rumah dalam keadaan sakit, Maslianur harus segera pulang. Tapi ia tak berdaya, obat yang ia minum membuatnya merasa tidak bisa menahan kantuk. Mungkin ia akan tidur sebentar, setelah itu ia harus kembali. 10 kotak boncabai dan 2 kotak "hadiah" sudah Rama siapkan menjadi 1 di dalam kain. Mudah buat utusan pak Andik membawanya saat itu juga. Pak bima dan ibu Sri datang, mereka menginfokan jika Santi sudah berangsur sembuh. Bahkan memuji Alan dan adik-adiknya yang membantu pekerjaan di rumah pak Wijaya. Mereka anak-anak yang tau budi. "Loh nak...gambar apa ini?"tanya ibu Sri. "Desain gambar kamar bu," jelas Jaya. "Oiya pak, tanah rumah kita ini batasnya darimana sampai mana?" tanya Rama. Pak Bima kemudian keluar rumah diikuti Rama dan Jaya. Kemudian menunjuk dari ujung kiri ke ujung kanan. Tanah mereka tidak term
"To...tolong jangan hancurkan pondok kami!" Para prajurit kerajaan mulai menghancurkan beberapa kemah. Mereka juga sebenarnya tidak ingin melakukan ini. Namun, ini adalah perintah dari Kerajaan. Utusan timur akan datang sebagai perwakilan perdamaian antara bangsa Barbar dan kerajaan Bamaraya, sehingga pihak kerajaan tidak ingin kawasan Mekaragung yang menjadi tempat pertemuan, dianggap sebagai salah satu ibu kota provinsi yang kumuh. "Tidaaak!!" "Jangan!!" "Dasar prajurit kejam! biadab!" "Kami akan tinggal dimana? Huhuhu..." "Pondokku..." "Huhuhu..." Suara tangis dan teriakan ada dimana-mana, kini kemah mereka terbakar oleh api. Bahkan jika mereka melawanpun, mereka hanya akan babak belur. Seperti para pemuda yang mencoba melawan, namun pada akhirnya hanya mengalami kekalahan. Para prajurit itu memiliki tubuh yang bugar, sedangkan mereka hanya warga miskin yang bahkan tidak memiliki tenaga. Bagaimana bisa melawan prajurit?! Pandu menangis meratapi kemah mereka yang terbakar,
Yang terhormat Pak Andik Pratama Paman, aku sudah menyiapkan 5 kotak boncabai original dan 5 kotak boncabai rumput laut. Jika bukan karna paman menaikkan harga, aku tidak akan buru-buru menyiapkan barangku. Namun, paman tidak perlu khawatir. Aku juga menyiapkan beberapa hadiah kecil untuk paman. Lembar surat selanjutnya adalah resep hadiah bumbu RENDANG. Paman bisa memasaknya dengan olahan daging sapi atau ayam. Hati-hati paman, bumbu ini bisa membuat candu...jika paman ingin membeli bumbu ini, paman harus memikirkan harga terbaiknya. Salam Rama Pak Andik menatap isi surat itu dengan mata berbinar. Ia melihat ada 2 kotak hadiah yang isinya sama. Pak Andik paham jika Rama ingin menghadiahkan kotak yang satunya untuk Menteri Perdagangan. Isi kotak itu ada 1 sabun batangan yang dibungkus dengan kain kasa dan 1 kotak bumbu Rendang. Bahkan di surat resep yang Rama tulis, bumbu ini bisa bertahan hingga 1 bulan! Pak Andik kembali kagum, ia kadang penasaran bagaimana cara Rama memperole